Responsive Ads Here

Saturday 23 September 2017

Gemar Membaca, Enam 'Srikandi' STKIP Citra Bakti Raih Predikat Cum Laude


MALANUZA – Enam ‘srikandi’ STKIP Citra Bakti Ngada raih predikat Cum Laude. Pengukuhan keenam wisudawan sebagai lulusan terbaik dikukuhkan bersama 107 wisudawan lainnya dalam Rapat Senat Terbuka STKIP Citra Bakti Ngada di Kampus Malanuza, Jumat (22/09/2017).

Enam ‘srikandi’ itu, masing-masing: Lidya Londa, S.Pd dengan IPK 3,92; Astriyati Lodhong Milsan, S.Pd IPK 3,80; Emilia Kale, S.Pd  IPK 3,77; Yohana Fransiska Ega, S.Pd IPK 3,66; Maria Anisita Sito, S.Pd  IPK 3,65; Aurelia Kigo, S.Pd  IPK 3,60.

Dua dari enam wisudahwan terbaik itu masing-masing Lidya Londa, S.Pd dan Astryati Lodhong Milsan, S.Pd  ketika dimintai komentar vigonews.com usai acara wisuda mengaku,  prestasi itu diraih melalui kerja keras dari semester ke semester. Sejak semester awal tidak ada santai, dengan  mengemas IPK rata-rata 3,60. Prestasi itu dipertahankan dari semester ke semester.

“Saya sudah menduga meraih IPK tinggi, karena sejak semester awal IPK saya 3,60. Tiap semester sekitar itu nilainya, dan itu terus dipertahankan. Makanya waktu diumumkan tadi saya tidak terkejut,” kata Lidya yang berencana merantau ke Jakarta untuk melanjutkan S2-nya beberapa tahun kemudian.

Apa rahasia memperoleh IPK setinggi? Anak kedua dari empat saudara pasangan Yakobus Mere dan (alm) Magdalena Suna, ini mengaku rajin membaca, giat ke perpustakaan dan senantiasa meminjam buku untuk membaca. “Saya bagi waktu kapan membaca (belajar) dan kapan kegiatan di kos dan kegiatan lainnya di kampus. Tetapi kalau suntuk, saya rekreasi sehingga bugar kembali,” kata Lidya yang mengaku dari keluarga petani tinggal di Mbay, Kabupaten Nagekeo.

Hal penting yang menurut Lidya sering tidak dianggap serius oleh banyak mahasiswa adalah mengikuti kuliah. Bagi Lidya, proses perkuliahan itu sangat penting. “Saya berusaha supaya kuliah penuh. Setiap mata kuliah harus ikut penuh dan menghadiri kuliah tepat waktu,” urai Lidya.

Dengan selalu mengikuti kuliah rutin, penjelasan dan tugas dari dosen bisa lebih jelas. Kalau tidak hadir dan hanya dengar dari teman, akan merepotkan dan tidak jelas. “Pertemuan di kelas akan membantu kita memahami materi yang dijelaskan dan dapat mengerjakan tugas-tugas dengan baik,” katanya.
 
Enam 'Srikandi' STKIP Citra Bakti raih predikat Cum Laude - Astriyati Lodhong Milsan, S.Pd IPK 3,80; Emilia Kale, S.Pd  IPK 3,77; Lidya Londa, S.Pd dengan  IPK 3,92;Yohana Fransiska Ega, S.Pd IPK 3,66; Maria Anisita Sito, S.Pd  IPK 3,65; Aurelia Kigo, S.Pd  IPK 3,60.
Terjawab

Wisudawan lainnya yang meraih IPK tertinggi adalah Astriyati Lodhong Milsan. Seperti hanya Lidya, Astri tergolong mahasiswa yang cerdas dan aktif  kuliah. Anak kedua dari empat saudara pasangan Hasan Masa Ba dan Kiwang Haji Halima, itu belakangan mulai aktif menulis di media online.

Sosok murah senyum dan rendah hati ini mengaku bahagia bisa meraih predikat Cum Laude. Astri juga mempertahankan IPK signifikan sejak semester awal hingga kemudian meraih predikan kelulusan terbaik.

Dia termasuk mahasiswa yang rajin membaca (belajar) dan konsisten mengikuti proses perkuliahan.  Ruang perpustakaan menjadi tempat yang selalu dikunjungi dan sering meminjam buku untuk menunjang perkuliahan.

Meski begitu, bukan tanpa waktu untuk refreshing dan semacamnya. Namun bagi Astri, waktu kuliah dan belajar tetap menjadi prioritas. Karena kata Astri, dirinya harus mengukuhkan cita-cita yang sudah ‘digantung’ sejak masih duduk di sekolah dasar dulu, yakni menjadi guru.

Cita-cita itu tidak jauh dari lingkungannya, karena ibunya seorang guru. Baginya sang Ibu adalah sosok yang istimewa dan diteladani dan guru yang baik. Mungkin karena itu,  niat menjadi guru kian kuat. Dan saat wisuda dia merasa bahagia karena cita-citanya menjadi guru itu terwujud.

Sang ibu, Kiwang Haji Halima yang saat diwawancara mendampingi putrinya mengaku bangga dengan telah selesainya kuliah. Bahkan kebanggaan itu lebih lagi karena meraih predikat Cum Laude. “Ini memang cita-citanya, kami dalam keluarga tidak pernah memaksa mau kemana,” kata Halima tersenyum gembira.

Karena cita-cita itu terjawab sudah, Astri mengaku betapa sulit peluang akan konsisten di jalannya yakni menjadi guru. Soal kemungkinan menciptakan peluang kerja, lanjut Astri, itu mungkin saja. “Liat saja nanti. Kebetulan bapak saya ada usaha, mungkin saya bisa membantu untuk melancarkan usaha itu,” papar putri asal Riung ini tersenyum. (ch)***

No comments:

Post a Comment