Responsive Ads Here

Monday 19 October 2015

Warga Resah Atas Perilaku Aneh KN Menganiaya 18 Ternak Kambing


WOLOMEZE/NGADA/FLORES, vigonews.com - Petani ternak di  desa Nginamanu, kecamatan Wolomeze, kabupaten Ngada  resah. Salah seorang warga berinisial KN punya perilaku menyimpang menganiaya binatang.

Warga merasa keamanan dan kenyamanan ternak  mulai terancam. Sebelumnya, warga  sering kehilangan ternak. Namun  kini ada modus baru lagi yang lebih sadis, dimana ternak kambing warga di desa itu tak segan-segan dianiaya KN.

Ternyata,  modus ini sudah terjadi sejak dua tahun lalu, hanya warga belum berani mengungkap pelakunya. Kasus terakhir menimpa ternak milik Achmad Damu, warga Nangge. Delapan ekor kambing miliknya kehilangan telinga karena dipotong  hingga di pangkal telinga oleh pelaku yang belakangan diidentifikasi berinisial KN.

Achmad kepada vigonews.com, Senin (19/10/2015) menjelaskan kambing-kambing miliknya itu setiap hari pasti kehilangan salah satu telinga. Sementara telinga sisanya dipotong bagian demi bagian hanya tak diputusin. Sehingga terlihat bergelantungan.

Achmad merasa kasian dengan kambing-kambingnya. Karena sejak peristiwa itu kambing-kambing itu menampakkan perilaku aneh, seperti mengibas-ngibaskan kepala, bahkan berlari-lari tanpa arah seperti jurus mabuk.

Dia mempertanyakan, kenapa binatang yang tidak bersalah diperlakukan begitu. Bahkan, kalau memang binatang itu nakal mestinya disampaikan kepada tuannya. Bukan sebaliknya menganiaya seperti itu. “Bagaimanapun binatang itu ciptaan Tuhan yang mestinya harus disayangi,” katanya.

Ternyata Achmad tidak sendiri. Beberapa waktu lalu kasus yang sama menimpa Yoseph Lombe. Kambing warga Nangge ini kehilangan salah satu telinganya.

Warga Nangge yang lain adalah Paulus Mbiri. Kambingnya yang kemudian dia putuskan didijadikan daging saja, bukan hanya dipotong telinga tetapi  juga  dipotong bibir atasnya. Tak ayal ini menjadi bahan tertawaan warga jika melihat kambing itu  tampak aneh. Karena tanpa bibir atas, kambing ini seperti sedang meringis. Akibatnya, kambing ini kesulitan makan dan minum.

Ternyata apa yang dialamai ketiga warga ini, juga dialami salah seorang warga Nangge lainnya, Bernardus Zalu, setahun yang lalu. Saat itu enam ekor kambing miliknya juga kehilangan telinga. Ada yang kehilangan satu, dan ada yang kehilangan telinga dua-duanya. Bahkan menyedihkan lagi ekornya juga tak segan-segan dipotong yang juga diketahui dilakukan KN.


Kasus yang sama juga menimpa kambing milik Kepala Resort Peternakan Kecamatan Wolomeze, Rafael Sai. Ketika dikonfirmasi, Rafael terlihat marah besar dengan tindakan pelaku yang dinilai biadap itu.

Dia menyayangkan dengan sikap KN yang dinilai telah menganiaya makhluk ciptaan Tuhan itu. "Kalau memang binantang itu masuk kebunnya bicara yang baik dengan para pemilik, bukannya menganiaya ternak yang tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa," katanya.

Dia berharap hal ini tidak terjadi lagi di tengah upaya pemerintah mendorong petani untuk beternak guna meningkatkatkan pendapatan ekonomi. Dan, hewan-hewan itu juga punya nilai budaya."Tetapi kalau bagian tubuhnya dimutilasi satu demi satu, maka tidak ada nilai apa-apa lagi,” jelasnya.

Terkait dengan perilaku KN yang dinilai menyimpang itu, Kepala Desa Nginamanu, Yohanes Don Bosco Lemba sangat menyayangkan. “Kita sayangkan kok ada orang tega buat begitu terhadap hewan peliharaan,” katanya.

Menurut dia, tindakan itu sangat tidak terpuji, dan dia minta warga yang merasa dirugikan agar melapor ke pihak berwajib saja. Meski kambing warga masuk kebunnya tetapi sangat tidak dibenarkan menganiaya hewan ternak warga yang tidak bersalah.

Seharusnya kalau ada ternak masuk ke kebun miliknya, seyogianya menyampaikan kepada pemiliknya dan minta ganti rugi, bukan sebaliknya menganiaya ternak yang tidak berdosa itu dengan cara sadis  seperti mutilasi.



Don Bosco, kepada vigonews.com mengaku baru mengetahui informasi itu. Dia menghimbau semua warga ikut menjaga karena milik tetangga sama dengan milik sendiri. Karena kalau ada susah pasti kita minta tolong kepada tetatangga. Jadi bukan dengan cara seperti itu. Dan, lagi kata dia, di desanya tidak ada ternak liar. Sehinga kalau ada ternak masuk halaman atau kebun tetangga itu bukan hewan liar. Hanya mungkin putus tali atau terlapas dari kandang.

Menurut dia, ternak bagi masyaraka tidak hanya memiliki nilai ekonomis yang mendatangkan keuntungan tetapi juga nilai sosial dan budaya. Ternak dibutuhkan saat-saat ada kegiatan budaya seperti kambing, babi dan ayam dan lainnya. Jadi,  kalau kambing-kambing itu sudah tidak ada telinga lagi, tidak ada ekor atau bibir kan tidak mungkin dijadikan sarana untuk kegiatan budaya. “Ini yang harus dipikirkan. Jadi jangan asal bertindak,” katanya.

Terkait dengan itu, dia mengatakan akan segera mendorong untuk dibuatkan Perdes guna mengatur para pemilik ternak. Itu dilakukan demi kebaikan bersama, termasuk mengatur warga yang kadang membiarkan hewan berkeliaran tanpa diikat atau dikandangkan.

Terkait dengan kasus pencurian ternak beberapa tahun belakangan ini, kata Don Bosco, pihaknya mengatakan ke depan akan dibuat pos pengamanan ternak di pintu keluar masuk desa, sehingga ternak yang keluar masuk desa harus diperiksa apakah ada izin atau tidak. (ch)*

Insert foto: Ternak kambing warga yang  telinga sebelahnya sudah dipotong pelaku

No comments:

Post a Comment