Responsive Ads Here

Tuesday 26 July 2016

Membaca dan TTS Atasi Keterbatasan Kosa Kata Bahasa Indonesia Anak Desa


Vigonews.com, MALAPEDHO/NGADA - Suasana Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Aimere, Malapedho di Kecamatan Inerie, Ngada ini berlangsung seperti sekolah-sekolah pada umumnya. Aktifitas Belajar-Mengajar dan berbagai macam ekstrakulikuler pun berjalan normal.

Namun, menjadi miris bila secara intens kita menyimak pola komunikasi yang terbangun di dunia pendidikan itu. Mayoritas anak didik SMPN 2 Aimere ini masih menggunakan bahas daerah di dalam bertutur sapa. Kondisi seperti inilah, terkadang menjadi ganjalan para guru di dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan.

"Disini siswa-siswa masih menggunakan bahasa daerah. Jarang menggunakan bahasa Indonesia," tutur Kepala SMPN2 Aimere  Ule Rato Yohana saat berbincang-bincang dengan awak Media Lokal CERMAT/Vigonews.com  sebelum Pelatihan Jurnalis Pelajar hari ke-3, di Aula SMPN 2 Aimere, Rabu (27/07/2016).

Yohana, mengakui saat pertama bertugas di lembaga pendidikan ini, dirinya mengalami situasi yang sulit di dalam berkomunikasi dengan anak didiknya. Akan tetapi, tak kehilangan akal Yohana pun mengambil buku teka-teki silang guna memancing para siswa agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi di sekolah.

Menyikapi realita itu, Emanuel Djomba selaku Pemred CERMAT dan instruktur Pelatihan Jurnalis Pelajar ini, menilai kondisi demikian juga terjadi di sekolah pedalaman lainnya. "Bahasa daerah merupakan bahasa ibu. Jadi tidak salah mereka menggunakannya, sebab lingkungan pula lah yang membentuknya," kata Eman sapaan Emanuel Djomba.

Lanjut Eman, situasi itu bisa terlihat dari kegiatan sehari-hari di tiap rumah siswa yang terus menggunakan bahasa daerah, selain itu, penggunaan bahasa daerah tetap penting dalam rangka pelestarian  kebudayaan setempat.

"Namun, untuk meningkatkan kosa kata Bahasa Indonesia harus dicarikan strategi agar penggunaan bahasa ibu dan bahasa Indonesia seimbang. Caranya adalah dengan memulai gerakan literasi salah satunya budaya minat  membaca dan menulis di kalangan siswa. Jadi anak didik diajak terus membaca dan menulis," tandas Dosen Juralistik di STKIP Malanuza ini.

Penggunaan bahasa daerah itu, juga dirasakan tim CERMAT saat memberikan materi Pelatihan Jurnalistik di SMPN2 Aimere ini, misalnya saat anak murid malu menjawab selalu mengutarakan "Jao mea e.. (saya malu),". Atau mau kemana (la'a wi dhe). (ydlm)

Insert foto: Pelatihan jurnalistik di SMPN 2 Aimere di Malapedho dimulai dengan kegiatan membaca selama tiga hari kegiatan.

No comments:

Post a Comment