Responsive Ads Here

Tuesday 26 September 2017

Bambu Tak Sekedar Dinding Rumah


BAJAWA, vigonews.com – Ngada dijuluki kabupaten bambu. Ya, karena di kabupaten ini banyak terdapat bambu. Tetapi bambu hari-hari ini sekedar untuk bahan atap  dan dinding rumah, pagar dan kandang babi bagi sebagian besar masyarakat Ngada. Selebihnya? Bambu tetaplah Bambu.

Tetapi di tangan Markus Lina, bambu sudah menjadi multi produk sebagai hasil kerajinan tangan yang bernilai seni dan sudah pasti punya nilai ekonomis tinggi. Ini kemudian yang membuat Markus Lina, yang baru saja purna bakti sebagai Kepala Desa Manubhara di Kecamatan Inerie jatuh cinta pada bambu.

Wartawan media ini, berjumpa Markus Lina di arena pameran pembangunan Kabupaten Ngada yang baru dibuka oleh Wabup Paulus Soliwoa, Selasa (26/09/2017) petang. Di Stand Dinas Pariwisata dan Kebudayaan itulah, Markus menerima setiap pengunjung. Di salah satu sisi stand berderet berbagai produk karya tangannya yang terbuat dari bambu.

Kerajinan tangan yang kini sudah punya branding MBC (Manubhara Bamboo Community) itu terlihat mampu bersaing dengan produk dari daerah lain. Polesan disainnya tampak artistic sehingga tatkala disejajarkan dengan produk manapun kelihatan lebih kompetitif.

Dari tangan Markus, dengan bahan dasar bambu dan kelapa menghasilkan berbagai produk peralatan makan, seperti: gelas, cangkir, tudung saji, tempat nasi, tempat buah, nyiru, keranjang dan lain-lain. Soal harga? Cangkir yang terbuat dari kayu kelapa seharga Rp 50.000.  Produk lainnya adalah home dekor seperti lampu hias, dan furniture.
 
Kerajinan tangan dari bambu dan kelapa karya Markus Lina
Produk dari MBC ini mulai menggeliat sejak 2016 lalu. Hanya terobosan Markus belum bisa menjangkau pasar luar karena masih terikat tugas sebagai kepala desa. Tiga bulan terakhir setelah lepas dari jabatan itu, kata dia, sudah mulai promosi keluar. Mulai dari Casiavera Night setiap malam minggu di Tanalodu.  Kini produknya dipasarkan ke Labuan Bajo, Ende dan belakangan juga mulai ada kerja sama dengan salah satu komunitas bambu di Bandung.

Diakui Markus, tiga bulan terakhir dirinya juga gencar melakukan promosi, baik menghadiri beberapa even di luar daerah juga di pasar lokal. Tiga bulan ini peminat yang membeli produk ini terus meningkat. Hasilnya lumayan. Ini masih belum gencar promosi. “Nanti kalau promosi sudah bagus saya yakin permintaan akan meningkat,” kata Markus yang mengaku penjualan dalam tiga bulan terakhir mencapai Rp 5 juta.

Baginya, kalau bambu sekedar untuk bahan dinding dan atap rumah, bahan pagar atau kandang babi memang tidak memiliki prospek yang baik. Namun dalam bentuk industri kecil dan kerajinan akan mempu mendongkrak nilai ekonomis bambu itu sendiri.

Ini yang membuat Markus jatuh cinta pada bambu. Tidak ada hari tanpa berkreasi, dan promosi tentang produknya. Baik yang langsung dilakukan dalam berbagai even maupun promosi melalui media sosial. “Jangan remehkan media sosial. Saya justru banyak dapat pesanan melalui media sosial juga,” kata markus yang mengingatkan agar dapat menggunakan media sosial secara positif.

Bagaimana Markus mampu melakukan semua itu? “Saya belajar sendiri dari berbagai referensi dan mencoba serta terus mencoba. Berbagai pelatihan selalu tergoda untuk ikut. Karena kalau ada undangan untuk pelatihan tidak pernah disia-siakan. Baru-baru ini pelatihan di Bandung saya ikut juga sekaligus melakukan perbandingan. Jadi kalau kreatif dan inovatif jangan pernah berhenti belajar,” jelas Markus.

Karena kecintaannya pada aktivitas kerajinan bambu, Markus mengaku tak ingin mencalonkan diri lagi menjadi Kepala Desa. Aktifitasnya kini adalah berproduksi dan promosi sehingga Ngada bukan sekedar dijuluki kabupaten bambu, tetapi juga menjadi leading dalam industri yang mengasilkan produk dari bambu berbasis rumah tangga. (ch)***
Insert foto: Markus Lina dengan kerajinan tangan yang digelutinya.

No comments:

Post a Comment