Responsive Ads Here

Tuesday 15 September 2015

Mau Tau, Tanggung Jawab Sosial Seorang Sarjana?


MATALOKO, vigonews.com - Ketua STKIP Citra Bakti Ngada, Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd mengingatkan 139 wisudawan agar tidak menunggu peluang kerja tersedia baru bekerja. Sebaliknya, harus mampu menciptakan peluang kerja sendiri. Demikian pernyataan Prof. Koyan dalam sambutannya ketika melepas 139 sarjana angkatan pertama STKIP Citra Bakti di kampus Malanuza, Sabtu (05/09/2015).
Dikatakan, keberhasilan hari ini adalah  buah dari kerja keras saudara. Selama di kampus saudara mengalami banyak tantangan hingga meraih keberhasilan. Tetapi sesungguhnya tantangan di kampus jauh lebih ringan jika dibanding dengan tantangan baru di luar kampus. Tetapi, dengan ilmu dan skils yang saudara miliki,  yakinlah saudara bisa mengatasi berbagai tantangan di tengah masyarakat yang hari-hari ini diwarnai krisis, seperti krisis lapangan kerja.
Diingatkan bahwa, pekerjaan tidaklah datang sendiri, tetapi saudara harus mengusahakan dan ‘menciptakannya.’  Kalau belum dapat peluang kerja, saudara harus menjemputnya bahkan menciptakan peluang kerja sendiri di tengah persaingan yang kian ketat. "Jangan menunggu pekerjaan datang, sebaliknya menjemput dan menciptakan peluang," tegasnya.
"Saya senang jika saudara bisa ciptakan peluang kerja  sendiri. Bahkan akan lebih mulia jika peluang kerja yang saudara ciptakan itu juga bisa membuka kesempatan bagi orang lain selain diri ssendiri," kata Prof. Koyan.
Prof. Koyan juga mengatakan  bahwa, perkembangan iptek terus bergerak, karenanya saudara harus terus bergerak dalam arus zaman. Itu sebabnya tidak boleh berhenti belajar sehingga saudara tidak tergerus arus zaman yang dahsyat itu. Dalam arus itu saudara mengembangkan potensi diri sesuai pengetahuan dan skils yang dimiliki. Jika saudara terapkan itu, maka saudara akan memenangkan persaingan.
Di bagian lain, Prof. Koyan berharap, sebagai alumni Citra Bakti, perilaku saudara di masyarakat akan menjadi cermin lembaga. Karena itu tunjukkan prestasi dan berperilaku baik demi diri saudara maupun demi nama baik lembaga ini.

Tanggung Jawab Sosial
Sementara Koordinator Kopertis Wilayah VIII Bali dan Nusa Tenggara, Prof. Dr. Drs. I Nengah Dasi Astawa, M.Si dalam sambutannya yang disampaikan oleh Kepala Bagian Tata Usaha, A.A. Gede Agung Supthayana, SH  mengingatkan para sarjana, bahwa  ketika masuk dunia kerja akan menjumpai mitra dari bidang-bidang iptek yang berbeda. Karena itu, sikap terbuka menjadi sikap penting. Dengan sikap itu saudara mempelajari permasalahan dunia nyata melalui beragam perspektif  sehingga akan semakin memperkaya. Penguasaan iptek saudara.
Dikatakan, dengan predikat sarjana yang melekat, diharapkan melekat pula prinsip menjunjung tinggi kebenaran. Sebagai sarjana saudara memikul tanggung jawab sosial sebagai suatu komitmen untuk merespons permasalahan sosial. Seperti halnya tanggung jawab orang kebanyakkan, tanggung jawab sosial seorang sarjana jauh lebih besar karena iptek yang dimilikinya. Karena itu, jika iptek yang dimiliki tidak dimanifestasikan dalam tindakan sosial, maka nilai iptek itu menjadi luntur. Karena, iptek adalah kekuatan intelektual dan kekuatan luhur yang diraih manusia dan akan bernilai tinggi bila digunakan untuk kepentingan kemanusiaan dan sosial.
Lebih jauh Prof. Dasi Astawa menegaskan, memasuki dunia nyata para sarjana perlu penyesuaian dengan lingkungan baru, kemudian dihadapkan dengan target capaian tantangan-tantangan. "Keberhasilan saudara ditentukan oleh kemampuan saudara dalam menyesuaikan diri, mencapai target dan menjawab tantangan. Namun dibalik itu ada hal penting yang harus jadi perhatian, bahwa keberhasilan yang bermakna adalah keberhasilan yang membawa kebaikan bagi orang lain. Hanya mereka yang membawa kebaikan bagi masyarakat  yang dikatakan orang-orang berhasil. Tetapi sebaliknya belum tentu berlaku," jelasnya.

Perlu Multi Kecerdasan
Sementara, wakil wisudawan Yenni Irene Ceme, S.Pd dalam sambutannya mengatakan, momentum wisuda menunjukkan bahwa aktivitas perkuliahan sudah selesai dan berakhirnya sebutan sebagai mahasiswa. Namun tidak berarti berakhir juga  proses belajar. Sebaliknya seremonial wisuda menjadi awal pertanggung jawaban secara akademis dalam menghadapi tantangan global dalam masyarakat.
Dikatakan Yenni, dengan berakhirnya kuliah maka para wisudawan segera memasuki dunia ril di tengah masyarakat. Dengan predikat baru sebagai sarjana,  di sana dihadapkan dengan tantangan seperti krisis lapangan kerja yang telah menyebabkan pengangguran."Saat itulah  para sarjana diuji kemampuan yang sudah diperoleh  di kampus  untuk mengatasi berbagai persoalan praktis di masyarakat. Sarjana tidak saja memiliki  kecerdasan intelektual (IQ) tetapi juga memiliki multi kecerdasan seperti kecerdasan emosional (EQ), dan  kecerdasan spiritual (SQ).
Terkait dengan tantangan dunia kerja di masyarakat, kata Yenni,  sebagai seorang sarjana dituntut untuk terus belajar, berinovatif dan kreatif sehingga mampu bersaing. Yenni mengutip pepatah filsuf  Cina Laot Ze: "Menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi sukses itu pilihan." Semangat ini yang harus diwariskan ke generasi brikutnya. Artinya tua secara fisik tidak menjadi alasan dalam menuntut ilmu atau yang lazim disebut  long life education. Dedikasi dan semangat juang yang tinggi menjadi kekuatan untuk menggapai impian (sukses).
Yenni pada kesempatan itu atas nama wisudawan menyampaikan terima kasih kepada lembaga, di dalamnya para dosen yang telah berperan besar dalam menyiapkan dan mendidik para calon sarjana sebelum diwisuda.(ed)*

No comments:

Post a Comment