Responsive Ads Here

Tuesday 9 January 2018

Ketika Para Pegiat Literasi Ngada Bersimpul dalam Pustaka

Para pegiat literasi Ngada untuk pertama kali menggelar pertemuan di TB Sakura Aimere  -  

AIMERE, vigonews.com - Para pegiat Literasi yang juga pengelola taman baca di Ngada untuk pertama kali menggelar pertemuan, Sabtu (06/01/2018) di Aimere. Pertemuan yang digelar di Taman Baca (TB) Sakura – Paroki Aimere itu bertujuan menjalin silaturahmi antar pegiat literasi dalam menggelorakan gerakan literasi di Kabupaten Ngada.

Pertemuan perdana itu dihadiri enam pengelola TB, di antaranya Rm. Arnoldus Yansen Triyono dari TB Sakura Paroki Aimere (sebagai tuan rumah pertemuan); Emanuel Djomba Tuan, Rumah Literasi Ngada;  Rini Lalu, pengelola TB Mataleza Padhawoli Bajawa;  Agustinus Lando, pengelola TB Karya Muda Nginamanu Barat Kecamatan Wolomeze, Marlin Bupu, pengelola TB Bakti Arini Ubedolumolo, Kecamatan Bajawa dan Martinus Madha, simpatisan/calon pengelola TB Tebho Bero, Kecamatan Aimere.

Dalam suasana penuh keakraban, pertemuan ini menjadi wahana bagi sesama pegiat literasi untuk saling membagi pengalaman dalam mengelola TB dan mendampingi para pengunjung yang hampir pasti adalah anak-anak. Meski baru pertama kali, namun para pengelola TB tampak larut dalam suasana penuh kasih persaudaraan. Kehadiran beberapa pengiat literasi dalam pertemuan yang dibuka oleh Pengelola TB Sakura  Rm. Triyono, karena kerinduan para pengelola TB untuk menyatukan tekad dalam menggelorakan perjuangan bersama guna menggerakan minat baca hingga ke desa dan kampung-kampung di Ngada.
 
John Lobo dalam Gerakan Katakan dengan Buku di Jerebu'u 2016

Shering

Masing-masing pengelola TB yang hadir mengungkapkan dorongan masing-masing membuka TB di tempatnya. Rini Lalu pengelola TB Mataleza Padhawoli Bajawa dalam sheringnya mengungkapkan, dirinya tergerak membuka TB setelah mendengar keluhan dari orang tua siswa di sekitar tempat tinggalnya, yang menyebutkan banyak anak belum memiliki kemampuan membaca yang baik. Tergerak oleh keadaan itu, Rini kemudian menghubungi salah seorang temannya di Kabupaen Nagekeo yang memiliki buku-buku bacaan anak-anak.

Dikatakan Rini, ketika mulai membuka TB sejak Agustus 2017 lalu dirinya mengalami kesulitan untuk membangkitkan minat baca anak-anak di sekitarnya. Hal itu karena anak-anak belum terbiasa membaca.

Meski demikian, guru SMPN 1 Bajawa ini tidak putus asa. Ia kemudian mencoba menarik minat anak dengan kegiatan mewarnai. Ternyata kiat ini membuat anak-anak tertarik. Dari kegiatan ini, Rini kemudian mulai membiasakan anak-anak yang sebagian besar SD dan beberapa SMP itu membaca buku yang ada di TB-nya. Kegiatan ini masih dalam durasi waktu 15 – 30 menit. “Belum bisa lama-lama. Yang penting mereka ada minat dulu untuk membaca,” kata Rini.
 
John Lobo dalam kegiatan Gerakan Katakan dengan Buku di Jerebu'u 2016
Kegiatan membaca ini biasanya dilakukan setiap hari setelah jam sekolah siang. Hanya setelah diterapkan lima hari sekolah, aktivitas baca menurun karena anak pulang sekolah sudah sore. Sehingga kegiatan baca dilakukan pada akhir pekan – hari Sabtu dan Minggu.

Sejak dibuka, diakui Rini pendampingan kepada anak dalam membaca dan mewarnai dilakukan secara rutin. Dia mengakui fasilitas TB memang belum memadai seperti terbatasnya jumlah buku dan ruangan, dan sarana untuk mewarnai bagi anak-anak. Namun belakangan ada orang tua yang mulai tergugah untuk membantu memberikan donasi. Hanya hingga saat ini Rini masih membatasi dulu karena masih perlu benahi taman bacanya itu.

Lain Rini, lain pula Marlin. Pengelola TB Bakti Arini yang mengaku mulai membuka aktivitas TB sejak Desember 2016 itu juga terdorong untuk membantu anak-anak di lingkungannya di Ubedolumolo. TB ini digagas oleh pemiliknya Arini yang kini bekerja di Singapura manakala waktu pulang ke kampung membawa banyak buku.

Di TB ini juga ditandai dengan aktivitas baca dan mewarna bagi anak-anak di sekitarnya. Setiap hari anak-anak pulang sekolah nyaris tidak ada aktivitas yang bermanfaat kecuali bermain, karena orang tua mereka yang kebanyakkan pertain banyak beraktivitas di kebun dan ladang. Peluang ini dibidik sebagai hal yang positif jika buka TB untuk aktivitas anak untuk membaca.
 
membaca dan diskusi
Hanya Marlin mengeluh kurangnya koleksi buku terutama buku-buku berbahasa Indonesia dan juga ketersediaan pinsil warna bagi anak-anak yang melakukan aktivitas mewarnai. Belakangan, kata Marlin di TB ini ada layanan pinjam buku sehingga bisa bawa pulang. “Kita siapkan buku pinjaman, dan mereka akan mencatat nama di sana dan tanda tangan pada kolom pinjam dan kembali sesuai jadwal. Jadi hitung-hitung mereka dilatih belajar tanda tangan,” kata Marlin

Setelah pemberlakukan lima hari sekolah aktivitas di TB ini yang biasa setiap hari kemudian hanya dilayani pada hari Sabtu dan Minggu. Itu Karen anak-anak sampai di rumah sudah sore dan biasanya mereka langsung kegiatan sore membantu orang tua di rumah.

Sementara pengelola TB Karya Muda dari Desa Nginamanu Barat, Kecamatan Wolomeze, Agustinus Lando mengaku membuka TB karena di desanya banyak anak-anak yang belum diarahkan dengan kegiatan positif. Di desa ini juga meski ada sebuah sekolah tetapi belum dilengkapi dengan perpustakaan. Sehingga kehadiran TB ini diharapkan akan memberi manfaat bagi anak-anak di desa ini.
 
Pelatihan jurnalistik pemuda desa
Alumnus STPM Ende yang baru diwisuda dengan predikat Cumlaude itu memilih pulang ke kampung dan membangun desanya. Dia punya tekad agar generasi berikutnya harus memiliki kemampuan lebih dari yang sekarang. Itu bukan tanpa alasan. Menurut Uslan demikian dia akrab disapa, saat kuliah banyak mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan berbicara, membaca dan menulis baik, karena mereka miskin diksi. Sehingga karya tulis ilmiah mereka tidak mampu untuk merangkainya dengan baik.

Itu sebabnya, kata Uslan, anak-anak harus sudah mulai dengan kebiasaan membaca dan menulis sejak dini. Kebiasaan berliterasi ini yang akan menolong anak dalam kemajuan pendidikannya hingga di tingkat perguruan tinggi.

Salah seorang simpatisan Literasi, Martinus Madha akhirnya tertarik dengan aktivitas para pegiat literasi setelah mengikuti shering ini. Itu yang kemudian mendorongnya untuk membangun sebuah TB juga.  Bergelut dengan buku membuat Martinus yang juga pegiat koperasi ini ingat sambutan Menteri Koperasi pada suatu ketika – sekitar tiga tahun lalu, yang mengungkapkan buku adalah jendela dunia.

“Saya setiap hari memang selalu membaca 15 menit sebelum ada aktivitas lain. Dan hari ini saya seperti terdorong untuk ikut ambil bagian dan berniat untuk membuka TB juga. Meski belum ada buku, tetapi di tempat saya ada banyak majalah yang bagus-bagus yang mungkin bisa dimanfaatnya untuk TB di kampungnya, daripada hanya numpuk-numpuk atau dibuang,” kata Martinus.
 
Gelar Lapak Baca Rumah Literasi Cermat
Berbeda dengan yang lain, beda pula dengan pengelola TB Sakura, Rm. Arnoldus Yansen Triyono, Pr. Pastor ini akhirnya membuka TB karena keprihatinannya pada minat baca masyarakat yang rendah, khususnya pada anak-anak. Mungkin karena itu, Rm. Triyono kemudian membuka TB di Paroki Aimere.

Bahkan, pastor yang satu ini semangatnya menggebu-gebu sehingga tak jarang dalam kunjungan pastoralnya ke berbagai wilayah di paroki itu membawa serta banyak buku di mobilnya. Sambil berpastoral, anak-anak di tempat yang ia kunjungi melahap buku-buku yang dibawanya.

Bagi Rm. Triyono, semangat baca yang baik akan menata kembali hidup generasi muda di masa depan. Budaya gadget yang terus membombardir kehidupan anak-anak, remaja, pemuda bahkan kalangan tua dewasa ini harus diperangi dengan budaya membaca. “Memang ini sulit tetapi kita tetap harus mulai. Minimal kita merebut anak-anak dan generasi muda,” tegas Rm. Triyono.

Dikatakan, rajin membaca di kalangan anak-anak akan ikut mendorong meningkatnya prestasi siswa. Di TB yang dikelolanya menjadi tempat kunjungan anak-anak, khususnya pada hari Sabtu dan Minggu. Saking semangatnya anak-anak datang membaca di TB, adakalanya anak-anak datang langsung menanyakan kepadanya, “Romo ada buku baru?”. Pertanyaan ini sselalu menggelitik Rm. Triyono yang mengaku di TB yang dikelolanya itu masih terbatas koleksi buku untuk anak.
 
Pelatihan menulis eco literasi SD
Sementara Tuan Rumah Literasi Cermat Ngada, Emanuel Djomba juga membagikan pengalamannya kepada para pegiat literasi lainnya terkait dengan kampanye membaca dan menulis yang digelutinya di Ngada sejak tahun 2013 lampau.

Diakui Djomba yang juga Dosen di STKIP Citra Bakti Ngada sejak tahun 2009 itu, dirinya memulai kampanye literasi karena tergerak dan prihatin akan rendahnya minat baca di  kalangan mahasiswa. Bahkan para mahasiswa mengalami kesulitan dalam merumuskan gagasan dalam bentuk tulisan ilmiah bahkan karya tulis sederhana. Mahasiswa terlihat miskin diksi baik dalam menulis maupun berbicara.

Sejak tahun 2013, Djomba mulai keluar masuk sekolah baik SD, SMP, SMA, Pergurun Tinggi dan organisasi bahkan menyasar guru untuk melakukan pelatihan menulis. Karena dengan menulis, pikirnya, mendorong seseorang untuk membaca. Bagi Djomba, penulis yang baik tentu saja seorang pembaca yang baik pula.

Djomba yang sudah menjadi wartawan sejak di Denpasar Bali tahun 1995 itu memanfaatkan kompetensi yang dimilikinya untuk melatih anak-anak dan remaja di berbagai sekolah melalui pelatihan jurnalistik. Untuk mendukung kegiatannya itu, dia menerbitkan media pendidikan dan literasi CERMAT yang semula berbentuk koran kini menjadi majalah. Ketua Asosiasi Wartawan Ngada ini juga gencar melakukan berbagai literasi seperti literasi pertanian, literasi politik, literasi kebangsaan, dan eco literasi.
 
Siswa pelatihan jurnalistik
Guna menggelorakan misinya itu, Djomba kemudian mendirikan Rumah Literasi Cermat (RLC) sebagai wadah penyelenggaraan berbagai kampanye literasi di Kabupaten Ngada dan Flores pada umumnya. Di RLC yang dipimpinnya menjadi simpul para intelektual untuk menggelar berbagai diskusi secara rutin. Dari RLC juga, Djomba melakukan safari lapak baca menyasar desa. Melalui wadah ini kemudian mulai mendirikan TB baru, dan kini muncul dua embrio, masing-masing TB Karya Muda di Kecamatan Wolomeze dan TB Ampera di Kecamatan Riung Barat.

Kesepakatan

Terkait dengan pertemuan itu, para pegiat literasi yang tergabung dalam simpul pustaka Ngada itu menyepakati beberapa hal yang menjadi komitmen bersama dalam kampanyel literasi di kabupaten Ngada ke depan.

Pertama, menyepakati untuk melakukan safari literasi secara rutin dengan mengunjungi simpul-simpul pustaka yang ada seluruh Kabupaten Ngada yang hingga kini sudah beranggotakan lebih dari 20 TB.

Kedua, sehubungan dengan keterbatasan koleksi buku, forum ini sepakat untuk melakukan roling buku dari TB yang satu ke TB yang lain bersamaan dengan kegiatan safari literasi bulanan; dan melakukan arisan buku pada saat safari literasi.

Ketiga, terus melakukan penguatan simpul pustaka di Ngada dan melakukan diversifikasi TB ke berbagai desa di Kabupaten Ngada sesuai kebutuhan, dan menggalang semangat bagi para peminat literasi lebih banyak lagi dalam gerakan ini.

Keempat, menumbuhkan minat berliterasi dengan menyelenggarakan berbagai program baik di tingkat TB maupun Forum Literasi Ngada  dengan menggelar berbagai jenis lomba literasi kepada anak dan remaja asuhan TB.

Kelima, perlu penguatan prasarana TB yang memadai sehingga memberi daya tarik kepada anak, remaja dan generasi muda mengunjungi TB secara rutin. (DBP)***

Aimere, Sabu 6 Januari 2018


No comments:

Post a Comment