Responsive Ads Here

Monday 18 July 2016

Roland Gili Tewas Terlilit Tali Kuda, Terseret 300 meter


Vigonews.com, SOA/NGADA - Wisata berkuda menyenangkan anak-anak kota, sama menyenangkan dengan bocah-bocah yang doyan berpacuan kuda alias joki. Tetapi tragis bagi bocah yang satu ini. Dia tewas mengenaskan dililit tali kuda dan diseret  kuda yang temperamental hingga 300 meter.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat tolak, Roland Gili, bocah kelas IV SDI Ngabheo, Desa Ngabheo, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada meregang nyawa setelah terseret 300 meter.  Ia seperti berjuang mati atau hidup - dan akhirnya tewas diujung tali kuda -  setelah diseret kuda tetangga karena kakinya terlilit tali.

Kok bisa? Itu mungkin pertanyaan yang bisa muncul bagi orang berakal sehat. Musibah bisa menimpa siapa saja, hanya perlu kewaspadaan. Tetapi siapa sangka bocah yang tidak berdosa ini harus berjuang dengan maut  diseret kuda dalam kecepatan tinggi?

Keterangan yang diperoleh vigonews.com di Soa, Senin (18/07/2016) menyebutkan na'as bagi Roland terjadi Sabtu (16/07/2016) ketika Aloysius Bei (40) tetangganya melewati halaman rumah Pius Ngai tidak jauh dari rumah korban. Waktu menunjukkan pkl. 19.00 wita dimana suasana  sudah mulai gelap di luar rumah.

Kapolsek Soa, Iptu (Pol) Arnol Nango kepada vigonews menjelaskan, Aloysius Bei petang itu menarik serta kuda kesayangannya pulang ke rumah agar diikat dekat rumah. Ketika melewati halaman rumah milik Pius Ngai, suasana sudah gelap. Saat bersamaan korban keluar dari dalam rumah melewati halaman. Karena sudah gelap bocah itu tidak menyadari di depannya terbentang tali ikatan kuda yang ujungnya sedang ditarik Pius. Saat itu korban menabrak tali. Korban kaget dan  kuda yang temperamental itu juga kaget kemudian lari berputar.

Dalam keadaan panik itu bocah itu seperti sulit menghindar dan kuda yang sedang ditarik berputar sehingga tali membelitnya. Sementara pemilik kuda semakin tak berdaya menguasai binatang kesayangannya itu yang juga berputar-putar. Pius sendiri gelapan karena suasana gelap tak bisa melihat apa yang terjadi, kecuali kuda yang terus meronta. Tak kuasa mengendalikan kuda yang terus beraksi,  ujung tali akhirnya terlepas. Saat itulah kuda miliknya seperti mengambil langkah seribu dan henglang. Saat itu, korban yang sebelumnya masih terjebak lilitan pun terseret oleh kuda yang berlari kian kencang.

Pius baru menyadari karena ada suara minta tolong dari korban yang terus terseret sepanjang jalan. Dia pun bangkit mengejar sembari berteriak minta tolong. Sejumlah warga yang belum tahu hal ikhwal pun keluar dan ikut mengejar namun kuda semakin kencang. Kuda baru berhenti setelah tarikannya tersankut dipohon. Beberapa warga mencoba mencermati korban yang belum dikenali.

Kondisi korban saat tersangkut sudah tak bernyawa lagi. Namun sejumlah warga yang memburu kuda agar berhenti pun mengenali korban. Bahkan orang tua korban, Siprianus Lou dan Mama Edel pun tak tau kalau yang jadi korban adalah putra mereka.

Suasana berubah haru setelah tahu kalau itu putra bungsu mereka yang bernama Roland Gili Lou, beberapa saat kemudian  seorang Mama tua menemukan celana yang tersangkut di pohon, yang kemudian dikenali sebagai milik korabn.

Saat ditumukan, bukan hanya pakaian yang koyak tetapi juga kepala, wajah dan sebagian tubuh korban. Makanya korban sukit dikenali lagi. Korban kemudian dibawah ke puskesmas untuk divisum.

Menurut Kapolsek Arnol Nango, pemilik kuda, Aloysius Bei sudah diamankan di Polsek Soa untuk melindungi diri, sekaligus mempertanggung jawabkan kejadian itu karena kelalaian telah menyebabkan orang lain meninggal dunia. Terkait proses hukum selanjutnya, pihak kepolisian, kata Arnol,  sejauh ini masih mendalami masalah itu. "Hanya dari keluarga korban sudah memui pemilik kuda agar masalah itu diselesaikan secara kekeluargaan. Upaya itu silahkan keluarga lakukan. Hanya proses selanjunya kita masih dalami lagi,' kata Arnol.

Dibagian lain, kata Arnol, kasus serupa sudah terjadi dua kali di Soa. Sebelumnya terjadi tahun 2007 silam dengan korban bocah berusia sekitar tiga tahun. Ketika itu bocah itu dinaikan ke atas punggung kuda oleh ayahnya, baru menyusul menaiki punggung kuda, binatang yang jadi sarana transportasi jaman dulu itu sontak berlari. Pada saat itu bocah itu pun jatuh dan terlilit tali kuda lanjut diseret hingga ratusan meter.

Terkai dengan hal tersebut, Arnol berharap masyarakat hati-hati dengan hewan peliharaan. Apalagi terhadap anak-anak, jangan sampai mereka menjadi korban kalaian orang dewasa.

Sementara salah seorang tokoh Soa yang juga Kepala Desa Piga, Eduardus Meo Atu, ketika bincang-bincang dengan vigonews.com menyayangkan peristiwa yang membawa korban pada seorang anak.

Setelah menceritakn kronologis kejadian, Edu begitu dia biasa disapa mengatakan apa yang dialami Ronal Gili adalah musibah fatal dan bagi orang Soa dianggap mati golo atau tidak wajar.

Terkait dengan itu, Edu mengatakan jenasah pun tidak masuk rumah. Selain itu sudah dilakukan upacara untuk mengetahui kenapa dia mendapat musibah. Dalam upacara itu menurut kepercayaan masyarakat setempat biasanya dapat mengetahui penyebab kematian.

Waktu upacara biasanya diketahui kesalahan apa yang pernah dilakukan semasa hidup. Apa ya yang dilakukan bocah ingusan ini sehingga harus dibayar dengan nyawa - menurut kepercayaan turun temurun? Ternyata diketahui bocah ini pernah curi ubi. "Jadi bisa saja yang punya ubi caci maki, sumpah serapah dan itu bisa kena musibah," cerita Edu.

Makanya ada ungkapan setiap perkataan kita adalah doa, dan itu akan terjadi. Jadi jagalah mulut, karena mungkin orang yang disumpah serapa itu orang dekat kita. Atu mungkin orang yang tidak dikenal sekalipun tak baik menyumpahin orang. (ch)

Foto: Ilustrasi

No comments:

Post a Comment