Responsive Ads Here

Friday 20 November 2015

Latihan Jurnalistik, Para Guru SDI Lebijaga Ditantang 'Menulis Buruk’



BAJAWA/FLORES,vigonews.com  - Para guru SDI Lebijaga mengikuti latihan jurnalistik, Kamis (19/11/2015). Sebanyak 18 orang tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah itu dibekali dengan kemampuan menulis dasar. Tetapi mereka ditantang 'menulis buruk'

Kegiatan pembekalan menulis sehari itu dibuka oleh Kepala SDI Lebijaga, Euphrasia Sara, S.Pd. Pada kesempatan itu, Euphrasia mengatakan, pelatihan ini bertujuan agar para guru memiliki skils/kemampuan menuangkan gagasan secara tertulis.

Dikatakan, tuntutan bahwa guru harus memiliki kompetensi menulis selain kompetensi pedagogik dan sosial menjadi kebutuhan guru era ini, terutama sebagai salah satu syarat mendapatkan angka kredit.

Dalam Sesi pembekalan yang  dipandu Pemimpin Redaksi Media Cermat, Emanuel Djomba, kegiaan dimulai dengan tanya jawab/diskusi guna mendapatkan umpan balik kesulitan  para guru menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.

Para guru mengaku, ketika harus berhadapan dengan pena, kertas atau laptop, tangan seperti enggan bergerak, mandek/macet. Pikiran kacau. Semua bingung harus memulai dari mana.

Atas keluhan para guru itu pembekalan menulis dimulai dari masalah yang dihadapi para guru. Kata Djomba, itu karena para penulis pemula selalu memulai dengan rumusan tulisan  ideal. "Kalau menulis itu harus bagus, sesuai dengan kaidah kebahasaan dengan pilihan kata yang tepat. Itu memang tidak salah , tetapi tidak ada proses menulis sekali jadi langsung bagus ," jelas Djomba.

Hal-hal yang tampak idealis itulah yang menjadi penghambat para penulis pemula untuk mulai. Meski menulis ideal itu target, tetapi dalam proses menulis hasil yang bagus selalu dicapai setelah tahap editing. Terkait dengan itu, Djomba mengajak para guru untuk berani 'menulis buruk.'

Menulis Buruk? Ya, menulis buruk tak membuat para penulis terbebani. “Tulisan yang buruk jauh lebih baik dari pada tulisan yang bagus tetapi tidak ada sama sekali,” kata Djomba.

Dikatakannya, menulis buruk akan membuat penulis pemula terhindar dari ketegangan yang tidak perlu, membuat mereka terbebas dari beban-beban yang menyumpal di benak penulis pemula. Beban untuk meraih kesempurnaan bisa membuat para penulis tersendat-sendat dan tidak menulis apa-apa. "Jadi, rileks saja. Menulislah seperti anda bicara. Menulislah cepat. Menulislah secara buruk, itu akan mengusir rasa takut salah dan membuat anda lebih enteng menggerakkan pena atau menekan tuts computer  anda," paparnya.

Dicontohkan, penulis yang sudah dikenal sekalipun tidak pernah menulis langsung bagus. Biasanya menulis draft terlebih dahulu, kemudian baru mengeditnya.

Kepada para guru, Djomba yang juga Pengajar mata kuliah Jurnalistik STKIP Citra Bakti, Malanuza itu,  mengatakan kiat langgeng menulis adalah niat. "Proses sebelum menulis itu yang paling penting. Seseorang yang ingin menulis perlu bertanya dulu pada dirinya sendiri, untuk apa saya menulis," tegas Djomba.

Menurut Djomba, harus ada proses bertanya ke dalam diri sendiri, "saya menulis untuk apa? Kenapa menulis? Ini penting,  karena akan mempengaruhi 'stamina' menulis, dan niat menulis, sehingga tidak hanya semangat pada saat pelatihan. Jadi carilah niatnya kenapa."

Para guru dibekali dengan tips praktis menulis berita singkat dengan rumus baku 5W + 1H. Dengan tips itu para guru mampu merumuskan tulisan secara logis. Bahkan, sebagian guru dapat menulis feature news, meski mereka belum bisa mengidentifikasi tulisan mereka sebagai bentuk feature news.

Dalam sesi lain, para guru diantar pada pemahaman tentang menulis artikel opini. Mereka dibekali dengan tips bagaimana menulis judul yang menarik, lead/teras yang memikat. Menulis bagian isi sesuai peg/cantolan dengan mengedepankan argumentasi mengapa gagasan itu ditulis, dilengkapi data/fakta dan contoh yang diramu dalam analisis yang komprehensif, hingga merumuskan kesimpulan.

Para guru SDI Lebijaga sangat respons dengan pembekalan menulis yang dinilai membawa manfaat dalam menjalani profesi guru. Karena itu kepala sekolah ini, Euphrasia Sara akan rapat dengan dewan guru  agar nanti dibentuk komunitas guru menulis. Bahkan Eufrasia berjanji menjadikan jurnalistik sebagai kegiatan ekstra kurikuler bagi siswanya. Karena kata dia manfaat menulis dapat membentuk anak untuk berpikir kritis dan tertib berpikir,  tertib berbicara/menulis, serta tertib bertindak. (ch)*

Insert foto: Guru-guru SDI Lebijaga, Bajawa yang mengikuti latihan jurnalistik

No comments:

Post a Comment