Responsive Ads Here

Friday 29 December 2017

Uskup Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Pr, Pada Reuni Akbar Alumni Recis: ‘Jangan Cemas Hari Esok’

Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Pr dalam khotbahnya minta ' jangan cemas hari esok' -  

BAJAWA, vigonews.com  - "Jangan cemas hari esok. Dengan kekuatan hati engkau akan mampu merenda hari demi hari menuju hari esok yang terang benderang," pesan Uskup Agung Ende Mgr. Vinsentius Sensi Potokota, Pr pada misa syukur Reuni Akbar SMAK Regina Pacis, Jumat (29/12/2017).

Pesan ini menjadi sari dari rangkaian khotbah Uskup Sensi selama 30 menit setelah membedah tema: "Satu Hati untuk Regina Pacis" dalam balutan Furman Tuhan. "Ini tema biasa dari hajatan sosial biasa. Namun Recis mengubahnya menjadi luar biasa," ujar Uskup Sensi di awal khotbahnya.

Tema ini bermakna ajakan, namun bukan ajakan biasa. Ajakan yang menyentuh hati sejak awal berdiri sampai saat ini. Tema ini bukan sekedar ajakan anak zaman ini, tetapi yang terangkai dari generasi ke generasi. Ajakan yang menyiratkan kerja dalam durasi yang sangat panjang. Itu sebabnya ketika di titik tiba hari ini, ajakan ini harus terus dihidupi dan merangsek ke masa depan menuju cita-cita dan visi yang digumuli sejak berdiri tahun 1982 lampau.

"Satu Hati untuk Regina Pacis" sepenggal rumusan tema yang tidak sederhana karena merupakan selarik doa. Sebuah sudut pandang yang menyiratkan komitmen dan keyakinan.
Namun Uskup Sensi membuat peserta yang hadir tertegun dengan sejumput pertanyaan: "Sedalam itu kah?" Ada apa dengan hati anda di Recis ini sehingga perlu disatukan? Bahwa dalam kebersamaan dan keberagaman selalu ada niat untuk mempersatukan, tentu saja untuk kepentingan bersama. Namun juga untuk kepentingan sendiri  karena dalan kebersamaan dan keberagaman ada pribadi-pribadi yang terajut. Tanpa kebersamaan sudah berarti mengingkari eksistensi sebagai makhluk sosial.

Dalam kaitan dengan peresmian gedung sekolah, berarti ada komitmen agar semua komponen menjadi sehati untuk Regina Pacis. Di sini ada alumni, orang tua, sekolah dengan para guru dan yayasan dan pemerintah. Semua membangun komitmen dalam satu hati.

Jika dihubungkan dengan kisah penciptaan, segala sesuatu yang dimulai dan dikerjakan dengan semangat dan komitmen sehati akan baik adanya karena ada terang besar. Namun dalam kisah penciptaan manusia menjadi sombong sehingga kegelapan terjadi. Memadamkan terang berarti meniadakan peran Allah.

Karena kegelapan itu, Allah memakai para nabi setiap zamannya guna menghalau kegelapan. Namun manusia sepanjang sejarah selalu gagal memadamkan kegelapan. Itu sebabnya, Allah mengutus putra-Nya sendiri, yakni Yesus. Pribadi yang jauh lebih besar  dari para nabi yang pernah ada. Mengapa harus Putra-Nya? Karena Allah tidak mau mengingkari hakekatnya sebagai Sang Cinta - Sang Terang.

Dalam konteks penyelamatan, Yesus dipercaya dan diutus untuk mengumpulkan kembali yang tercerai-berai. Merakit kembali yang tercecer. Mengumpulkan kembali berserakkan melalui korban terbesar dengan wafat di kayu salib.

Harus kita akui bahwa kesatuan apapun tidak akan terwujud  tanpa terang Tuhan. Yesus membangun kesatuan dan keutuhan tanpa membangun kekuasaan dengan kerajaan dunia tetapi membangun hati. Membaharui hati - memberi kepada kita dengan hati yang baru. Dan persatuan yang sejati itu adanya di hati, bukan di kepala, bukan pada inftastruktur fisik, tidak juga melalui keterkenalan dan kekuatan manusia duniawi.

"Ada apa dengan hati," tanya Uskup saat khotbah di hadapan sekitar dua ribuh umat yang hadir. Pertama: di hati kita tanamkan sedalam-dalamnya visi dan spirit perjuangan yang menjadi cita-cita para pendiri lembaga Regina Pacis. Tanamkan itu dalam-dalam di hati dan bukan di kepala.

Hari ini keluarga besar Recis Menguatkan kembali komitmen yang sudah dimulai oleh para pendiri lembaga ini. Recis sadar bahwa perjuangan para pendiri tidak dimulai asal-asalan tetapi dimulai dari mimpi dan cita-cita yang besar. Mimpi besar itu harus menjadi roh perjuangan dalam perjalanan sejarah Recis babak demi babak. Diimplementasikan melalui program-program dan terus-menerus direvitalisasi.

Kedua, kata Uskup Sensi,  menyadari kekuatan dari dalam yakni ‘Hati’ dimana hati sebagai instansi batin yang paling dalam dari manusia. Melalui hati yang kuat lahir momentum hari ini sebagai momen menguatkan kembali spirit para pendiri yang disatukan dalam tema sedemikian inspiratif. Kita butuh ‘tenaga dalam’ – kekuatan hati’ sehingga mimpi tertanam dan akan bertumbuh menjadi kenyataan. Kita butuh ‘tenaga dalam’ karena menggunakan otak banyak yang menyesatkan. Itu sebabnya kita ingin Recis terus ciptakan mimpi-mimpi besar dengan keluatan hati sebab di sanalah pusat kekuatan. Tuhan bertahta dalam hati mereka yang membuka diri, bukan pada infrastruktur fisik. Di hati, Tuhan tanamkan kekuatan cinta-Nya karena dari cinta asal dari segala yang baik.(Emanuel Djomba)***


No comments:

Post a Comment