Responsive Ads Here

Wednesday 10 August 2016

“Iman MPP, Masalah Keteladanan dalam Keluarga,” Kata Vikep Bajawa Rm. Yosef Daslan, Pr


Vigonews.com, SOA/NGADA - Kehidupan keluarga-keluarga kristiani  kian rapuh. Kurikulumnya cuma satu: 'keteladananan.' Jadikan keluarga pusat keteladanan dan bertumbuhnya nilai kebaikan. Demikian antara lain intisari Khotbah Vikep Bajawa, Rm. Yosef  Daslan, Pr ketika memimpin perayaan ekaristi penerimaan Komuni Pertama di Waepana, Soa, Jumat (04/08/2016).

Ditegasnya Rm. Yosef, Komuni pertama mesti kembali kepada esensinya sebagai wujud solidaritas dan tempat menumbuhkan kembali keteladanan dalam keluarga yang kini memburuk.

Di kapela Waepana Rm. Yosef Daslan memberi komuni perama kepada 89 anak. Bersamaan dengan itu, di empat gereja lain, yakni di Masu, Loa, Piga dan Mengeruda;  juga diselenggarakan misa komuni pertama. Perayaan komuni pertama ini berlangsung serentak di Paroki Salib Suci Soa kepada lebih dari 400 anak.

Dikatakan Rm. Yosef, komuni pertama menjadi momentum dimana anak dapat menerima sakramen ekaristi sebagai tanda Kristus hadir di dalam dirinya. Peristiwa iman dimana Kristus solider dengan memberi dan mengorbankan diri bagi sahabat-sahabatnya.

Rm. Yosef  Daslan khotbahnya menekankan pentingnya keteladanan dalam keluarga dimana orang tua menjadi faktor penting dalam menumbuhkan iman anak. Karena, belakangan sikap keteladanan dalam keluarga kian rapuh.

Apa tugas kita orang dewasa? "Hari ini kita bergembira mengantar anak setelah menyiapkan mereka. Kegembiraan harus merupakan bentuk tanggung jawab dalam mendampingi anak sehingga iman mereka tumbuh dan menghasilkan perbuatan nyata. Bukan sekedar kegembiraan  pesta," kata Rm. Yosef.

Lanjutnya, "kita beri contoh, sikap orang tua yang tidak memberikan keteladanan dalam keluarga sama dengan menyesatkan anak-anak  sebagaimana amanat firman Tuhan. Atau dengan kata lain orang tua harus menjadi contoh dan panutan dalam keluarga," papar Rm. Yosef.

Anak-anak, sambung Rm. Yos, hari ini datang  sambut baru. Tetapi jangan sampai orang tua baru sambut lagi hari ini, karena harus antar anak? "Apa ini jadi contoh? Bagaimana anak bisa liat dan bisa ikut beribadah, bersikap baik, kalau orang tua tidak pernah beri teladan yang baik," tanya Rm. Yosef  retoris.

Ditegaskannya, sekarang ini anak-anak dan orang muda kehilangan figur contoh dalam keluarga. "Kita bisa lihat, berapa banyak orang tua yang mendorong anak pergi ke gereja, tetapi mereka sendiri tidak pergi.  Bilang anak harus ke gereja tapi orang tua tidak pergi. Orang tua santai di rumah atau pergi ke tempat lain," sindir Rm. Yosef.

Orang tua, tegas Rm. Yosef,  kebanyakan menganut iman MPP. Apa itu iman MPP? 'Kalau anak mau sambut  baru  - orang tua maju pelan-pelan, tetapi setelah sambut baru - orang tua mundur pelan-pelan lalu menghilang.

Karena itu, peristiwa iman yang dirayakan hari ini bukan hanya untuk anak, tetapi untuk orang tua dan keluarga. Hari dimana orang tua bersama-sama dengan anak-anak menerima kristus. Melalui momentum ini, keluarga-keluarga belajar solider dengan orang lain seperti Kristus solider dan memberi dirinya sebagai santapan yang memberi kekuatan kepada umat-Nya.

Rm. Yosef Daslan, Pr
Biasanya dari waktu ke waktu komuni pertama tidak lagi menjadi hari keluarga - ayah, ibu, dan anak bersama saudara terdekat untuk memupuk kebersamaan. Pulang gereja orang tua yang senang-senang dengan teman-temannya, sementara anak 'tersiksa' tanpa teman. Lalu kapan kita menjalani tugas mewartakan Kristus yang solider? Dalam wujud apa?

Kebahagiaan kita, kata Rm. Yosef  seharusnya  bukan pada hari ini saja, tetapi ketika anak-anak kita mampu meneladani perbuatan-perbuatan baik yang orang tua wariskan dalam kehidupan hari demi hari. Karena itu, pembinaan iman, keteladanan harus berkelanjutan baik di rumah maupun di sekolah.

Menurut  Rm. Yosef  pendampingan kepada anak perlu berkelanjutan. Kurikulum tidak banyak, hanya keteladananan. Jadikan keluarga menjadi  pusat keteladanan dan bertumbuhnya nilai kebaikan.

Di bagian lain arahannya, Rm. Yosef  menyampaikan sebuah cerita: "Suatu ketika saya lewat depan sebuah TK." Beberapa anak menyambut dengan ucapan "selamat pagi om romo." Gurunya menyela "anak bodok, bukan selamat pagi tetapi sore."

"Saya menanggapi ibu guru: "bukan ibu, mereka tidak bodok. Karena mereka memang taunya selamat pagi saja, sebab sekolahnya pagi. Jadi, selamat siang dan sore juga malam harus diajarkan orang tua di rumah.

Yang dimaksudkan Rm. Yosef  bahwa penanaman nilai bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah tetapi juga keluarga, karena sebagian besar waktu anak berada bersama orang tua di rumah. "Jadi penanaman nilai perlu kerja sama antara keluarga dan sekolah," kata Rm. Yosef.

Keluarga, kata Rm. Yosef  harus menjadi Gereja mini. Tetapi jangan hanya gagah-gagahan menyebut Gereja mini. Mana Gereja Mini? Doa saja tidak pernah, tidak ada penanaman nilai, makan saja di depan TV. Tidak pernah ada kebersamaan. Padahal Gereja itu ditandai dengan kebersamaan dan keteladanan.(ch)

Insert foto: Anak-anak komuni pertama

No comments:

Post a Comment