Responsive Ads Here

Wednesday 5 July 2017

Mendapat Intervensi Dana Desa, Warga Gotong Royong Bangun Kapela


AIMERE, vigonews.com  - Warga Desa Kila, Rabu (05/07/2016) gotong royong membangun kapel di desa itu. Kerja gotong royong yang melibatkan lebih dari 200 warga termasuk warga dari Kelurahan Foa dan warga Desa Binawali diawali dengan ritual adat dan peletakan batu pertama oleh Pastor Paroki Aimere, Rm. Arnold Yansen Triyono, Pr.

Hadir pada saat itu Plt. Camat Aimere Maxi Neto, Pemilik tanah dari Suku Bay Marsel Nandes, Kepala Desa Kila Wihelmus Petrus Pati, Kepala Desa Binawali Yeremias Ture, Ketua LPA Desa Kila Aloysius Waso, para tokoh adat, dan tokoh masyarakat.

Kapel berukuran 22 x 10 meter di atas tanah milik Suku Sede itu seluas kurang lebih 1.800 meter persegi. Menurut kepala Desa Kila, Wihelmus Petrus Pati, pembangunan rumah ibadat yang menelan dana desa Rp 357 juta itu diharapkan dapat melayani sekitar 900 jiwa dari enam KUB di wilayah itu. "Selama ini Desa Kila yang masuk lingkungan pelayanan Foa Selatan bergabung dengan Foa Timur. Tetapi setelah kapel selesai, umat tidak harus ke kapel Foa Timur yang berjarak 1 km," katanya.

Pastor Paroki Aimere, Rm. Arnold Yansen Triyono, Pr saat sambutan usai peletakan batu pertama menyampaikan terima kasih kepada Suku Sede yang telah merelakan tanah miliknya untuk bangun tempat ibadat. Apresiasi yang sama juga disampaikan Rm. Triyono, begitu dia biasa disapa, kepada pemerintah desa dan kabupaten yang telah memberi perhatian terhadap pembangunan iman umat melalui intervensi dana desa.

"Hari ini kita letakan batu mati untuk tempat ibadat. Tetapi ada batu hidup yang juga harus dibangun yakni umat itu sendiri sebagai bait Allah. Karena itu tempat ini harus menjadi wahana pengembangan pengalan iman bersama dan membina cinta tanpa ada sekat dan permusuhan," kata Rm. Triyono

Dikatakan, apa yang sudah  dimulai bersama-sama harus dirawat dan dijaga kelangsungannya baik fisik maupun iman. Caranya? "Datang ke gereja untuk beribadat setiap hari minggu dan hari-hari raya. Hidup rukun dalam kebersamaan. Saling tegur dan ingatkan satu sama lain," tegas Rm. Triyono

Dia menambahkan, di lingkungan Foa  tahun ini juga bagun dua kapela. Rumah ini harus menjadi berkat bagi kita semua. Nama pelindung kapel biar kemudian  waktu mau resmi baru diberi.

Sementara Plt. Camat Aimere Maxi Neto dalam sambutannya juga memberi apresiasi kepada Suku Bay dan semua anggota suku yang sudah merelakan tanahnya untuk bangun Kapel. "Saya harap masyarakat Kila dapat merawat tempat ibadat ini dengan baik dengan rajin beribadah di dalamnya, membina kerukunan dengan penuh kasih satu sama lain rumah ini. Rumah Tuhan tempat mempersatukan kita sebagai anak-anaknya," tegas Camat Maxi

Dikatakan Maxi, selama ini bangun rumah ibadat sepenuhnya biaya umat. Tetapi sekarang ada keterlibatan pemerintah melalui dana desa. "Pemerintah ambil bagian melalui intervensi dana desa. Karena undang-undang membolehkannya," katanya.

Ratusan warga Desa Kila gotong royong bangun Kapela


Maxi minta masyarakat dapat manfaatkan tempat ibadat ini secara baik setelah selesai dibangun. Umat di lingkungan Foa Selatan supaya setelah kapel selesai dibangun agar dirawat. Bukan hanya rawat  gedung tetapi rawat iman juga dan kerukunan harus dirawat pula.


Tuan tanah Suku Bay,  Marsel Nandes usai peletakan batu pertama mengatakan, tempat ini adalah tanah milik Suku Bay. Untuk pembangunan tempat ibadat, semua saling mendukung baik masyarakat maupun pemilik tanah serta pemerintah dan gereja. "Kita menyadari bahwa berpikir dan berbuat untuk banyak orang adalah perbuatan baik. Karena itu kita hadir di sini sama-sama membangun kapela yang akan digunakan oleh banyak orang," kata dosen FKIP Unflor ini.

Dibagian lain, Kepala Desa Kila, Wihelmus Petrus Pati mengatakan pembangunan tempat ibadat ini dikehendaki masyarakat yang dicapai melalui pramusrembangdes yang kemudian diputuskan oleh pemerintah desa. Dan gayung bersambut, karena dari sisi regulasi memungkinkan pembangunan tempat ibadat dengan intervensi dana desa.

Pembangunan tempat ibadat di Desa Kila, kata Wempi begitu kades ini disapa adalah salah satu dari empat program yang didanai dari dana desa dengan total Rp 691.325.500. Sementara pembangunan kapel sendiri dialokasikan dana sebesar Rp 357 juta lebih.

"Kami berharap proses pembangunan di Desa Kila ada pengawasan dari masyarakat agar pemerintah desa tetap berjalam di rel hukum. Kalau salah, kami diberitau. Ma'e bhete (jangan diam). Jangan sampai sudah salah langkah baru omong belakang ise (tau rasa)," kata Wempi.

Wempi juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah karena memberi ruang dengan mengijinkan intervensi dana desa untuk pembangunan tempat ibadat.Terima kasih pula atas dukungan masyarakat untuk percepatan pembangunan fisik di Kila. Ada empat program dan dua di antaranya sudah sieksekusi.

Tiga program lainnnya di Kila tahun ini yang didanai dana desa, yakni: kelanjutan pembukaan jalan baru nuabu - nuakila 900 m, pembangunan dapur desa, dan pembangunan gedung PAUD plus. (ch)***

Insert foto: Pastor Paroki Aimere Rm. Arnold Yansen Triyono, Pr berbaur dengan umat di Foa Selatan, Desa Kila membangun Kapela.

No comments:

Post a Comment