Responsive Ads Here

Wednesday 29 June 2016

Jurnalisme Siswa Wahana Pengembangan Budaya Literasi


BAJAWA – Jurnalisme siswa diharapkan menjadi wahana pengembangan budaya literasi. Karena itu, SMAK Regina Pacis mengagendakan pelatihan jurnalistik secara rutin, dan ini menjadi kegiatan OSIS dari tahun ke tahun.

Sebanyak 60 siswa SMAK Regina Pacis Bajawa mengikuti pelatihan jurnalistik. Kegiatan yang  telah  berlangsung dari 19 - 21 April 2016 lalu, merupakan agenda tahunan OSIS sekolah itu, kerja sama dengan Media CERMAT dalam program Koran Masuk Sekolah (KMS).

Pelatihan jurnalistik tiga hari itu dibuka oleh Wakil Kepala Sekolah, Leonardus A. Rade. Menurut dia, pelatihan jurnalistik adalah wahana bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuan  dalam menulis. Selain itu dapat merangsang siswa gemar membaca. Karena katanya, 'menulis untuk dibaca, sebaliknya membaca supaya bisa menulis.'

Mewawancarai Petani Kentang, Mikael Raga di kebun kentang Wajamala


Sius  Rade juga menekankan pentingnya pelatihan yang kini sudah diagendakan setiap tahun agar siswa dilatih  melalui teknik-teknik menulis yang baik. Dikatakan,  dalam pelajaran bahasa Indonesia ada empat kompetensi penting yang harus dikuasai siswa, yakni menulis, membaca, mendengar dan berbicara. "Nah melalui pelatihan ini keempat kemampuan ini, lebih khusus menulis dipertajam lagi. Karena itu pelatihan ini sebenarnya akan semakin memdukung  pembelajaran di kelas," katanya.

Karena itu,  dia minta para siswa mengikuti prosesnya secara baik selama pelatihan. Melalui latihan ini siswa mengetahui teknik dan tips praktis dalam menulis secara baik. Selain itu,  siswa juga memahami kerja-kerja jurnalisme  dalam meliput berbagai peristiwa dan melaporkannya.

Pelatihan tiga hari itu dipandu oleh Pemimpin Redaksi Koran Masuk Sekolah (KMS) Media CERMAT, Emanuel Djomba didampingi dua jurnalis lainnya Mertin Lusi dan Doni Moni. Menurut Djomba yang juga Dosen Jurnalistik di STKIP Citra Bakti, dalam pelatihan dengan metode proses itu,  siswa mendapat gambaran secara umum tentang dunia kewartawanan melalui materi 'Dasar-dasar Jurnalistik', kemudian diajari teknik reportase, teknik wawancara, teknik  menulis berita, feature, dan menulis opini.

Mewawancarai Ketua STKIP Citra Bakti Ngada, Prof. Dr. I Wayan Koyan


Setelah mendapat gambaran tentang teori jurnalistik,  pada hari kedua 60 siswa dibagi dalam kelompok untuk melakukan praktik reportase lapangan. Kegiatan ini  dengan sasaran sejumlah obyek di Bajawa dan sekitarnya juga Golewa. Di Bajawa siswa melakukan reportase ke obyek wisata Wawo Muda, Tempat Ziarah rohani di Wolowio, Undana 2 Bajawa, dan Perpustakaan daerah. Sedangkan  di Golewa empat kelompok melakukan reportase ke obyek wisata air terjun Wae Roa, kebun kentang di Waja Mala, kebun Misi Malanuza  dan Kampus STKIP Citra Bakti, Malanusa.

Hasil reportase diramu dalam berbagai bentuk tulisan seperti berita, feature, dan opini yang kemudian disajikan melalui media mading dilengkapi tulisan seperti pantun, puisi, cerpen, tips dan karikatur. Tulisan-tulisan itu merupakan hasil rekam dalam kegiatan reportase siswa.

Pada hari ketiga, hasil reportase yang telah dipadukan menjadi konten cipta Majalah Dinding (mading) dipresentasekan oleh masing-masing penulisnya secara berkelompok. Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi sanggahan/kritik terhadap isi tulisan, teknik penulisan dan pesan yang disampaikan melalui berbagai jenis tulisan. Presentase dimaksudkan semakin mempertajam kemampuan menulis dan pemahaman teori menulis.

Melalui metode proses, kata Djomba yang gencar mengampanyekan gerakan literasi (menulis dan membaca) melalui KMS-nya itu, setidaknya para siswa mengetahui alur kerja wartawan yang sering disebut sebagai semi riset. Mengetahui tips reportase hingga proses teknik penulisan. Ketika debat mading pada bagian akhir, siswa juga dilatih kemampuan public speaking.

Pola proses, kata Djomba menjadi model dalam pelatihan jurnalistik sekolah yang kini dikembangkan Media CERMAT. Karena melalui model ini dapat menggerakan panca indera peserta pelatihan dalam keseluruhan proses sehingga mampu  memahami materi dan mengasah kemampuan merumuskan bahasa secara verbal ke dalam berbagai bentuk tulisan.

Melakukan reportase di obyek wisata pemandian Wae Roa yang tak terurus

Menurut Djomba, langkah SMAK Recis menjadikan pelatihan jurnalistik sebagai program tahunan sangat tepat. Karena jurnalistik adalah salah satu wahana dalam mengembangkan budaya literasi (Menulis dan membaca) yang sekarang gencar dikampanyekan di sekolah-sekolah tanah air. "Hanya saja sampai saat ini baru sebagian kecil lembaga pendidikan yang menyadari hal ini. Kita berharap Recis bisa menjadi inspirasi dalam kampanye literasi ini, kemudian diikuti lembaga pendidikan lain," katanya.

Pelatihan jurnalistik ditutup oleh pembina kesiswaan, Emanuel Hendriyanto Ndiwa, didampingi Boy Zanda. Pada kesempatan itu, pembina siswa yang akrap disapa Erdin ini berharap,  kemampuan menulis yang sudah mulai dibentuk haruslah selalu  dilatih. "Ini kesempatan untuk kalian, karena tidak semua siswa mendapat kesempatan begini," kata Erdin menutup kegiatan.(ch)

No comments:

Post a Comment