Responsive Ads Here

Friday 9 October 2015

Jalan vs Kesehatan Bikin Kami Tidak Bisa Tidur


BAJAWA, vigonews.com - Public Hearing Ranperda tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir (KIBBLA) malah lebih banyak menyoroti masalah infrastruktur daripada aspek kesehatan itu sendiri.

Hadir pada Public Hearing  Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno, Anggota DPRD NTT Agus Lobo dan Patris Lali Wolo. Kegiatan hearing dipimpin Asisten II Setda Ngada Hironimus Reba di ruang Setda, Jumat (09/10/2015).

Keluhan terkait dengan hearing Ranperda KIBBLA, diantaranya dikemukakan Kepala Puskesmas Waepana, soa, Margareta Uang Kromen. "Omong kesehatan di daerah ini tidak bisa lepas dari masalah-masalah seperti  jalan, air dan listrik.

Hampir di semua puskesmas mengalami kendala. Dari soal kendaraan terbatas, kalau ada kendaraan pun sudah tua. Belum lagi jalan rusak, kendaraan sering macet, padahal di atas mobil ada ibu hamil yang siap melahirkan. "Kalau sudah begini, kami tenaga medias sudah cemas dan tidak bisa tidur semalaman," kata Ety sapaannya.

Daerah Riung dan Riung Barat, kata Ety mengalami kendala paling tinggi karena akses jalan tidak memadai. Padahal rujukannya paling tinggi. Karena itu dia minta perhatian pemerintah terhadap masalah akses jalan dan infrastruktur lainnya.

Omong soal kesehatan mau tidak mau bersinggungan dengan masalah infrastruktur. Di sini, bicara soal Ranperda KIBBLA jadi perlu perhatian juga masalah ini. Karena di kabupaten Ngada pun sudah ada Perda No 12/2011 tentang KIBLA, tetapi implementasinya juga belum maksimal, disebabkan akses jalan tidak baik.

Dari kiri: Agus Lobo, Anwar Pua Geno, Hironimus Reba Watu, dan Patris Lali Wolo
Dia juga menyoroti tenaga kesehatan yang belum memadai. Tenaga dokter juga masih kurang. Padalah di Puskesmas yang dipimpinnya itu ada fasilitas rawat inap dan masuk kategori Puskesmas PONET yang seharusnya memiliki dokter. Bagaimana tim bisa jalan?

Ety juga menyinggug soal kesejahteraan tenaga medis  yang dinilai tak sebanding dengan beban tugas. Dia membandingkan dengan guru yang kesejahteraannya sangat diperhatikan. "Padahal kami sama-sama urus manusia. Kami tidak minta istimewa, tetapi perlu seimbangkan dengan tugas kami yang tanggung jawabnya juga cukup berat. Karena kalau ada kasus kami selalu disoroti," urai Ety.(ch)*

Insert foto: Para tenaga kesehatan saat mengikuti public hearing Ranperda Provinsi NTT tentang KIBBLA

No comments:

Post a Comment