Responsive Ads Here

Sunday 2 July 2017

Melki Laka Lena ‘Melihat NTT dari Belakang’


Menyambut pesta demokrasi pemilihan Gubernur NTT tahun depan, calon gubernur dan calon wakil gubernur gencar turun gunung. Deretan nama, kini kian panjang. Siapa di antara mereka yang sudah ‘menaklukan’ 3, 8 juta pemilih dari 5 juta lebih penduduk yang mendiami provinsi 566 pulau ini? Belum ada, kecuali Emanuel Melkiades Laka Lena. Melalui gawe ‘Sayembara Ayo Bangun NTT, Melki begitu biasa disapa dinilai banyak kalangan sebagai politisi muda yang memulai kerja politik dengan hati dan ‘pikiran/gagasan’ orang banyak.

Inilah kiat Melki Laka Lena melihat NTT dengan cara berbeda. Dengan cara baru. Meninggalkan konsep berpkir linear, yang dikerjakan oleh banyak orang. Ketika banyak calon pemimpin/politisi daerah ini melihat NTT dari depan, Melki justru melihat terbalik. Gagasan cerdas besutannya – Sayembara Ayo Bangun NTT – adalah cara Melki Laka Lena memandang NTT hari ini, melihat (mencermati) dari Belakang.

Kini, gawe yang menyita perhatian banyak orang di NTT sudah selesai digelar. Melibatkan banyak kecamatan. Semua kabupaten turun gunung untuk urun gagasan, pikiran dalam satu simpul ‘Ayo Membangun NTT’. Melalui ajang curah gagasan paling akbar ini, banyak sisi gelap jadi terang – benderang. Gagasan di ruang kedap diartikulasikan hingga ke permukaan bertolak dari isu-isu aktual NTT hari-hari ini. Ya! Sayembara bertajuk ‘Ayo Bangun NTT’ yang semula diragukan banyak pihak malah jadi hingar-bingar ke seantero tanah Flobamora. Semua peserta beradu gagasan dari kecamatan hingga tingkat propinsi. Melalui debat sengit peserta mengaduk pikiran jernih. Mengadu nyali dan kreatifitas komunitas paduan suara dari tiap kabupaten sembari menggelorakan Mars ‘Ayo Bangun NTT,’ dan ‘Membangun Kotaku.’

Melki menggugah hasrat rakyat NTT tercinta untuk bangun tanah yang sering dijuluki Flobamora ini. Memulai debutnya menuju pesta demokrasi dengan cara yang cerdas. Mulai bekerja dengan hati, menggalang pikiran/gagasan banyak orang. Sebab, menurut Melki, NTT tidak bisa dibangun dengan gagasan segelintir orang. Karena masyarakat daerah ini adalah pemilik sah propinsi NTT. Gagasan itu kemudian ditulis, dilombakan melalui debat, melalui kreativitas generasi muda hingga generasi paling senior, mulai dari rakyat biasa hingga pejabat dan politisi, mulai dari remaja (SMA) hingga kaum akademisi

Kelahiran Kupang, 10 Desember 1976 ini, mengajak semua kalangan untuk melihat orang-orang sekitar yang telah berbuat banyak meski di ruang ‘sempit’. Mereka yang pikiran dan tindakan tak pernah di dengar. Mereka ini dalam ‘kacamata’ Melki, adalah tokoh teladan di tempat dan zamannya sendiri. Yang menyumbangkan gagasan tindakan untuk bangun NTT, tetapi jarang dilihat, kurang didengar dan belum dihargai selama ini. Dan selama bertahun-tahun peranya diabaikan, kecuali peran dan pemikiran untuk kerja politik pemenangan. Dan, melalui kompetisi ini, gagasan dan tindakan para tokoh diartikulasi melalui tulisan para peserta sayembara yang kemudian menjadi masukan yang berharga dalam kerja-kerja politik ke depan. Kerja politik yang dimulai dari rakyat, oleh (bersama) rakyat dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.

Sayembara NTT diselenggarakan oleh Yayasan Tunas Muda Indonesia (YTMI) dimana Melki menjadi ketuanya. Kegiatan yang mulai digelar sejak awal tahun menyita perhatian, tenaga, waktu dan biaya tidak sedikit. Berapapun yang sudah dipertaruhkan, bagi Melki Laka Lena bukan apa-apa, dibanding dengan memburu gagasan/dan pemikiran bernas dari kampung ke kampung. Menumbuhkan kreativitas melalui lomba-lemba yang mendebarkan dan mengasah ketajaman generasi muda. Dari kompetisi-kompetisi ini tertanam hasrat membara, membangun jiwanya para pemilik masa depan – generasi muda. Karena esensi pembangun adalah membangun jiwanya, baru kemudian membangun raganya.

Sejak awal tahun itu, Melki harus melenggang ke daerah-daerah untuk kesiapan penyelenggaraan. Begitu juga ketika sayembara digelar, dia pun harus terus wara-wiri dari kabupaten ke kabupaten, hingga grand final di Ende awal Juni lalu. Pada saat grand final digelar, lomba debat dan paduan suara dari seluruh kabupaten dan kota di NTT menyatu dalam satu asa bernafas kompetisi. Menyusul pengumuman lomba menulis gagasan dan menulis tokoh teladan NTT yang diumumkan pekan kedua Juni di Timor.

Pergi ke berbagai daerah, mantan Sekjen PP PMKRI Pusat ini selalu disambut hangat. Tak sedikit yang memuji langkah politisi muda yang kini menjabat Wakil Sekjen DPP Partai Golkar itu. Bahkan tentang terobosan Melki ini mendapat apresiasi dari Dosen Filsafat Politik STFK Ledalero Pater Dr. Otto Gusti dan Analis Politik dari Fisip Unika Kupang Mikhael Rajamuda Bataona, sebagaimana dilansir Tabloid Seputar NTT. Dr. Otto Gusti sendiri menilai terobosan Melki Laka Lena sebagai gagasan cerdas. Apa yang dilakukan itu adalah bentuk kerja nyata untuk membawa perubahan bagi NTT. Sementara, Rajamuda Bataona menilai fenomena Melki Laka Lena – politisi muda berkarakter itu dapat mengisi ruang kejenuhan publik pada politisi tua yang jika diadu dalam survey pun bakal ‘terjungkal.’

Apa yang dikatakan Dr. Otto Gusti dan Rajamuda Bataona seperti menjadi simpul gerakan tokoh muda partai Golkar ini menggalang gagasan dan menggerakkan orang muda. Sebagai provinsi dengan wilayah darat dan laut yang luas, NTT memerlukan peran kaum muda dengan menggelorakan kerja praktis di berbagai lini. Menyetir pendapat Rajamuda Bataona, maka sebagai kader muda, Melki harus selalu siap jika amanat itu dipercayakan kepadanya.

Persoalan klasik NTT yang tidak pernah lekang dari stigma kemiskinan mendorong Melki untuk melakukan terbosan tidak biasa. Untuk membangun daerah ini perlu gagasan alternatif manakala para elit masih berkutat pada pemikiran linear banyak orang, namun terjebak pada rutinitas tak produktif. Pola kerja linear ini yang membuat masyarakat seakan apatis sehingga tidak mengalami perubahan.

Stigma kemiskinan seolah tak pernah hengkang dari NTT. Meski daerah ini memiliki potensi cukup untuk membuat rakyatnya sejahtera jika dikelola dengan baik dan kreatif. Memang, selama ini para politisi sudah terlanjur melihat NTT dari depan, sehingga terlihat tidak pernah beranjak maju (berubah). Kini sudah terlalu berat untuk menarik beban itu. Malah menuntut harus berpikir dan bertindak beda. Berpikir dan bertindak baru, yaitu melihat NTT dari belakang. Baru kemudian dapat melihat dengan jelas potensi besar yang dimiliki, dan yang dilakukan adalah mendorong. Dengan potensi dan peran serta berbagai kalangan,  kekuatan dorongan bakal jauh lebih dahsyat, ketimbang hanya ditarik oleh segelintir elit yang datang setiap kali gawe politik menawarkan untuk menarik NTT dari lubang kemiskinan, tetapi beban itu tak pernah tuntas.

Melalui Sayembara Ayo Bangun NTT, dalam waktu tidak terlalu lama, Melki Laka Lena sudah roadshow dari kabupaten ke kabupaten bahkan pulau-pulau di propinsi NTT. Melalui gema kegiatan ini dia mengirim sinyal kepada NTT bahwa untuk membangun daerah ini bukan hanya berada di tangan para politisi dan atau birokrat, melainkan sangat dibutuhkan keterlibatan dan partisipasi dari masyarakat umum, sejak tahap perencanaan, evaluasi, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan.  Alumni Sekolah Menengah Farmasi Kupang dan S1 Fakultas Farmasi Sanata Darma Jogyakarta ini mau mendengarkan suara akar rumput. Apa yang masyarakat rasakan, geluti, dan alami selama ini dalam berbagai bidang kehidupan. Kegiatan yang digagas oleh alumni SMPK Ndao, SMP Seminari Pius XIII ini juga mau meminimalisir adanya stigma terhadap propinsi NTT dengan pelesetan sebagai Propinsi “Nasib Tidak Tentu” dan “Nanti Tuhan Tolong”

Guna memperoleh gagasan bernas di lapis bawah (masyarakat) digelar kegiatan yang dimulai dengan diskusi gagasan dalam berbagai bidang kehidupan di NTT seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, keamanan, pariwisata, hukum dan keamanan, Human tracfiking, dan lingkungan hidup. Isu-isu ini menjadi agenda seksi yang selalu dibicarakan oleh berbagai kalangan disetiap kaupaten ketika berdiskusi bersama putra Ende Flores ini. Bakal calon Gubernur NTT ini begitu serius menyimak semua kompleksitas permasalahan, dan saran yang disampaikan oleh semua lapisan masyarakat pada saat berdiskusi. Masyarakat yang hadir dalam diskusi ini selalu menitipkan pesan agar ketika nanti terpilih sebagai gubernur NTT mampu mewujudkan harapkan masyarakat NTT menjadi lebih baik dan bermartabat.

Dalam berbagai forum gelar Sayembara Ayo Bangun NTT, dihadapan masyarakat yang hadir, Melki demikian sapaan akrabnya, selalu tampil sederhana dan santun dalam berkomunikasi. Dirinya menyampaikan bahwa, kegiatan ini sengaja digagas olehnya melalui Yayasan Tunas Muda Indonesia (YTMI) agar bisa mewadahi semua pemikiran dan gagasan masyarakat NTT untuk menata propinsi NTT kedepan yang lebih baik. Menurutnya, kegiatan ini bebas dari kepentingan politik, karena itu banyak diikuti oleh berbagai kalangan termasuk para politisi di luar partai Golkar. Orang merasa tertarik dan respek dengan kegiatan yang belum pernah diprakarsai siapapun ini. Pejabat Negara sekalipun belum pernah melakoni kegiatan yang melibatkan seluruh masyarakat NTT sebagai makna atas momentum hari lahirnya propinsi NTT yang ke 58.

Dalam catatan media, ketika kunjungannya ke setiap Kabupaten/Kota, Melki selalu mendapat sambutan hangat dari masyarakat di 21 kabupaten Kota Se NTT. Ekspresi sambutan masyarakat melalui tarian adat, sesungguhnya mengungkapkan ekspektasi besar masyarakat kepada mantan calon wakil Gubernur NTT periode 2013-2018 untuk menjadi Gubernur NTT periode 2018-2023. Masyarakat merespons positif gebrakan seorang tokoh muda dengan melibatkan banyak orang dari berbagai lapisan. Karena publik menilai siapapun dia yang maju dalam pemilihan Gubernur NTT dan kelak menjadi Gubernur, harus berani melakukan gebrakan dan terobosan yang radikal dan revolusioner, serta memahami karakteristik NTT, baik alamnya maupun tipilkal masyarakatnya, terlebih gagasan dan pemikiran yang bernas dari berbagai lapisan.

Gelar akbar ‘Sayembara Ayo Bangun NTT’ sudah usai. Namun, pembicaraan seputar kegiatan ini belum usai. Tugas sang politisi ini pun belum selesai. Gagasan/dan pemikiran bernas masyarakat yang diwadahi melalui sayembara perlu ditenun kembali menjadi gagasan yang utuh sebagai sumbangan pemikiran membangun NTT. Gagasan dan pemikiran yang menggambarkan kondisi ril NTT oleh orang-orang NTT sendiri – titipan untuk ‘Bung Melki’ menuju NTT 1.  Melki juga harus terus merenda semangat membara yang ditunjukkan para generasi muda dari 21 kabupaten kota melalui gerakan kreativitas yang sudah digemakan melalui lomba paduan suara – mengembangkan layar memayungi rakyat di tanah Flobamora. Meramu dari gagasan yang sebelumnya tercecer di berbagai plosok dalam suatu gita nusa (nyanyian merdu untuk NTT). Merangsek maju membawa semangat juang para muda dari berbagai latar belakang – merajut kebersamaan tanpa sekat yang sudah jadi kekayaan tanah pusaka.

Sebuah ungkapan mungkin tepat dialamatkan kepada sosok yang kini digadang-gadang banyak kalangan untuk memimpin NTT: “Jawaban yang salah merupakan jawaban yang benar untuk pertanyaan berbeda.” Ada banyak jawaban yang salah dalam membangun NTT. Pengalaman berulang-ulang selalu menjadi guru yang baik, karenanya, Meliki menggunakan jawaban salah yang sama untuk pertanyaan berbeda. Sayembara Ayo Membangun NTT adalah pertanyaan berbeda – pertanyaan baru, untuk  mendapatkan jawaban itu. “Setiap kali mengalami kegagalan, akan terdorong  mempelajari sesuatu yang baru. Kegagalan adalah guru yang jauh lebih baik ketimbang keberhasilan,” kata orang bijak.

Memulai debutnya menuju NTT 1, Melki  memandang NTT dengan cara berbeda. Ketika banyak politisi melihat dari depan, dan selalu subyektif, Melki justru menerobos lintas batas melihat dari belakang, apa sesungguhnya ganjalan sehingga tak pernah bisa ditarik maju. Ibarat: saat bertandang ke rumah sahabat, ia tidak hanya duduk manis di ruang tamu dan mendengarkan tetapi juga berada di belakang untuk mengetahui apa yang mereka punya. Seorang pemimpin harus mampu melihat dari sisi berbeda. Pemimpin semacam ini tipikal pemimpin yang rendah hati, namun kreatif, berintegritas, dan jujur.

Mungkin Melki berpikir lateral, yang  dimulai dengan menulis seluruh gagasan-gagasan dominan yang berlaku dalam situasi kita dan sengaja mengkritiknya melalui adu gagasan dengan mempertemukan banyak orang dari berbagai elemen.  Melalui kompetisi gagasan berupaya membalikan setiap asumsi dan gagasan yang dominan yang selalu dianggap benar.  Perjuangan belum berakhir, ketika masih banyak harapan yang datang kepadanya, seperti sebaris pantun berikut ini:  “Jika beredar uang palsu cermati saja yang asli – Jika  banyak calon gubernur, pastikan saja pada Melki.” (Emanuel Djomba)***

No comments:

Post a Comment