Responsive Ads Here

Friday 14 July 2017

Memprihatinkan, Tungku Api ‘Masuk’ Ruang Kelas SDI Ngulukeda


BATARA, vigonews.com – Liburan sekolah sudah di penghujung. Kegiatan pembelajaran tahun 2017/2018 akan dimulai. Bagaimana kondisi sekolah menjelang awal masuk? Beberapa warga kepada vigonews.com  mengatakan salah satu sekolah memprihatinkan. Kondisi itu setelah mereka mengintip  SDI Ngulu Kedha, Desa Waewea, Kecamatan Bajawa Utara (Batara) pada saat liburan.

Sekolah ini seperti tak terawat. Ada ruangan terdapat onggokan tungku api, plafon jebol, dinding dan kosen pintu serta atap dimakan rayap. Ada ruangan berantakan, lantai banyak yang terkelupas, bangku berserakan.

Salah seorang warga Kecamatan Batara yang juga umat Paroki Maria Inewea, Wilfridus Welo,  belum lama ini berada di sekolah yang jauh dari pusat kecamatan ini. Wilfridus bersama beberapa rekan yang sedang mendampingi OMK pada kegiatan Jumpa OMK paroki itu sempat mengintip sejumlah ruangan sekolah permanen yang tampak kokoh dan indah itu.

Wilfidus kepada vigonews.com, Sabtu (08/07/2017) tak menyangka sekolah yang tampak kokoh dan indah dari kejauhan ternyata tak terawat dalamnya. Salah satu ruangan tampak berantakan baik buku, mapun kursi siswa. Ruangan lain tak kalah berantakan, beberapa lainnya atap sudah terlihat jebol dan sebagian plafon sudah robek, sejumlah ruangan tampak seperti garis-garis kecoklatan dari lantai hingga nyambung ke konsen jendela dan plafon. Ternyata garis-garis kecoklatan itu adalah jalan rayap menggerogoti konsen dan atap bangunan yang kini tampak terkoyak dimakan rayap.
 
Plafon lapuk dan beberapa bagian jebol
Ironisnya, sambung wilfridus, ada sekitar dua ruangan – kalau tidak salah – tampak berantakan, dengan batu tungku teronggok di sana. Ruangan ini terlihat seperti dapur saja, karena ada tiga kumpulan batu tungku dengan debu bertebaran, serta kayu bakar masih berserakan. Menurut Wilfridus, tampaknya ruangan ini sering digunakan untuk kegiatan memasak. Tetapi dia bertanya dalam hati, “masak apa kok di dalam kelas.”

Ruangan lain ada meja pimpong yang menurut Wilfridus sering digunakan untuk olahraga. Ruangan kelas pada umumnya berantakan. Karena kondisi demikian itu, Wilfridus lantas bertanya-tanya, “ini siswanya bagaimana belajar, kalau ruangan berantakan. Memprihatinkan semua ruangan tak ada yang teratur.

Sementara rekan Wilfridus yang lain, Thomas Sey Ngongo juga menyayang kondisi ruangan kelas yang terlihat memprihatinan. Sebagaimana Thomas, keprihatinan yang sama juga dikemukakan Ina Uge, Marius Kisa dan Yoseph Wea Kedo. Mereka berada di desa ini karena sedang mendampingi kegiatan Jumpa OMK, dan sempat mengintip kondisi sekolah itu “Kalau ruangan kelas seperti ini, bagaimana kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan baik,” Tanya Thomas.

Wilfridus memperlihatkan gambar-gambar kondisi ruangan kelas di sekolah itu yang dinilai sebagai suatu kondisi bahwa sekolah ini sangat tidak ramah anak.  Gamba-gambar yang sama sempat diperlihatkan awak media ini kepada Manajer Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Ngada, Ajeng Herning Danastri di sela-sela sosialisasi Desa Layak Anak di Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Senin (12/07/2017) lalu.
 
Lantai terkelupas
Ajeng, demikian dia biasa disapa, dimintai komentar oleh media terkait dengan sekolah yang ramah anak mengatakan,  memang banyak sekolah yang belum ramah anak. Dan sekolah ramah anak memang banyak sekali indikatornya. Pihaknya mensinyalir sebagian besar sekolah di Ngada belum ramah anak. “Banyak sekolah yang belum bisa masuk dalam kategori ramah anak karena belum terpenuhi indikator-indikatornya. Namun ada yang sudah, seperti SD Ngorabolo di Golewa Selatan,” kata Manajer WVI Ngada yang mengaku sedang membina beberapa sekolah ini.

Menurut Ajeng, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebagai sekolah ramah anak, diantaranya bebas rokok, miras, narkoba, memiliki kantin sehat, dan tidak ada kekerasan terhadap siswa.

Dikatakan Ajeng, terkait dengan aspek lingkungan sekolah perlu didukung dengan
suasana yang kondusif untuk menumbuh-kembangkan potensi anak karena anak dapat mengekspresikan dirinya secara leluasa sesuai dengan dunianya. Di samping itu, penciptaan lingkungan yang bersih, akses air minum yang sehat, bebas dari sarang kuman, dan gizi yang memadai merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Aspek sarana-prasarana yang memadai, tambah Ajeng, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan pembelajaran anak didik. Sarana-prasarana tidak harus mahal tetapi sesuai dengan kebutuhan anak. Adanya zona aman dan selamat ke sekolah, adanya kawasan bebas reklame rokok, pendidikan inklusif juga merupakan faktor yang diperhatikan sekolah. Penataan lingkungan sekolah dan kelas yang menarik, memikat, mengesankan, dan pola pengasuhan dan pendekatan individual sehingga sekolah menjadi tempat yang nyaman dan  menyenangkan.


 
Kosen jendela dan rangka plafon sudah lapuk dimakan rayap
“Prasarana yang tidak memadai seperti kondisi yang rapuh, berdebu atau suasana kelas yang berantakan juga bisa menjadi ‘ancaman’ yang membuat siswa tidak nyaman dalam belajar. Ini tentu berkaitan dengan tidak terpenuhinya hak-hak anak,” papar Ajeng.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ngada, Vinsensius Milo yang dijumpai media ini di sela-sela serah terima kepala sekolah SDI/SDN se-Kecamatan Wolomeze, Senin (10/07/2017) mengaku akan mengecek dulu kondisi di sekolah itu yang sebenarnya. Namun soal kondisi fisik gedung, kata Vinsensius, sudah dalam rencana untuk direhap, karena ada beberapa bagian rusak berat. “Gedung sekolah itu akan direhab karena sudah rusak,” kata Sensi. (ch)***

Insert foto (Atas): di dalam ruangan kelas empat ada, debu berserakan dan terlihat kumuh

No comments:

Post a Comment