Responsive Ads Here

Thursday 25 January 2018

Anjelo Wake Kako & Getar Perubahan Di Langkah ke-28

Jokowi, Presiden pertama yang menghadiri Kongres PMKRI -   

Di tangan Anjelo Wake Kako, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) gelar  Kongres XXX, yang berlangsung di Palembang, Senin (22/01/2018). Di kongres ini seolah meneropong ‘getar’ perubahan sang Ketua selama berkiprah di  PP PMKRI.

Kongres kali ini menjadi istimewa karena dibuka oleh Presiden Jokowi, sekaligus menjadi Presiden RI pertama yang membuka gawe akbar PMKRI setelah 47 tahun. Kehadiran Presiden Jokwi dalam kongres kali ini seperti menjadi kalkulasi tersendiri terhadap eksistensi PMKRI  kini dan ke depan.

Lebih dari itu, sosok Anjelo Wake Kako – Ketua Presidium PMKRI 2015/2017 – juga menyita perhatian jagat republik ini. Sikap kritis dan langkah berani  yang diambil mantan Ketua PMKRI Cabang Ende ini selama menjadi Ketua PMKRI memang mencengangkan. Di antaranya, Anjelo berada digaris depan menentang kelompok ekstrimis yang mengancam Pancasila dan NKRI.

Di aras ini,  Anjelo komit mendukung langkah Pemerintah RI di bawah kepemimpinan Presiden Jokwi – konsisten menegakkan Pancasila dan NKRI. Kedekatannya dengan kekuasaan terkadang membuat miris segelintir di internal organisasi yang menilai terlau dekat. Namun Anjelo punya kalkuasi sendiri. Dalam menjaga keutuhan NKRI  jelas PMKRI mendukung langkah pemerintah yang konsisten itu.

Ketika membuka Kongres bertajuk: 'Membumikan Pancasila Menuju Indonesia Berdaulat' itu, Jokowi berbicara soal keragaman Indonesia yang terdiri dari 714 suku. Keragaman ini harus dijaga, bahkan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani ikut berpesan ke Jokowi.

"Kalau ada konflik antarsuku segera dan cepat, cepat, cepat harus diselesaikan," kata Jokowi mengulangi pesan simpatik Presiden Ghani kepadanya.
 
Suasana pembukaan Kongres XXX PMKRI
Untuk membela NKRI dan menegakkan Pancasila, kata Anjelo, PMKRI berada di garis depan mendukung setiap langkah pemerintah. Karena untuk langkah tegas ini pemerintah membangun kemitraan dengan berbagai elemen bangsa, jadi tidak bisa jalan sendiri-sendiri. “Kita butuh kehadiran Negara melindungi seluruh rakyat Indonesia tanpa memebedakan suku, agama dan ras,” kata Anjelo.

Dikatakan Anjelo, dengan kehadiran Presiden Jokowi di arena kongres, PMKRI  dapat memberi masukan, saran dan kritik terkait dengan perjalanan bangsa. Sejalan dengan tema kongres: 'Membumikan Pancasila Menuju Indonesia Berdaulat’  agar tidak hanya retorika belaka dan jadi alat politik. Tetapi sebaliknya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus dihayati, diimplementasikan melalui tingkah laku dan pergaulan bangsa.

Lebih jauh Anjelo menegaskan, Pancasila adalah nilai bersama, identitas bersama. Karenanya, menjadi tugas semua anak bangsa untuk mengawal Pancasila, yang di dalamnya ada PMKRI sebagai salah satu elemen bangsa. “Melihat  pemerintah komitmen menegakkan Pancasila dan NKRI, maka langkah ini harus di dukung, dan PMKRI terpanggil mendukung penuh langgkah itu demi Indonesia yang berdaulat,” urai Anjelo.

Di lain sisi, selama pemerintah berpihak pada kaum lemah, kata Anjelo menjawab vigonews.com,  PMKRI tentu harus fair dan mendukung. “Kebijakan terbaik kita dukung. Tetapi jika kebijakan tidak berpihak pada rakyat, kita tetap akan mengkritisi. Jadi, PMKRI tetap akan menjadi mitra kritis pemerintah,” jelas Anjelo

Dalam pidatonya, Anjelo juga meminta perhatian Pemerintah terhadap pembangunan wilayah-wilayah terluar Indonesia yang berbasis Katolik, seperti di Atambua, Merauke (Papua), Entikong (Kalbar) dan wilayah lainnya melalui pembangunan sumber daya manusia, infrastruktur dan ekonomi.

Karena menurut Anjelo, wilayah-wilayah terluar itu selama ini belum tersentuh secara maksimal dalam berbagai aspek. Dan wilayah terluar yang berbatasan dengan Negara tetangga masih tergolong tertinggal. Penekanan pembangunan juga pada penyiapan sumber daya manusia yang baik sehingga hidup layak dan mampu bersaing.
Presiden Jokowi sesaat membuka Kongres XXX PMKRI

Sementara pada pidato pembukaan Kongres itu,  Presiden Jokowi juga sempat mempresentasikan pembangunan di berbagai perbatasan negara. Selain itu, dia berpesan di konteks tahun politik 2018, agar semua pihak menjaga kondisi. Kontestasi politik perlu diisi dengan adu program dan gagasan rasional.

"Mestinya itu yang diangkat, bukan saling mencela, menjelekkan, dan saling mencemooh. Kita sering lupa bahwa kita adalah saudara satu bangsa setanah air," kata Jokowi.

Pembukaan kongres ditandai dengan memukul gong oleh Presiden Jokowi di GOR Dempo, Jakabaring Sport City, Palembang. Hadir pula Gubernur Sumatra Selatan Alex Noerdin, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Sosial Idrus Marham, Kepala Staf Presiden Moeldoko, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, hingga Ketua Presidium PP PMKRI Angelo Wake Kako.

Kongres PMKRI XXX juga menjadi istimewa karena pada tanggal 22 Januari bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Anjelo Wake Kako ke-28. Jelang purna bakti sebagai Ketua PP PMKRI, Anjelo telah menoreh sejarah tersendiri  baik bagi bangsa, organisasi  maupun bagi dirinya.

Di langkah ke-28 pria kelahiran Ende 1990  ini  telah memberi getar perubahan dan mewarnai kehidupan bangsa. Getar-getar yang diciptakan sejak dirinya menjadi Ketua PMKRI Cabang Ende dan mecapai puncak 2015 lalu ketika dipercaya menjadi Ketua PP PMKRI. Tentu saja, publik akan tetap menunggu sembari menunggu getar perubahan  dari setiap langkahnya.***

Oleh Emanuel Djomba
Tuan Rumah Literasi Cermat Ngada

No comments:

Post a Comment