Responsive Ads Here

Wednesday 27 September 2017

Kabupaten Ngada Luncurkan ‘Go Organik’


BAJAWA, vigonews.com –  Kabupaten Ngada melakukan terobosan melalui Dinas Pertanian dengan meluncurkan  ‘Go Organik’. Sebuah lompatan yang menjadi titik balik dari praktik pertanian yang mengutamakan produktivitas tanpa memperhitungkan kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.

Peluncuran ‘Go Organik’ ini dinilai cukup strategis karena penggunaan pupuk kimia dan obat-obatan ternyata membawa dampak terburuk, yakni penurunan produktivitas dan masalah kesehatan yang kini dinilai mencapai titik jenuh.

‘Go Organik’ adalah jalan cepat yang ditempuh Dinas Pertanian Kabupaten Ngada untuk mengajak masyarakat daerah ini kembali ke pertanian organik, guna menyelamatkan organisme tanah, meningkatkan produktivitas dan menjamin produknya sehat untuk dikonsumsi.

Itu sebabnya bertepatan dengan Pameran Pembangunan tahun ini, Dinas Pertanian meluncurkan ‘Go Organik’. Babak baru beralih menuju/kembali ke pertanian organik sebagai cara cerdas. Tidak heran jika  dinas ini lalu mengisi stan pameran sebagai sebuah rumah organik yang di dalamnya dipamerkan berbagai produk hortikultura dan pertanian lainnya yang berasal dari lahan yang dikelola secara organic.

Hasil pertanian berbasis organik, kata Ali Wale menjawab dua siswi SMAK Recis Putri Lusi dan Anjel Witu yang mewawancarainya di sela-sela pameran, Rabu (27/09/2017), merupakan bukti bahwa lahan pertanian kita ternyata sangat produktif dengan system organik. Berbagai produk hortikultura seperti pangan dan buah-buahan terlihat ranum dan segar dipajang di rumah organik stand pameran Dinas Pertanian.
 
Paskalis W Bai (membelakangi kamera) bersama staf Man Tuga menjelaskan tanteng pertanian kepada Putri dan Anjel, dua siswi SMAK Regina Pacis di stan pameran.
Selama setahun ini, Dinas Pertanian di bawah pimpinan Kadis Paskalis Wale Bai, gencar mengampanyekan pertanian organic. Turun ke desa-desa mengidentifikasi lahan yang dikelola dengan system organic, mendorong petani yang secara terus-menerus setia pada pertanian organik. Aksi ini akan terus ditularkan kepada masyarakat luas yang semula bersifat sporadis. Suatu saat, menurut Ali WB demikian kadis Pertanian ini biasa disapa, para petani beralih secara bertahap ke pertanian berbasis organik.

Itu mimpi Ali Wale Bai ketika dirinya ditunjuk menjadi Kadis Pertanian. Memang dia menyadari ini bukan pekerjaan mudah. Mungkin karena itu, dia tidak mau terlalu banyak berteori, sebaliknya turun langsung dan berada di tengah-tengah petani, bersama petani, kerja bersama mereka dan mendampingi bila petani membutuhkannya.

Gerakan kampanye organik dilakukan melalui kerja-kerja kecil, namun kini sudah mulai menggeliat. Tanda-tanda untuk beralih ke pertanian organik di kalangan petani sudah di depan mata. Itu sebabnya, bersama stafnya  mendisain sebuah ‘Rencana Aksi Agrikultur Organik di Kabupaten Ngada’ dengan menyasar komoditi hortikultura, komoditi padi, komoditi perkebunan. Juga menggagas dan merealisasikan kawasan pertanian organik, penyiapan teknologi pembuatan pupuk organik sebagai pendukung aksi ini.

Diharapkan produknya secara maksimal akan didistribusikan untuk menjamin bahan pangan yang aman bagi masyarakat Ngada, dengan target pertama adalah sebagai bahan pangan bagi pasien di RSU Bajawa.

Terkait dengan rencana aksi agrikultur organik itu, maka sudah pula dilakukan maping dan pendamping kepada petani. Untuk komoditi padi  di kawasan Tiwukela, Desa Wogowela sekitar 25 hektar. Kawasan Nggurundala dan Lewo Rawi di Desa Denatana, Kecamatan Wolomeze sekitar 25 hektar.

Untuk komoditi Hortikultura pengembangan berbasis organik ada di kawasan Hedhakela, Desa Sarasedu sekitar 50 hektar, dan kawasan Wajamala, Desa Radabata sekitar 50 hektar. Sementara untuk komoditi perkebunan yang sudah disasar adalah kopi di wilayah Indikasi Geografis seluas 6.500 hektar. Kopi organik ini yang menghasilkan Arabika Flores Bajawa yang kini sudah di ekspor hingga ke mancanegara, menjadi branding dari Ngada yang dikelola berbasis organik.

Sementara untuk komoditi Kakao dan Jambu mente kini sedang dilakukan maping, dan sampel produk ini sudah dikirim ke Jerman untuk uji Lab sehingga bisa memperoleh sertifikasi organik.
 
Sejumlah siswa mengamati produk organik di arena pameran Dinas Pertanian.
Dinas Pertanian Kabupaten Ngada juga maping kawasan pertanian organik terpadu, di kawasan Belu, Desa Ubedolumolo 1 dan Turekisa sekitar 200 hektar – dengan memanfaatkan rantai energy (siklus energy) komoditi palawija lokal, hortikultura, peternakan dan perikanan.

Dukungan teknologi untuk disain rencana aksi ini dengan melakukan pembuatan POC (Pupuk Organik Cair) melalui teknologi mikrobia dan pemanfaatan reactor pupuk. Pembuatan pupuk organik padat dengan APPO melalui konsep pupuk desa dan pupuk BPP. Untuk dukungan pupuk organik disarankan penggunaan POC dan pupuk organic padat, seperti: pupuk kandang dan material organik.

Sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia, pertanian organik sudah diterapkan para petani yaitu dengan cara melakukan daur ulang limbah organik sisa hasil panen sebagai pupuk. Intensifikasi pertanian melalui gerakan  Revolusi Hijau yang dilaksanakan sejak tahun 1970-an, lebih mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimiawi.

Selama beberapa tahun upaya tersebut terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian secara mencolok. Akhir-akhir ini para ahli berpendapat bahwa penggunaan bahan kimia sintetis menyebabkan kerusakan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang berujung pada penurunan produktivitas tanah. Dampak lain adalah mengancam kesehatan manusia karena penggunaan pestisida dan obat-obatan.

Sekitar tahun 1990, pertanian organik mulai berhembus keras di dunia.  Sejak saat itu mulai bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan yang memproduksi produk organik. Itu sebabnya, di Ngada melalui Dinas Pertanian mulai digemakan gerakan pertanian berbasis organik, setidaknya mulai gencar  dihembuskan dua tahun terakhir. Dengan meluncurkan ‘Go Organik’ menjadi tonggak gerakan organic di Ngada.
 
Stand Pameran Dinas Pertanian yang dihiasi produk organik diserbu siswa sekolah
Go Organik

Terkait dengan pentingnya pertanian yang berbasis organik yang kini sudah menjadi gaya hidup global, Dinas Pertanian meluncurkan ‘Go Organik’.  Pemerintah Ngada memandang gerakan ini perlu terus digelorakan melalui terobosan-terobosan strategis.

Sebagai bentuk dukungan, Pemerintah Ngada melalui Wakil Bupati Ngada Paulus Soliwoa, Selasa (26/09/2017) petang meluncurkan ‘Go Organik’ secara resmi di rumah organik, stand Dinas Pertanian arena pameran pembangunan.

Peluncuran ‘Go Organik’ ditandai dengan pembacaan dan penandatanganan naskah peluncuran. Peluncuran itu disaksikan Sekda Ngada Meda Moses, Kadis Pertanian Paskalis W. Bai, pimpinan SKPD dan para pengunjung  pameran. Selanjutnya Wabup Soliwoa memotong pita di pintu rumah organik – yang bermakna secara resmi gema ‘Go Organik’ dikumandangkan ke berbagai penjuru Ngada. Dan sebagai sebuah kampanye kepada publik Ngada agar mulai menggunakan berbagai jenis pangan sehat berbasis organik, menuju masyarakat Ngada yang sehat.

Biasanya pemotongan pita peresmian dilakukan dari luar. Namun dalam kaitan peluncuran ‘Go Organik’  Dinas Pertanian memilih ‘ritual’ potong pita dari dalam rumah, dan secara resmi produk organik mulai keluar ke pasaran agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Pada pembacaan naskah pencanangan/peluncuran itu, Wabup Soliwoa menegaskan, secara resmi mencanangkan program ‘Go Organik’  bagi pertanian di Kabupaten Ngada. Semua hal yang berkaitan dengan program pertanian yang akan berjalan di kabupaten Ngada dipandang perlu untuk mengedepankan prinsip organik dan ramah lingkungan agar dapat terwujud masyarakat Ngada yang sehat, mandiri dan bersaing.

Wabup Soliwoa minta program organik disosialisasi seluas-luasnya, mengkonsumsi komoditi pangan dari olahan organik demi mendukung program kelestarian lingkungan dan gerakan hidup sehat. “Kita upayakan agar setelah pencanangan ini produk organik mulai dikonsumsi oleh para pasien di RSUD Bajawa. Bagaimana bisa sehat kalau makanan bagi para pasien kita terkontaminasi zat-zat kimiawi. Karena itu kita harus gunakan produk organik,” kata Wabup.

Saat ini, produk hortikultura Ngada yang organic masuk ke pasar di kabupaten tetangga seperti Manggarai, Labuan Bajo, Sumba dan Ende. Produk hortikultura dari Ngada selama ini ditekuni oleh banyak petani yang tetap konsisten dengan system organik seperti kawasan Wajamala.

Dengan peluncuran ‘Go Organik’ ini menandai mulai beralihnya system pertanian yang an organik dengan system organik. Gaya hidup organik kini menjadi gerakan global. Kebutuhan pangan untuk mendukung pariwisata saat ini hasuslah produk organic. “Kita ingin, konsumen harus bernar-benar aman dalam mengonsumsi pangan. Itu merupakan tuntutan yang harus dipenuhi,” tambah Man Tuga, Kasubag Perencanaan Dinas Pertanian Kabupaten Ngada, saat mendampingi Kadistan Ali WB. (ch)***

Insert foto: Wabup Paulus Soliwoa mencanangkan program 'Go Organik' yang ditandai dengan pemotongan pita.

No comments:

Post a Comment