Responsive Ads Here

Thursday 25 January 2018

Keja, Potret Kampung ‘Terisolasi’ Lahirkan Lima Imam

Nuansa budaya dalam misa Perdana P. Yoakim Jadi, O.Carm -  

WOLOMEZE, vigonews.com – Keja, sebuah kampung yang terletak di kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada. Bersama kampung Nggurununca dan Ramba, masuk dalam Desa Turaloa. Kampung terpencil 3 km jauhnya dari Mulu – yang terletak di Jalan Soa – Riung.

Sekitar 15 tahun lalu, menuju kampung ini hanya jalan setapak melerengi bukit-bukit terjal. Belum ada infrastruktur jalan yang memadai. Sekarang kondisi jalan sudah cukup lumayan sehingga kendaraan bisa masuk ke kampung ini. Namun,  masyarakat desa ini tetap hidup dalam ‘gelap’ – karena listrik belum ada (masuk).

Berita Terkait:
Sekda Meda Moses, Pada Misa Perdana Imam Baru: “Menjadi Imam Keputusan Penting”

“Yoakim Jadi, Akhirnya Jadi Imam”

Tak berlebihan jika kampung ini ‘nyaris tak ada sentuhan’ dari pemerintah. Karena setelah Indonesia merdeka 70 tahun, warga Keja seperti berjalan di tempat dalam pembangunan fisik. Meski demikian mereka tak sampai mengemis-ngemis diberi perhatian. Mungkin karena mereka tau, resiko kemerdekaan berarti Negara mesti mengurus rakyatnya tanpa diminta.

Masuk kampung ini, tidak ada terdengar deru kendaraan seperti di mata jalan propinsi Soa – Riung yang kini juga hancur. Kata salah seorang tokoh, Anton Tangi menanalogikan kondisi jalan propinsi ini: “Kita sulit membedakan mana jalan hotmix dan mana jalan setapak.” Sindiran halus Anton itu memang miris, meski disambut aplaus ratusan umat yang menghadiri Misa Syukur Tahbisan Imam Baru Pater Yoakim Jadi, O Carm – putra dari kampung keja, Rabu (24/01/2018).

Warna kehidupan masyarakat Keja dari zaman ke zaman seperti potret buram. Tetapi dalam kesederhanaan, mereka menerima warna itu seperti memunculkan spirit lain merenda hidup jengkal demi jengkal dengan nurani tetap bercahaya.
 
Mendoakan para imam
Masuk di kampung kecil terpencil ini bisa dapatkan keheningan, Sebuah gereja di lereng agak tinggi bagai mangayomi warga yang semuanya didiami umat Katolik. Suasana ini memberi warna religiousitas yang kental. Tak heran dari kampung ini Tuhan memilih lima putra terbaik menjadi Imam-Nya. Dari keluarga Katolik yang sederhana dan selalu mengantarkan doa, hidup dengan apa adanya, jauh dari kesan modern, makan dari sawah ladang yang diracik dengan tengannya.

Tidak salah kalau seorang Imam dari kampung ini, Pater Alfons Mana, SVD dalam khotbah misa syukur imam baru, Rabu (24/01/2018) menyinggung, bahwa dari tahun ke tahun dari zaman lampau, kampung ini terpencil. Untuk ke kota kabupaten Bajawa saja jauh, ke Mataloko juga jauh, apalagi ke Ende dan kota propinsi tak terbayangkan jauhnya.

“Tetapi mereka seperti sudah terlatih untuk meraih prestasi – impian  hidup lebih baik melewati kondisi-kondisi yang sulit itu. Keluar dari sini membutuhkan waktu dua hari dengan berjalan kaki,” kata Pater Alfons yang tersirat juga mengisahkan bagaimana dirinya menjadi imam di tengak konsisi sulit untuk pergi mendapatkan ilmu di seberang.

Dikatakan Pater Alfons, sesuatu yang sangat kontradiktif jika dibandingkan hidup di zaman ini yang disuguhkan dengan kemudahan-kemudahan. Namun justru menjadikan generasi baru memilih hidup serba instan. Tidak mau susah. Ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang mudah, dan hasilnya memang tidak mendapatkan apa-apa.

Meski dikenal sebagai kampung terpencil, namun dari sini sudah ‘lahir’ lima imam. Dari keluarga sederhana di Keja mempersembahkan yang terbaik, yakni putra terbaik kepada gereja dan umat.

Peristiwa ini melahirkan perayaan-perayaan iman di kampung ini seperti misa sykur tahbisan imam baru, perayaam perak imamat dan banyak perayaan lainnya. Dan, ternyata perayaan imamat yang selalu mewarnai kampung terpencil ini ikut membuka isolasi kampung Keja dari dunia luar. Semuanya menjadi terbuka sehingga banyak orang mengenal kampung ini.

Sekarang jalan ke kampung Keja sudah bisa dilewati kendaraan dengan mudah, meski belum diaspal. Akses ini juga bisa tembus hingga kampung sebelahnya – Nggurununca. Tahun lalu, pemerintah Ngada membuka akses jalan baru dari Nggurununca ke Lengkosambi. Diharapkan akan menjadi jalan alternatif menuju kawasan wisata Riung dari jalan Soa - Riung yang kini bagai kubangan sepanjang jalan. Sayangnya ruas jalan yang baru dibuka ini belum ditingkatkan, masih merupakan jalan tanah.
 
Anak-anak Keja menyambut imam baru dengan tarian 
Suasana Misa Syukur Imam baru di Keja belum lagi usasi ketika itu, namun hujan sudah mengguyur kampung  dengan lebatnya. Meski begitu tak mengurangi kegembiraan umat  dalam misa yang dihadiri lebih dari 20 imam konselebran.

Ternyata guyuran hujan itu menyebabkan banyak kendaraan tamu dari Pemda Ngada tak bisa keluar karena tanah lapang dengan kontur agak miring tempat parkir kendaraan-kendaraan itu terendam air. Merayappun kendaraan tak bisa, apalagi melaju -  ban mobil hanya berputar di tempat karena licin.

Mobil Puskesmas Natarndang berupaya keras keluar dari tempat licin dengan bantuan dorongan para perawat cantik. Begitu pun mobil yang ditumpangi Sekda Ngada Meda Moses terpaksa terseok-seok menanjak – hanya masih untung kendaraan itu ada Derek-nya. Mobil itu akhirnya yang ikut menarik mobil Ketua PAN Ngada Kristoforus Loko hingga keluar dari jebakan jalan licin.

Melewati lereng-lereng bukit sejauh 3 km hingga mencapai jalan propinsi, Soa – Riung sudah bisa bernafas lega, meski tetap harus ekstra hati-hati. Hanya ruas jalan ini harus ditingkatkan lagi karena medannya sedikit  licin di beberapa tikungan dan tanjakan. Melalui ruas jalan ini menjadi pilihan satu-satunya menuju desa Turaloa. Ini desa terjauh dalam layanan Pemerintah Kecamatan Wolomeze. Jalan ini menjadi akses cepat para bidan dan dokter dari Puskesmas Natarandang melayani kesehatan masyarakat, dan mengatasi gawat darurat dari dan ke desa ini.

Ketika melewati jalan ini, Ketua PAN Ngada Kristoforus Loko menjawab vigonews.com mengatakan, sejak dulu pembangunan akses jalan ini menghadapi masalah karena masuk dalam kawasan hutan lindung. “Karena itu saya sempat beberapa kali menghadap Kementerian Kehutanan RI untuk minta izin membuka jalan. Ini memang menjadi masalah ketika kita harus membuka akses, kecuali setelah memperoleh izin. Dan setelah itu baru jalan ini dibuka,” kata Kristo. (Emanuel Djomba)***  

No comments:

Post a Comment