Responsive Ads Here

Wednesday 2 March 2016

Di Malanuza, Rumah Kos Mahasiswa Jadi Ajang 'Gulat' Syahwat


MALANUZA/BERITA FLORES, vigonews.com  - Zaman semakin maju, dunia semakin berubah. Tak ada hal yang tertutup lagi. Frase ini mungkin bisa dibenarkan, semakin tertutup akan semakin terbuka. Semakin dibuka akan semakin kelihatan. Ibarat Celana Umpan (CU), semakin pendek akan semakin terbuka untuk melihat sesuatu yang tersembunyi. Ada apa di sana?

Akhir-akhir ini,  aksi kumpul kebo di kos-kosan mahasiswa di wilayah Malanuza, Mataloko semakin menarik  perhatian dan perbincangan hangat warga. Rupanya hawa dingin Mataloko tak mengijinkan seorang mahasiswa yang sedang dilanda asmara tinggal sendirian di kos. Tak tahan pada hawa dingin yang terus menggerogot tubuh, seorang pasti mencari kehangatan. Apalagi seorang yang sedang dilanda asmara pasti segera mencari kehangatan badan. Disana akan terjadi persatuan. Dari tinggal sendirian menjadi tinggal bersama dan pada akhirnya mereka disebut bukan dua melainkan satu.

Mungkin ini yang orang sebut syahwat sudah sampai di ubun-ubun, pikiran sehat dan aturan moral pasti diabaikan. Apalagi tak ada kontrol dari warga, bahkan mumpung karena kos jauh dari perumahan warga. Tak tahan syahwat, secepat kilat, hubungan badan pasti terjadi meski belum diresmikan dan terjadi di luar nikah. Ya, apa yang sudah diluar jangan dimasukan dulu.

Nah, bagaimana dengan perilaku kumpul kebo mahasiswa di Malanuza, Mataloko yang semakin menjadi kebiasaan? Apa warga sekitar membiarkan perilaku kumpul kebo tersebut?

Deni, warga Malanuza yang ditemui vigonews.com, Senin (01/03/2016), mengungkapkan kos kosan yang ada di Desa Malanuza kebanyakan jauh dari pemilik. Karena jauh dari pemilik, para penghuni dengan leluasa menģgunakan kamar kosnya untuk berpacaran.  "Kos yang ada di desa Malanuza kebanyakan jauh dari pemilik. Pemilik hanya bangun kos kemudian terima penghuni tanpa pengawasan. Hal ini menimbulkan masalah besar misalnya hamil diluar nikah. Lebih parahnya lagi para pemilik kos datang saat menagih iuran bulanan saja kemudian pulang.”

Deni ketika dikonfirmasi menunjukkan raut wajah penyesalan. Dia mengatakan, sangat kasihan dengan kelakuan para mahasiswa/i sekarang ini yang tidak tau menempatkan diri. "Mereka tidak kasihan kah pengorbanan orang tua di kampung yang cari uang untuk biaya mereka sekolah. Tiap bulan orang tua selalu kirim uang untuk biaya hidup mereka di kos, tapi disini mereka buat yang lain,” kata dia dengan dialek khas daerah Bajawa.

Dia berharap pemerintah khususnya pemerintahan desa segera mengatasi permasalahan ini. Kalau dibiarkan terus-menerus mau diapakan generasi bangsa ini kedepan. "Mau jadi apa dengan generasi bangsa yang katanya mahasiswa adalah agen-agen perubahan, kok  mahasiswa di Malanuza jadi agen-agen kumpul kebo",

Kepala Desa Malanuza Antonius Waja saat ditemui dikediamannya membenarkan hal tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, Kades bersama Babinsa sering melakukan razia. Namun usaha tersebut tidak membawa efek jera. Dia mengatakan kos-kosan yang sering digunakan untuk pacaran bahkan tinggal bersama yakni kos yang pemiliknya tidak berada di tempat.  "Kalau kos-kosan yang dekat pemilik itu aman, tapi yang menjadi masalah kos-kosan yang jauh dari pemilik. Ini yang menjadi soal,” katanya

Dia menambahkan, untuk mengatasi persoalan tersebut kedepan akan mengundang semua pemilik kos untuk mebicarakan perilaku tersebut.Dia juga sudah membuat Peraturan Desa (PERDES). Perdes tersebut antara lain setiap orang yang memiliki kos-kosan harus jelas apakah kos tersebut khusus laki laki atau perempuan, dengan tujuan mencegah aksi kumpul kebo. "Apabila terjadi hamil di luar nikah maka akan dikenakan denda adat,”  tegas Anton. (sp)***

No comments:

Post a Comment