Responsive Ads Here

Saturday 1 April 2017

Pecat Kepala Sekolah, Yayasan Gema Riosampatrya Tersandung di Soa


SOA – Yayasan Gema Riosampatrya, tersandung di Soa. Gelar rapat dengan orang tua siswa SMK St. Yoseph (Sanjos) Soa, Sabtu (01/04/2017) berakhir kisruh. Orang tua dan siswa walkout dan menyatakan menarik anak-anak mereka dari sekolah yang bernaung di bawah yayasan itu.

Aksi walk out itu terjadi setelah perang mulut antara Ketua Yayasan Maria Bebhe dengan mantan kepala sekolah Aloysius Liu. Keduanya buka-bukaan aib di hadapan orang tua dan siswa menyusul dipecatnya Aloysius Liu sebagai kepala sekolah tanggal 27 Maret lalu.

Rapat dengan orang tua siswa untuk menyampaikan perencanaan lembaga ke depan dengan kepala sekolah baru Dami Tena, malah jadi ajang untuk saling ‘menelanjangi’ kelemahan.

Maria Bebhe menyulut ‘api’ kisruh bahwa Aloysius Liu diberhentikan setelah menyatakan mengundurkan diri secara lisan pada rapat tanggal 27 Maret lalu. Selain itu kepala sekolah saat itu dinilai tidak mengindahkan segala permintaan yayasan diantaranya menyampaikan laporan kepada yayasan pusat yang berada di Maumere.

Sementara Aloysius Liu yang diberi kesempatan  untuk bicara sebelum Mari Bebhe mengatakan pemecatan dirinya tidak cukup kuat alasan, dan terkesan dicari-cari. Setelah dirinya kembali dari Jakarta 26 Maret 2017, langsung diberondong dengan kegiatan rapat yang digelar yayasan pusat di Soa tanpa beritau agenda rapat.

Rangkaian rapat itu diwarnai cercaan dan lebih sebagai forum untuk mengalidi dirinya. Merasa tidak diuntungkan Aloysius sempat menyatakan, “kalau begini saya mundur saja.” Tetapi pernyataan lisan Aloysius itu ‘bak gayung bersambut bagi yayasan yang malam itu juga mengeluarkan SK pemberhentian. Dan mengangkat Dami Tena sebagai kepala sekolah yang baru, lanjut dilantik.

Alasan lain, menurut Aloysius, karena pihaknya tidak mengindahkan edaran yayasan Januari 2017 lalu yang salah satu poinnya mengharuskan kepala sekolah menggunakan dana BOS 45 – 50 persen untuk pembayaran gajih guru. Bagi Aloysius permintaan ini tidak bisa dipenuhi karena melanggar hukum. Tidak ada regulasi yang mengatur demikian.

Aloysius merasa yayasan tidak pernah memberi apresiasi apapun kepadanya selama memimpin sekolah itu lebih dari setahun. Catatan bahwa,  meski sekolah baru, lembaga ini telah menunjukkan prestasi dengan sarana sangat terbatas. Aloysius hanya menerima SK sebagai kepala sekolah, namun soal sarana/prasarana, operasional hingga gajih guru tidak pernah dipikirkan yayasan.

Rapat, Sabtu (01/04/2017) dipimpin oleh pembina yayasan itu yang juga suami Maria Bebhe, Gerardus Gili. Pada kesempatan itu Gerardus menyampaikan rencana sekolah itu ke depan. Rapat  sebenarnya hanya untuk melakukan koordinasi dengan orang tua siswa terkait dengan telah diangkat kepala sekolah baru.
Suasana rapat memang terus memanas hingga Maria menyampaikan sambutan yang dianggap membuka aib Aloysius Liu. Beberapa menit perang mulut terjadi dan peserta rapat mulai gaduh. Melihat situasi itu, orang tua dan siswa bergegas untuk meninggalkan tempat rapat.

Pada sesi diskusi, peserta rapat yang hadir minta kepada yayasan untuk tinjau kembali SK yang dinilai prematur dan diambil saat suasana sedang tegang. Permintaan itu datang dari tokoh masyarakat seperti Darius Meo, Yoseph Molo, Leonardus Leo, Loni Doe,  dan Yeri Soa.

Permintaan para tokoh dan orang tua siswa lebih untuk menyelematkan anak-anak agar tidak terganggu KBM. Namun usulan itu tak digubris oleh Pembina Yayasan Gerardus Gili yang sedang memimpin rapat. “Pihak yayasan akan evaluasi dan kaji lagi,” kata Gerardus.

Yang membuat orang tua dan siswa gerah adalah pernyataan Gerardus, “apa yang keluar dimulut itu keluar dari hati. Air ludah yang sudah dibuang tidak bisa dijilat lagi,” kata Gerardus menyindir Aloysius yang oleh yayasan dianggap sudah mengundurkan diri.

Lebih lanjut Gerardus mengatakan, kami pastikan sekolah ini tetap jalan, tetapi masyarakat atau orang tua siswa yang menentukan. “Kalau orang tua siswa berpihak kepada kami, sekolah ini tetap akan jalan. Tetapi kalau tidak, ya kami serahkan kepada bapak/ibu,” kilah Gerardus.

Pernyataan Gerardus oleh beberapa peserta rapat dianggap tidak serius menangani kemelut  di sekolah itu. Padahal orang tua siswa dan sejumlah tokoh yang diundang menghendaki ada rekonsiliasi. Tetapi kelihatan yayasan  tidak ada beban, termasuk sekolah ini kalau tutup.

Ketua Yayasan Gama Riosampatrya, Maria Bebhe yang menyampaikan sambutan terakhir seperti menyulut api kisru. Dan memang rapat itu berakhir tanpa ada kesepakatan  dan mengambang. Oran tua dan para siswa sekolah itu pun merangsek keluar dari tempat rapat dan pulang. (ch)****

Keterangan foto: Orang tua dan siswa meninggalkan tempat rapat yang digelar Yayasan Gema Riosampatrya. Para siswa pulang dengan deraian air mata. 


(Laporan lengkap perseteruan Yayasan Gema Riosampatrya dengan mantan Kepala SMK Sanjos yang terpecat, simak MEDIA CERMAT, edisi 10 April 2017)

No comments:

Post a Comment