Responsive Ads Here

Wednesday 22 November 2017

Wisata Jurnalistik, Siswa SMPN 1 Bajawa Kunjungi Kawasan Pertanian Organik Hedhakela


BAJAWA, vigonews.com – lebih dari 40 siswa SMPN 1 Bajawa yang sedang pelatihan jurnalistik, Rabu (22/11/2017) mengunjungi kawasan pertanian organik Hedhakela.  Wisata jurnalistik sebagai kiat melakukan perjalanan ke suatu tempat sembari  mengumpulkan berbagai informasi yang akan dijadikan bahan untuk menulis.

Para jurnalistik cilik itu dilepas secara resmi oleh Kepala SMPN 1 Bajawa, Maria Crecentia Imelda di sekolah setempat. Menumpang beberapa kendaraan pikap, puluhan siswa bersama para guru, instruktur pelatihan dan staf dinas pertanian Kabupaten Ngada meluncur melewati Mataloko dan berhenti di Faobuku – perbatasan dengan Kabupaten Nagekeo. Beberapa menit kemudian, kaki-kaki remaja itu mengayun enteng melewati jalan rabat sedikit menanjak. Hanya beberapa puluh meter, rombongan sudah melewati jalan berbatu yang belum beraspal.

Kakaki mulus berbalut sepatu lincah menapak di jalan berbatu. Perjalanan baru satu kilometer. Namun, semangat mulai mengendur. Beberapa siswa terus melesat, hingga di jarak 2 km. Sangkanya sudah tiba, agar selekas beristirahat. Tenyata 600 meter di depannya, penulis-penulis cilik ini masih harus melewati jalan tanah. Tanah masih basah akibat hujan hari sebelumnya. Jalan sedikit licin itu diterjang saja sebagian siswa yang tak sabar. Sebagian lagi masih tertinggal jauh karena lelah. Perjalanan mereka diselingi jedah.

Namun semangat para siswa tak pudar, meski kadang terseok-seok mendaki. Puncak ebulobo di timur sudah terlihat dekat. Menunjukkan kawasan Hedhakela di atas berada di ketinggian tak jauh beda dengan puncak gunung berapi itu. Dan tidak salah. Kata petani ketika rombongan tiba di Hedhakel. Ketinggian kawasan pertanian organic itu 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Ketika berada di dataran ini, puncak ebulobo tampak hanya menjulang sedikit. Jadi Ebulobo hanya terpaut beberapa ratus meter dpl. Tentu di ketinggian ini sangat cocok untuk komoditi hortikultura.
 
Para siswa menempu perjalanan sejauh 2,5 km untuk mencapai kawasan pertanian organik Hedhakela
Sekitar 1,5 jam, para siswa berpacu dengan hasrat untuk menggapai Hedhakela. Sekitar pkl. 11.00 wita para siswa sudah berhamburan di kawasan Hedhakela – tempat yang datar. Penat yang membelenggu raga pun lenyap mencapai dataran ini. Panorama Ngada di berbagai arah terpantau dari sini.  Sepoi lembut menggoda setiap insan yang mendambakan kesegaran baru.

Hedhakela menyajikan panorama eksotik dari ketinggian 1.000 m dpl. Dalam bahasa setempat, Hedha berati tempat yang datar sedangkan ‘kela’ itu sejenis rumput yang lebih kasar dari alang-alang. Dulu sebelum lahan dibuka, tempat ini tumbuh jenis rumput ini, hingga kemudian para petani ‘menyulapnya’ menjadi kawasan hortikultura yang ramah lingkungan.

Komoditi Unggulan

Mau tau komoditi unggulan dari sini? Wortel yang dipanen sangat ranum hingga sebesar lengan orang dewasa. Belum lagi kentang. Ternyata, komoditi kentang, wortel juga cabe, dan tomat diam-diam menyusup pasar lokal maupun luar kabupaten, seperti ke Labuan Bajo. Hedhakela hasilkan pangan yang sehat bagi manusia, karena para petani membudidayanya dengan teknologi organik yang sehat. Jika komoditi Hedhakela menembus pasar, dapur hingga meja makan mereka yang cinta kesehatan, maka senyum di meja makan adalah senyum yang sehat dan tulus. Kalau di lahan pertanian dikelola tak ramah lingkungan, maka senyum meja makan sesungguhnya senyum yang kecut karena membawa malapetaka.
 
Keceriaan atas hasil tanah yang yang dikelola secara organik
Puluhan siswa seperti menarik nafas lega tiba di dataran ini. Panorama alam yang eksotik menggoda para remaja ‘zaman now’ itu untuk berfoto selfi dengan posisi lepas bebas. Entah berapa kali ber-selfi.  Ini cara para remaja menikmati keindahan dan kesegaran. Baru setelah puas berfoto selfi para siswa  berjumpa dengan para patani dalam rutinitas mereka. Melalui wisata jurnalistik, para siswa ‘ngobrol’ dengan para petani tentang bercocok tanam dengan teknolgi pertanian berbasis organik.

Dari ketinggian Hedhakela para siswa ingin merenggut habis kesegaran dan keindahan. Alam pun memberinya habis-habisan, meski tak habis dinikmati anak-anak muda ini. Tidak hanya sampai di situ. Dari para petani melalui wawancara para jurnalis cilik itu, akhirnya tau, kalau ingin di meja makan menyajikan yang sehat, maka mulailah menanam dengan cara-cara yang sehat pula. Saat ini Hedhakela menyediakan produk pangan yang sehat itu, khususnya komoditi hortikultura

Para jurnalis cilik mengendus berbagai informasi dari para petani dan penyuluh, setelah intruktur pelatihan jurnalistik dari Rumah Literasi Cermat, Emanuel Djomba memberi arahan. Dari soal teknik bercocok tanam sejumlah komoditi hingga teknologi organik yang ramah lingkungan dan sehat menjadi informasi yang dicari para jurnalis cilik itu. Bukan itu saja, para jurnalis cilik itu bahkan ikut masak sendiri jagung organik. Menyatapnya dengan sambal dari campuran daun bawang, tomat dan cabe dengan sayur kigonipo yang tumbuh subur di kebun.
 
Jurnaslis cilik belajar reportase lapangan dengan kunjungan ke kebun bersama petani
Menyaksikan petani menanam, merawat, memetik hasil kebun. Ikut nimbrung dengan para petani sambil mulut komat-kamit mengendus informasi. Namun para petani tak pernah lalai memberi informasi untuk para remaja cilik yang terus menggelitik. Karena para petani tau, masa depan pertanian ada di tangan anak-anak muda kita. Mereka yang memiliki mimpi untuk itu.

Tangan-tangan halus para remaja meremas tanaman. Dengan kekuatan tak seberapa ramai-ramai mencabut wortel. Wajah kagum dibalut perasaan tak percaya mengangkat tinggi wortel yang telah dicabutnya. Menunjuk kepada sesama teman hasil tanah yang ranum dan gemuk. Gemas dengan hasil tanah yang terawat. Para petani dan penyuluh hanya memandang kagum kelakuan para jurnalis cilik itu. Guru pendamping juga tak mau kalah, ikut bersama para siswa. Semua berpadu dalam balutan kegembiraan. Tertawa renyah menyiratkan kekaguman dan kepuasan.

Dari kebun yang ditanam tanpa pupuk kimia dan pestisida berbahaya mampu menghasilkan umbi wortel ‘segede’ lengan. “Ini belum seberapa. Kentang pada panen yang lalu buahnya besar-besar. Wortel juga jauh lebih besar. Kami hanya tanam, rawat dan menggunakan pupuk organik,” kata David salah seorang Ketua Kelompok Tani Rajawali.

Dampak Ekonomi

Kawasan sekitar 25 hektar di dataran ini selama lima tahun berturut-turut ternyata mampu memberi bukti bukan janji. Tanah yang yang subur dari usaha tangan yang tulus itulah yang kemudian memberi bukti. Hasil kebun dengan sentuhan pertanian organik memberi kuntungan secara ekonomi. Petani hidup sejahtera dari tanahnya yang terawat dan terjaga.

Salah seorang petani, Dominikus Nua mengaku sejak menggarap lahan dengan komoditi hortikultura bisa membantu ekonomi rumah tangganya. Meski dia sendiri tidak tahu persis berapa luas lahan, namun lahan sekitar puluhan are itu cukup membantunya memenuhi kebutuhan rumah tangga dan biaya sebagian anak sekolah dari tujuh anaknya.
 
Membawa pulang pengalaman baru generasi kreatif
Baginya tanah di Hedhakela diolah dengan system organik sudah memberi hasil limpah. Karena itu, para petani sepakat tidak akan menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang merugikan. Semua lakukan dengan cara alami saja.

Ketua Kelompok Tani Rajawali David Ngajo sempat memberi beberapa informasi kepada para jurnalis cilik SMPN 1 Bajawa. Dia memberi apresiasi kepada para guru yang telah membawa siswa ke tempat ini. “Di sini mereka bisa lihat dan mendapat informasi bagaimana penerapan pertanian yang sehat dan ramah lingkungan melalui praktik organik,” kata David.

Dia mengatakan saat ini hanya menggunakan pupuk organik, dari kompos seperti kotoran hewan. Karena itu selain bercocok tanam, petani juga ada peliharaan sapi dan ternak lain. Ke depan dia berharap ada bantuan ternak semacam ini sehingga dapat menunjang kegiatan pertanian organik.

David berharap, agar anak-anak dapat membawa pesan pertanian organik Hedhakela kepada dunia luar dengan menggunakan berbagai sarana, seperti media masa dan media sosial dengan keterampilan menulis yang sudah dilatih. Katakan bahwa pangan dari lahan yang dikelola secara organik itu sehat untuk dikonsumsi.

Penjabat Kepala Desa setempat Antonius Vengi Gena kepada puluhan siswa dan wartawan dapat mempromosikan komoditi pertanian organik Hedhakela ini kepada publik. Menurut dia, promosi ini sebagai misi mulia, karena produk organik itu sehat.

Sementara Staf Dinas Pertanian Kabupaten Ngada yang menyertai kegiatan ini, beny Soro,  memberi apresiasi kepada lembaga SMPN 1 Bajawa yang dengan cara kreatif mengemas kegiatan pelatihan jurnalistik dikolaborasi dengan wisata ke kawasan pertanian organik.

Menurut Beny, kunjungan ini akan terus menguatkan promosi  gerakan ‘Go Organik’ yang sudah dimulai sehingga dapat memberi dampak kepada masyarakat. Pangan organik harus dipromosikan sehingga masyarakat tau dan mulai beralih ke produk organik yang lebih sehat.

Dikatakan, siswa sebagai generasi masa depan menjadi corong untuk menyampaikan pesan ini kepada publik. Dan semua orang akan tau bahwa Hedhakela menjadi pusat pertanian organik dengan komoditi hortikultura di kabupaten Ngada. “Sekarang siswa tau bahwa mengenal petani bukan hanya di dekat jalan beraspal mulus, tetapi juga harus berjalan jauh menemui mereka dan mendapatkan informasi dari mereka,” kata Beny.

Setelah kembali para jurnalis cilik akan meramu kegiatan wisata jurnalistik dalam bentuk tulisan yang kemudian dilombakan. Kegiatan ini juga didukung oleh Dinas Pertanian Kabupaten Ngada. Kadis Pertanian Paskalis Wale Bai berjanji akan memberi hadiah kepada para siswa yang menulis gagasan terbaik tentang pertanian organik. (ch)***

No comments:

Post a Comment