Responsive Ads Here

Wednesday 22 November 2017

Kadistan Ngada, Paskalis W. Bai: ‘Sarjana Pertanian Jangan Takut Jadi Petani’


BAJAWA, vigonews.com – Sebanyak 20 mahasiswa Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering Politeknik Negeri Kupang mengakhiri magang profesi di Kabupaten Ngada. Kadis Pertanian Kabupaten Ngada, Paskalis Wale Bai, Rabu (22/11/2017) secara resmi melepas 20 mahasiswa magang yang sejak tiga bulan sebelumnya ditempatkan di empat BPP, untuk kembali ke kampusnya.

Pelepasan 20 mahasiswa magang itu ditandai dengan menyerahan cinderamata kepada setiap mahasiswa, masing-masing satu kemasan kopi Arabika Flores Bajawa (AFB). Sebelumnya Kadis Paskalis W. Bai bersama para mahasiswa dan stafnya minum kopi bareng di Café Maidia. Hadir pada pelepasan itu, Sekretaris Distan Hubert Jelalu, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Ermelinda Moi, dan Kabid Perkebunan Stanislaus Fernandes.

Paskalis berpesan agar 20 mahasiswa ini dapat menjadi corong yang membawa pesan pertanian pada umumnya, khususnya pertanian kabupaten Ngada. Produk pertanian berbasis organic dari Ngada seperti hortikultura, dikatakan Paskalis,  kini sudah tembus beberapa kabupaten seperti Manggarai Barat. Begitu juga dengan kopi AFB yang sudah sangat dikenal sampai mancanegara.

Pada kesempatan itu, Paskalis minta masukan dan evaluasi dari mahasiswa yang telah melakukan magang di empat BPP di Ngada, yaitu BPP Soa, BPP Bajawa, BPP Golewa dan BPP Jerebu’u. Masukan itu penting bagi dinas pertanian untuk melakukan pembenahan di sana-sini jika ada yang belum maksimal dilaksanakan. Karena, setelah tiga bulan magang, paskalis merasa mahasiswa menjadi cukup kenal tempat magang secara obyektif.

 
Penyerahan cinderamata kepada mahasiswi magang
Paskalis minta mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di NTT itu, menjadi agen perubahan dalam bidang pertanian. Pengalaman selama magang menjadi bekal ketika nanti kembali ke masyarakat. Karena itu mahasiswa NTT harus mampu mengubah pertanian NTT menjadi lebih maju. “Ubah stigma bahwa NTT itu miskin sebagaimana sering diplesetkan ‘Nasib Tidak Tentu’. Kata Paskalis.

Dikatakannya, kalau NTT tidak maju bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga para sarjana, khususnya sarjana pertanian. “Kalian harus menjadi sarjana pertanian ‘the best’ yang mampu mengubah wajah NTT. Jangan sampai setelah lulus mengganggur karena menunggu lowongan kerja. Sebenarnya dengan predikat sarjana pertanian, peluang kerja kalian sangat luas dengan menjadi petani sukses,” pinta Paskalis.

Terkait dengan itu, Paskalis mengingatkan bahwa saat ini banyak sarjana pertanian yang enggan menjadi petani. Padaha mereka sekolah pertanian. “Petani kita makin berkurang, karena orang muda sudah tidak mau jadi petani, orang malas masuk kebun, tidak mau tangannya kotor. Profesi petani tidak menjadi pilihan lagi. Padahal dengan menjadi petani orang bisa hidup sejahtera. Jadi, sarjana pertanian jangan takut jadi petani,” kata Paskalis.

 
Penyerahan cinderamata kepada mahasiswa magang
Sementara Koordinator rombongan mahasiswa Magang, Silvester Yulianus Ekosili menyampaikan terima kasih kepada pemerintah kabupaten Ngada, khususnya Dinas Pertanian yang telah memberi kesempatan kepada mahasiswa Poli Teknik Negeri Kupang untuk magang selama tiga bulan.

Silvester mengatakan, pertanian Ngada sudah sangat maju jika dibandingkan dengan banyak kabupaten lain di NTT. Dan selama magang, diakui Silvester, dirinya bersama kawan-kawan lain mendapat kesempatan belajar bagaimana mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh di kampus.

“Sebelumnya kami biasa praktik tetapi paling-paling sehari atau dua hari. Namun, melalui program magang profesi waktu kami lebih banyak untuk belajar dan tinggal bersama masyarakat petani. Kesan kami, petani di Ngada jauh lebih bisa menerima perubahan, meski itu dari kami orang muda. Karena biasanya orang tua sulit menerima sesuatu kalau itu dari anak muda. Mungkin karena itu pertanian Ngada selangkah lebih maju,” kata Silvester menceritakan pengalamannya.

Sementara mahsiswi lai, Lisa mengaku terkesan dengan Kabupaten Ngada yang benar-benar menjadikan pertanian sebagai leading sector. “Saya bersyukur bisa magang di Ngada. Petaninya ramah dan mudah menerima perubahan. Kalau Tuhan ijinkan, suatu ketika saya mau kerja di Ngada saja,” kata Lisa yang disambut aplaus para mahasiswa dan disambut staf Distan Ngada.

Lain Lisa, lain Ina – seorang mahasiswi asal Rote. Kata dia, Ngada memang beda dengan daerahnya. Ngada sudah menjadikan pertanian sebagai sektor andalan. Menghasilkan hortikultura dan itu menjadi fokus para petani dalam meningkatkan pendapatan ekonomi. “Beda dengan  daerah Rote yang lebih banyak mengandalkan pertanian sawah. (ch)***

No comments:

Post a Comment