Responsive Ads Here

Saturday 26 December 2015

Memaknai Natal dengan Busana Limbah


BAJAWA/NGADA, vigonews.com – Natal jadi ajang adu kreativitas, di antaranya menjadikan sampah (limah)  pernik-pernik Natal. Gereja Ebenheazer di Bajawa malah mengemas sebuah lomba fashion show menyambut Natal 2015 dengan menampilkan busana dari limbah. Daur ulang sampah (limba) juga dikreasikan dalam bentuk pohon natal yang terbuat dari bahan kemasan minuman anak-anak dan kemasan air mineral.

Limbah dan Natal? Gambaran yang amat paradoks dalam realitas kehidupan. Limbah adalah sesuatu yang tidak lagi bermanfaat dan bernilai ekonomi.  Limbah baru bisa dimanfaatkan kembali jika telah melewati proses daur ulang. Sementara, daur ulang adalah proses penggunaan kembali material (limbah) seperti dari sampah  menjadi produk yang berbeda, atau bermanfaat dan bernilai ekonomi tinggi.  Sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah.

Ketika Jemaat GMIT Ebenheazer menggelar kegiatan menyambut Natal dengan lomba fashion show busana limbah menyambut Natal (17/12/2015) lalu, mungkin menggelitik banyak orang. Atau mungkin ada yang biasa-biasa saja.

Refleksi tema dalam sebuah pentas yang unik itu digambarkan secara gamblang oleh Ketua Panitia Lomba Fashion Show,  Elisabet Nena, ST kepada vigonews.com  usai pentas, Kamis (17/12/2015) di Gereja Ebenheazer. “Kami mencoba merefleksikan tema Natal tahun ini yang sudah disepakati,” katanya.

Apapun respon tidak mengurangi makna yang mau digali dari lomba fashion show busana limbah itu. Dalam lomba ini juga ditampilkan busana adat dari budaya berbeda hingga lomba vocal grup yang melibatkan anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, dari status sosial berbeda. Mereka menyatu dalam perayaan menyambut  Natal dalam balutan lomba yang unik itu.

Melalui lomba yang unik tergambar tema besar yang diusung PGI –KWI “Hidup bersama Sebagai Keluarga Allah.”  Kebersamaan dalam peristiwa Natal adalah kebersamaan ayah, ibu, orang Majus (beda budaya dan status), para gembala (kaum papa). Semua hadir di kandang. Di sana ada kotoran dan sampah, namun di situ Yesus lahir dan dibungkus dengan lampin. Lampin adalah simbol pakaian kekudusan dan kebenaran. Di sana ada palungan, sebagai tempat makan hewan – gambaran sumber kehidupan.

Kehadiran Yesus mengubah wajah kandang yang sederhana menjadi penuh kemuliaan. Menyatukan manusia dari berbagai suku dan budaya, dari berbagai kelas sosial. Mengubah sampah di kandang menjadi indah dengan mengenakan lampin kebenaran. Dalam Allah semua bisa dibuat indah. Mungkin karena itu, muncul kreativitas menggelar kegiatan lomba fashion show  dengan busana adat dan busana dari limbah.

Melalui sampah kertas koran, plastik, dan bahan limbah lainnya Jemaat GMIT Ebenheazer mendaur ulang menjadi busana yang unik dan indah dalam sebuah gelar lomba fashion show. Anak-anak yang mengenakan busana limbah adalah sebuah sinyal kuat kepada publik  bahwa kita ini sesungguhnya limbah itu, yang tanpa kehadiran Yesus di  kandang yang hina, penuh sampah dan kotoran tak dapat didaur ulang. Tetapi karena kehadiran-Nya, manusia yang sudah jatuh dalam dosa (seperti sampah/kotoran) kemudian didaur ulang sehingga kembali bernilai dan menjadi ciptaan baru.

Anak-anak berbusana adat (dari berbagai etnis) juga mengirim sinyal amat kuat akan makna hidup dalam kebersamaan sebagai satu saudara dalam keluarga Allah meski beda budaya dan status sosial seperti orang Majus dari Timur dan para gembala yang sederhana. Semua bersama sebagai keluarga Allah.

Tempat sampah (limbah) selalu mengirimkan bau busuk ke lingkungan sekitar. Kita kadang menjadi sampah yang selalu mengirim bau busuk dan sumber penyakit kepada orang lain sehingga membuat orang lain tidak nyaman dan sakit, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Dengan pertolongan-Nya, ‘sampah’ itu perlu didaur ulang, agar kita menjadi produk baru yang bernilai.

Refleksi tema dalam sebuah pentas yang unik itu digambarkan secara gamblang oleh Ketua Panitia Lomba Fashion Show,  Elisabet Nena, ST kepada vigonews.com  usai pentas, Kamis (17/12/2015) di Gereja Ebenheazer. “Kami mencoba merefleksikan tema Natal tahun ini yang sudah disepakati,” katanya.

Bahwa, ada begitu banyak yang bisa dimaknai dengan kehadiran Allah dalam Yesus Kristus di dunia, termasuk sampah dan kotoran yang ada di dalam kandang hewan, tempat kelahirannya. Dalam Allah semua bisa dibuat indah. Yesus pun dibungkus dengan kain lampin. Meski dari kacamata manusia kandang yang kotor dan penuh sampah tidak ada sisi yang indah, tetapi karena kelahirang Sang Juruselamat segala sesuatu bisa dibuat indah. Di Kandang Natal sampah jadi indah karena kehadiran Yesus. Itu sebabnya muncul kreativitas menggelar kegiatan lomba fashion show dengan busana adat dan busana dari limbah.

Dikatakan Elyn, di dalam kandang  itu semua hadir. Ada orang tua melalui sosok Maria dan Yusuf, ada yang kaya seperti orang Majus dari Timur, ada orang miskin melalui kehadiran gembala dan domba. Kandang yang kotor dan penuh sampah. Semuanya terlibat, dan semuanya menjadi indah, ketika Yesus hadirdi sana.(ch)*

No comments:

Post a Comment