Responsive Ads Here

Friday 1 July 2016

Malu, Kalau Dosen Kerjanya Hanya Mengajar


MATALOKO - Koordinator Kopertis Wilayah VIII, Prof. Dr. I Nengah Dasi Astawa, M.Si menegaskan seorang dosen tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik. Hal itu ditegaskan Dasi Astawa ketika bertatap muka dengan para dosen STKIP Citra Bakti, Malanuza sehari sebelum acara Wisuda angkatan ke 2 di Kampus Malanuza, Jumat (01/07/2016).

Koordinator Kopertis Wilayah VIII yang mewilayahi Bali, NTB dan NTT itu berada  di Kabupaten Ngada  itu  sekaligus menyampaikan orasi ilmiah dalam rapat senat terbuka wisuda angkatan kedua, yang berlangsung, Sabtu (02/07/2016). Prof. Dasi Astawa hadir bersama empat stafnya guna mendapat masukan berbagai permasalahan dalam setiap  safarinya ke berbagai perguruan tinggi (PT).

Hadir pada saat itu, Kabid Kelembagaan Kopertis VIII Made Gunawan, Kabid Kepegawaian Made Kresnawan, Kabid Keuangan Wayan Suarjaya. Tatap muka bertajuk "Satu Hari Bersama Kopertis VIII itu,  Prof Dasi Astawa didampingi Ketua STKIP Citrta Bakti Ngada Prof. Dr. I Wayan Koyan, dan Ketua Yayasan Citra Masyarakat Mandiri, Wilfridus Muga, SE, M.Pd.

Tatap muka tersebut lebih sebagai arahan dan informasi terkait dengan pengelolaan PT di lingkungan Kopertis VIII dan memberi  motivasi kepada para dosen, terutama dalam peningkatan kualitas SDM sesuai dengan tata aturan demi meningkatkan kualitas PT dan lulusannya sesuai aturan dan tuntutan perubahan.

Melalui tatap muka tersebut, Prof. Dasi Astawa menjelaskan tentang strategi membangun PT  yang sehat sehingga mampu menghasilkan lulusan yang terserap pasar kerja.

Dia mencontohkan, pada suatu ketika menghadiri wisuda sebuah Perguruan tinggi (akademi akutansi) di wilayah pimpinannya, yang diwisuda hanya 16 orang. "Saya gembira sekali karena yang diwisuda hanya 16 orang. Tetapi dari 16 orang itu, 15 di antaranya sudah bekerja. Ini luar biasa," papar Prof. Dasi Astawa.

Namun, dia juga memberi contoh sebaliknya,  ketika hadir dalam wisuda PT yang lain. Jumlah wisudawan lebih dari 1000 orang, tetapi anehnya tidak ada yang IP 3 (tiga) ke atas. Padahal, pasar kerja seperti dunia usaha dan lembaga keuangan mensyaratkan menerima tenaga dengan IP minimal 3 ke atas.

Dikatakan Prof Dasi Astwa, kalau lebih dari 1000 yang diwisuda tidak ada yang IP 3 berarti ada yang tidak beres. "Ini berarti dosennya tidak mendidik, dia hanya mengajar. Dan cara mengajar juga tidak menarik. Tidak tahu teori mengajar," katanya menyangsikan

Karena itu, lanjut Prof Dasi Astawa, tugas dosen tidak hanya sekedar  mengajar tetapi juga mendidik. "Malu kalau dosen  hanya sekedar bisa mengajar,  apalagi kalau itu ilmu sosial. Materi ajar juga banyak yang jadul (kuno), karena era sekarang mahasiswa bisa saja lebih maju mengingat materi bisa saja mereka dapatkan dari google misalnya. Jadi, dosen  harus hati-hati mengajar sehingga perlu kreatif dan inovatif," jelasnya.

Jangan sampai, tambah Prof Dasi Astawa, Dosen sendiri  tidak mau tau mahasiswa mengerti atau tidak. Pokoknya sekedar mengajar. Padahal mendidik menjadi salah satu tugas dosen  dalam  membentuk karakter dan attitude.

Mengapa demikian? Menurut Prof Dasi Astawa, karena di tengah persaingan kerja di era global mahasiswa perlu dibekali dengan nilai plus. Jadi kalau hanya sekedar mengajar mana mungkin punya nilai plus. Karena kata dia, jebolan sekolah guru tidak harus menjadi guru. Itu sebabnya di lembaga ini perlu diajari ilmu sampingan (tambahan) sehingga setelah tamat mereka punya alternatif kalau peluang jadi guru belum ada, bahkan lebih dari itu mereka bisa ciptakan lapangan kerja sendiri.
Prof. Dasi Astawa saat bertatap muda dengan para dosen STKIP Citra Bakti Ngada
Menurut Prof Dasi Astawa,  di Bali banyak dari jurusan guru yang  jadi pengusaha di bidang pariwisata. "Ada tamatan guru buka kursus, karena mereka juga dibekali dengan ilmu entrepreneurship. Makanya waktu di lembaga pendidikan  ini ada mata kuliah yang sifatnya entrepreneurship, seperti kewirausahaan dan lainnya. Ini penting supaya out put lembaga tidak hanya bermental cari kerja tetapi juga menciptakan pekerjaan sendiri," paparnya.

Prof Dasi Astawa juga minta omitmen dan konsisteni para dosen dalam mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi,  yaitu pendidikan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat.

"Dosen harus Tri Dharma. Kalau hanya mengajar itu bukan dosen namanya tetapi guru. Dosen tidak bisa hanya kejar jam mengajar. Jadi dosen tidak bisa hanya rumah-ngajar, rumah ngaja, tetapi juga harus penelitian dan pengabdian masyarakat," tegasnya.

Dikatakan Prof Dasi Astawa, konsistensi menjalankan Tri Dharma itu akan berimplikasi pada meningkatan sumber daya dosen. Selanjutnya akan berpengaruh juga pada akreditasi lembaga. "Kalau tidak mau Tri Dharma maka lebih baik dosen tersebut minta mundur. Dua aspek dari Tri Dharma yang tidak bisa diabaikan adalah penelitian dan pengabdian masyarakat. Tanpa itu hanya akan menjadi masalah bagi lembaga," katanya  mengingatkan para dosen.

Dibagian lain Prof Dasi Astawa menekankan,  dalam memanage PT yang sehat memerlukan strategi, taat aturan, manajemen mutu, mandiri, leadersip, sinergisitas dan mengutamakan reputasi  dan prestasi.

Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Citra Masyarakat Mandiri, Wilfridus Muga, SE, M.Pd mengatakan, pihaknya selaku penyelenggara terus mendorong para dosen untuk melakukan penelitian. "Untuk meningkatkan kualitas SDM para dosen selain mengirim studi ke S2 dan S3, kami juga mendorong untuk melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Yayasan memberi biaya penelitian, meski memang masih tergolong kecil," jelasnya.(ch)

Insert foto: Koordinator Kopertis Wilayah VIII, Prof. Dr. I Nengah Dasi Astawa

No comments:

Post a Comment