Responsive Ads Here

Tuesday 24 October 2017

Kabupaten Bandung Studi Edukasi Kopi AFB Bajawa


BAJAWA – Kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) terus menggeliat. Produk AFB juga tak sedikit merambah pasar dalam negeri hingga eksport. Pengolahan kopi AFB melalui koperasi dan UPH juga menarik perhatian sejumlah daerah untuk datang melakukan studi edukasi di dataran tinggi Ngada.

Selasa (24/10/2017), rombongan Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung tiba di kota dingin Bajawa serangkaian kegiatan studi edukasi. Rombongan yang dipimpin Kadistan Kabupaten Bandung Ir.H.A. Tisna Umaran, M.Si diterima Wakil Bupati Ngada Paulus Soliwoa didampingi Kadistan Kabupaten Ngada Paskalis Wale Bai beserta sejumlah pimpinan SKPD lainnya.

Rombongan yang berjumlah 11 orang itu diterima di Café Maidia. Di etalase kopi AFB yang dikelola Dinas Pertanian Kabupaten Ngada itu, Rombongan Distan Kabupaten bandung mendapat banyak informasi terkait dengan pengelolaan kopi AFB dari hulu sampai ke hilir yang kini sudah menjadi produk ekspor itu.

Pada kesempatan itu, Wabup Soliwoa memberi gambaran secara umum terkait dengan kopi AFB yang sudah menjadi branding dan diekspor hingga ke Amerika, maupun tentang kondisi Kabupaten Ngada secara keseluruhan. Demikian juga Kadistan Kabupaten Bandung Tisna Umaran selain memperkenalkan rombongan yang menyertainya juga memberi gambaran tentang Kabupaten Bandung yang dikenal melalui kopi ‘Preanger’ dan sudah meramaikan pasar lokal Bandung bahkan menembus pasar ekspor ke Australia.

Kedua belah pihak saling sering tentang potensi daerah masing-masing dalam suasana santai penuh keakraban, sembari minum kopi AFB. Melalui sering ini tentu saja kedua daerah saling memperkaya dengan berbagai informasi pembangunan di daerah masing-masing.

Pada kesempatan itu,Tisna Umaran mengatakan pihaknya sudah banyak mendengar tentang kopi AFB. Karena itu berbagai informasi dicoba akses untuk mengetahui tentang AFB.  Dari informasi yang diperoleh, maka niat untuk melakukan studi edukasi diperkuat dengan informasi dan arahan dari Puslitkoka Jember, karena pengelolaan kopi AFB dinilai terbaik dalam kaitan dengan pembinaan petani melalui MPIG.

Terkait dengan studi edukasi tersebut, Kabupaten Bandung ingin melihat dari dekat terkait peran pembinaan para petani melalui pembinaan MPIG, mendapatkan informasi terkait dengan Perda yang secara khusus melakukan perlindungan terhadap kopi dan seputar MoU antara petani kopi dengan eksportir. Tiga hal itu yang kemudian akan menjadi fokus studi edukasi sebagai pembanding dan masukan bagi Kabupaten Bandung dalam mengelola kopi di daerahnya.
 
Wabup Paulus Soliwoa menyerahkan cinderama khas Bajawa kepada Kadistan Kabupaten Bandung Tisna Umaran.
Pada kesepatan itu, Tisna Umaran menambahkan bahwa kopi AFB dan Kopi Bandung bukan sebagai saingan, tetapi sebaliknya kedua produk unggulan di daerah masing-masing ini akan semakin memperkaya khazanah perkopian baik di pasar dalam negeri maupun di luar negeri. Karena, kata Tisna Umaran, studi edukasi semacam ini justru menjadi wahana untuk saling menguatkan satu sama lain. Menurut Tisna, kopi Bandung saat ini memiliki potensi sekitar 1.000 hektare.

Sementara Kopi AFB sebagaimana dikemukakan Kadistan Kabupaten Ngada Paskalis Wale Bai, dari sekitar 12 ribu hektar lahan kopi di Ngada, baru sekitar 5.600 hektar yang dikelola dengan system organic dan kini sudah mengantongi beberapa sertifikat, diantaranya MPIG dan sertifikat organic.

Dari lahan seluas itu, petani kopi berjumlah sekitar 10 ribu, dan yang sudah masuk dalam MPIG baru sekitar 10 persen atau sekitar 1.800 petani kopi. Mereka ini sudah mengelola kopi dari hulu hingga ke hilir sesuai dengan standar prosedur yang layak sebagai produk ekspor.

Terkait dengan kegiatan studi edukasi dari Kabupaten Bandung, Paskalis menjawab vigonews.com memberi apresiasi atas kedatangan ke Ngada. Kedatangn rombongan dari Kabupaten Bandung semakin memperpanjang daftar kunjungan dari daerah-daerah lain yang melakukan studi edukasi tentang pengelolaan kopi AFB di Ngada.

“Kita bangga bahwa dengan segala keterbatasan kita sangat optimal melakukan pembinaan kepada petani, meski dari sisi anggaran sebenarnya kita minim. Tetapi dengan sumber daya terbatas malah ada kolaborasi yang baik membangun kebersamaan sehingga kopi Bajawa memiliki branding,” jelas Paskalis.
 
Rombongan Distan Kabupaten Bandung bersama Wabup Ngada Paulus Soliwoa
Soal masih banyak petani yang belum terwadahi dalam MPIG, akan terus didorong agar mereka dapat mengelola kopi dari hulu hingga hilir sesuai standar. Saat ini sejumlah UPH terus melakukan sosialisasi pentingnya para petani masuk dalam wadah ini. “Kita berharap tahun 2018 nanti,  jumlah petani kopi yang terwadahi mencapai 3000 petani,” kata Ali sapaan akrab kadistan Ngada ini.

Dalam sering dengan rombongan Kabupaten bandung, Paskalis mengatakan mendapat informasi baru. Misalnya saja, di Bandung pemerintah menyediakan dana talangan sebesar Rp 5 miliar bagi para petani sehingga mereka memiliki kecukupan modal untuk berproduksi secara kontinyu.

Di Ngada saat ini sebenarnya yang menjadi kendala banyak petani belum masuk wadah MPIG karena prosesnya yang cukup panjang membuat mereka harus menunggu untuk mendapatkan uang. Kebanyakan petani kopi ingin dapat uang cepat karena kebutuhan mendesak. Tidak heran jika banyak petani yang menjual kopi gelondong merah sesaat setelah panen.  Untuk mengatasi hal ini, kata Paskalis, di Ngada perlu ada kebijakan anggaran, secacam hibah kepada koperasi UPH guna mengatasi masalah saat panen.

Usai melakukan dialog,  dilakukan tukar-menukar cinderamata yang antara  Wabup Soliowa, Kadistan Ngada Paskalis Wale Bai dengan Kadistan Kabupaten bandung Tisna Umaran. Selanjutnya rombongan Kabupaten Bandung menuju UPH Fa Masa. Dari sana rombongan juga mengunjungi obyek wisata Kampung tradisional Bena. (ch)***

Insert foto: Suasana diskusi rombongan studi edukasi dari Kabupaten Bandung setelah diterima Wakil Bupati Ngada Paulus Soliwoa didampingi sejumlah pimpinan SKPD.

No comments:

Post a Comment