Responsive Ads Here

Tuesday 26 January 2016

Kerja Asal-asalan, Saluran Irigasi di Kurubhoko Mubazir


KURUBHOKO/NGADA, vigonews.com - Saluran irigasi sepanjang 440 meter di desa Nginamanu, kecamatan Wolomeze mubazir. Demikian keluhan sejumlah petani di desa itu, Selasa (26/01/2016).

Sejumlah petani yang ditemui wartawan mengatakan, hampir seluruh bagian saluran yang baru selesai dikerjakan Oktober 2015 itu, tidak bisa digunakan untuk mengairi air ke sawah milik petani di desa itu secara baik.

Beberapa petani yang ditemui wartawan di desa Nginamanu mengaku kecewa dangan kualitas kerja kontraktor yang dinilai asal-asalan. Karena itu, para petani minta kontraktor yang menangani proyek ini segera memperbaikinya. Banyak bagian saluran retak dan pecah sehingga menyebabkan air merembes sebelum mengairi sawah petani. 

Salah seorang petani yang memiliki sawah tak jauh dari saluran yang baru dibangun itu, Harys Kembo mengatakan, hampir semua bangunan saluran itu sudah retak setelah PHO yang lalu. Akibatnya saat akan digunakan, air tidak bisa tertampung dengan baik karena sudah merembes kemana-mana melalui bagian yang pecah. "Kami heran ini kerja bagaimana, baru selesai ko sudah pecah-pecah semua," katanya.

Keluhan yang sama juga disampaikan petani lainnya Elias Rita. Dia juga kecewa, karena banyak bagian saluran yang pecah dan hancur. Dia malah mempertanyakan, "ini kerja macam apa. Baru masukan air pada musim hujan terus tidak bisa gunakan. Air banyak rembes ke jalan melalui bagian saluran yang retak dan pecah."

Pantauan wartawan di lokasi, Selasa (26/01/2016) menunjukkan saluran yang dikerjakan CV. Elfision dengan pagu dana Rp 313 juta itu mubazir dan tidak bisa digunakan. Berbeda dengan proyek yang sama yang dikerjakan pada tahun anggaran sebelumnya. Namun proyek kali ini bagian permukaan bangunan sudah banyak yang hancur, bagian dalam saluran retak (terbelah) sehingga air tak tertampung dengan utuh. Dan lebih memprihatinkan, ternyata pengerjaan saluran  ini seperti hanya ditempel di atas permukaan tanah tanpa digali fondasi.

Bagunan saluran tanpa fondasi ini atau hanya dicor di permukaan tanah juga dibenarkan para petani karena terlihat tidak menyatu dengan landasan. Itu sebabnya sejumlah petani yang ditemui mendesak pihak kontraktor untuk memperbaiki pada masa pemeliharaan.

Warga desa lainnya yang juga memiliki sawah di areal Kurubhoko, Rafael Sai juga merasa prihatin dengan bangunan saluran irigasi di desanya. Dikatakan, terlihat kontraktor kerja asal-asalan tidak memperhatikan kualitas, yang penting selesai. "Kami berharap kontraktor bisa memperbaiki pada masa pemeliharaan," pintanya.

Sementara Kepala Desa Nginamanu, Yohanes Don Bosco Lemba, saat dikonfirmasi wartawan membenarkan kondisi saluran yang memprihatinkan itu. Setelah menerima keluhan dari warganya, Don Bosco meninjau langsung ke lokasi. "Apa yang dikeluhkan petani itu benar adanya. Bagian bangunan saluran sudah banyak yang rusak. Banyak bagian yang pecah dan retak-retak. Dan kelihatan waktu cor tidak digali fondasi sebagaimana ketentuan," beber Don Bosco.

Terkait dengan kondisi yang dikeluhkan petani, tambah Don Bosco, tim dari Bapeda Ngada sudah turun melakukan monitoring, yang menyebutkan saluran yang baru dikerjakan CV. Elfision itu mutunya sangat rendah. 

Untuk diketahui, proyek saluran irigasi ini sudah di-PHO sekitar Bulan November lalu. Proyek sepanjang 440 meter itu selesai kerja Oktober tahun lalu. Namun dua bulan kemudian ketika saluran itu digunakan justru terlihat banyak yang retak, pecah dan ada bagian yang hancur.
"Sampai saat ini air rembes terus ke jalan, saluran tidak gali, semen tempel di atas permukaan. Banyak retak dari ujung ke ujung. Proyek yang sama tahun 2014 masih lebih baik. Kalau begini kondisinya, maka kami minta kontraktor harus kerja ulang karena saluran tidak bisa digunakan sama sekali," tegas Bosco.

Don Bosco mengatakan, kondisi waktu PHO itu masih aman. Namun dua bulan kemudian malah memperlihatkan bahwa bangunan ini tidak bisa bertahan lamah, karena selain retak-retak ada juga yang ambruk. Ini menunjukkan bahwa mutu pekerjaan sangat rendah. PU, kata dia juga sudah turun, katanya saat ini masih dalam masa pemeliharaan sekitar 6 bulan. 

Terkait dengan proses PHO, kata Don Bosco, waktu itu baik pihak PU maupun kontraktor hanya
datang memberitau bahwa proses PHO sudah dilakukan karena pengerjaan sudah selesai. Selanjutnya proyek itu masih dalam pemeliharaan selama enam bulan. "Tetapi kalau kondisi hancur begitu mau pelihara bagaimana. Kecuali kerja ulang. Karena kelihatan pengerjaan tidak gali fondasi. Jadi masyarakat minta supaya rehap berat," katanya.

Dia juga menyesalkan karena papan kontrak saja tidak pernah dipasang sejak awal. Kalau begitu kerja bagus tak masalah. Nah, kerjanya juga seperti asal-asalan. Don Bosco juga berharap sebelum dilakukan PHO harus dapat input dari kepala desa. Karena ini sarana yang akan digunakan masyarakat. Bukan asal oke tim dari kabupaten, dan pihak desa hanya diberitau setelah proses itu.(ch)*

Insert foto: Irigasi yang baru dikerjakan itu tampak pecah, retak dan hancur

No comments:

Post a Comment