MATALOKO, vigonews.com - Ketika Menghadiri seremonial wisuda 139 sarjana STKIP Citra Bakti, Sabtu (05/09/2015) Selly Raga Tua selaku pimpinan DPRD Ngada secara khusus memberi apresiasi kepada para dosen di lembaga itu.
"Saya sebagai pimpinan DPRD harus memberi apresiasi dan bangga akan pengorbanan para dosen di sini, baik magister, doktor maupun profesor yang berani masuk kampus di kampung. Ini luar biasa dan sebuah pengorbanan. Sekali lagi saya harus salut," kata Selly yang disambut aplaus para hadirin.
Terkait dengan itu, dia minta, baik lembaga DPRD maupun pemerintah daerah untuk memberi dukungan terhadap perjuangan semacam ini. "Mari kita dukung niat baik lembaga ini untuk perjuangan selanjutnya. Kita berharap ke depan Citra Bakti dapat menjadi sebuah universitas swasta yang mandiri dan mampu bersaing. Mari kita dukung komitmen agar kegalauan kita dapat diatasi melalui kerja-kerja nyata sebagai pengambil kebijakan," pintanya.
Terkait dengan pelepasan 139 sarjana, Selly memandang sebagai momentum strategis untuk merumuskan kembali apa yang dilakukan dalam menciptakan lulusan yang diandalkan di masyarakat. "Kita harus jujur, bahwa banyak pendidikan tinggi kita belum mampu menghasilkan lulusan yang siap bersaing di pasar kerja. Padahal harapan kita sarjana keluaran perguruan tinggi harus mampu menjadi tenaga yang bukan hanya pintar, tetapi juga kreatif, inovatif dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri," kata Selly prihatin.
Selly merekam sinyalemen ketidaksiapan out put perguruan tinggi menghadapi pasar kerja. Faktanya selama ini para sarjana yang kembali ke daerah hanya menunggu lowongan PNS. Dikatakan hanya segelintir orang berkualitas yang mampu menciptakan peluang kerja sendiri. "Ini yang memnyebabkan timbul kegalauan baik para sarjana baru lulus maupun bagi insan pendidikan itu sendiri," tegas Selly.
Kegalauan, kata Selly dari sudut pandang berbeda juga penting karena mengandung sifat yang reformis. Namun dia perlu diasah agar menjadi revolusioner. Dengan mendorong kegalauan tersebut ke level yang lebih radikal dan holistik. Di aras ini, kegalauan menjadi bermanfaat untuk memperkaya diskursus (perdebatan) kritis kita terhadap kondisi pendidikan tinggi dewasa ini. Bukan galau yang artifisial yang hanya membawa kita pada wacana tak bermakna.
Di bagian lain, Selly minta para sarjana baru tidak perlu takut dengan tantangan krusial dan berbagai kritikan yang ditunjukkan dalam sikap skeptis kepada para sarjana baru. Sebaliknya pandangan skeptis tersebut harus menjadi cambuk agar terus mengisi diri dan tidak berhenti belajar, berkreasi dan berinovasi, sehingga mampu berkompetisi di tengah dunia kerja.(ed)*
No comments:
Post a Comment