Responsive Ads Here

Monday 10 October 2016

Bekraf Demo Alat Tenun Mini dan Batik Celup di Bajawa


Vigonews.com, BAJAWA – Badan Ekonomi Kreatif  (Bekraf) Kementerian Pariwisata dan Budaya memamerkan souvenir hasil kerja warga kampung adat dari Jerebu'u. Kegiatan ini juga diisi dengan demo penggunaan alat tenun mini dan demo ikat celup batik.

Produk souvenir dari tiga desa wisata masing-masing Bela, Bena dan Tololela untuk pertama kali dipamerkan di arena pameran pembangunan sejak akhir September lalu di Bajawa.

Produk souvenir itu merupakan hasil kerajinan warga di tiga desa itu sejak mendapat pendampingan tim dari Badan Ekonomi Kreatis (Bekraf) sejak bulan Juli lalu.

Pameran souvenir para pengrajin lokal itu ditandai dengan demo menenun menggunakan alat tenun mini dan pembuatan batik celup di lapangan Kartini Bajawa, Jumat (07/10/2016), sehari sebelum kegiatan pameran pembangunan 2016 ditutup.

Demo alat tenun dan kegiatan ikat celup diikuti anak-anak dan remaja serta para pengunjung pameran. Kegiatan yang tampak mencolok itu menarik perhatian para pengunjung lokal, yang juga diabadikan sejumlah fotografer dari komunitas fotografi lokal seperti Ciko foto dan Rudi foto.

Anak-anak tampak mencermati demo alat tenun mini itu untuk menghasilkan souvenir gelang dengan seksama. Demo itu dilakukan oleh salah seorang pengrajin, Matilde Paulina Bate. Dia terlihat piawai menganyam jenis souvenir gelang setelah beberapa bulan mendapat pendampingan.

Produk yang dianyam dengan alat tenun ini seperti gelang, ikat pinggang, kalung dan jenis souvenir lainnya. Di arena pameran juga ikut dipamerkan produk souvenir dari bahan bambu untuk berbagai peralatan makan seperti sendok, gelas, baki, bere dan produk lainnya. "Semuanya merupakan produk pertama para pengrajin setelah dilatih beberapa bulan," kata Nati, penanggung jawab kegiatan ini dari Bekraf.


Pameran dan workshop kerajinan dan industri kecil

Sejumlah remaja dan orang dewasa juga terlihat ikut demo pembuatan batik ikat celup dengan pewarna yang sudah disiapkan di wadah ember. setelah dibiarkan beberapa menit, kain ikat celup dikembangkan dan memperlihatkan lembaran-lembaran kain bermotif tertentu sesuai ikatan. "Ternyata prosesnya sangat mudah ya? Selama ini banyak orang pesan dari tempat lain," kata Modes salah seorang pengunjung.

Pengunjung lainnya, Egil Yohanes juga tampak serius mempraktikan cara membuat ikat celup untuk menghasilkan bulat-bulat. Egil begitu dia biasa disapa mengikuti tahapan-tahapan dengan seksama  hingga kemudianmengembangkan lembaran kain yang telah dicelupnya dari ikatan beberapa menit kemudian.

Penanggung jawab kegiatan dari Bekraf, Nati  menjawab vigonews.com mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendampingan kepada para pengrajin sejak Juli lalu, menyasar tiga kampung yakni Bela, Bena dan Tololela.


Program pendampingan ini, kata Nati, menyasar kampung tradisional yang selama ini jadi tujuan wisata. Selain tiga desa itu, masih ada empat desa tradisional yang ada di Jerebu'u yang selama ini dikenal dengan keunikan karena peninggalan budaya megalit.

Sebelum melakukan pendampingan, setidaknya tim dari Bekraf empat kali melakukan eksplorasi di Ngada. Hal itu dilakukan untuk mengetahui potensi lokal yang bisa dimanfaatkan dalam mendukung pariwisata ketika mengunjungi obyek kampung adat.

Ternyata, kata Nati, Ngada khususnya di Bajawa dan Jerebu'u kaya akan bambu. Menurut dia bambu Ngada sangat bagus dan berkualitas. "Di sini saya liat banyak bambu terbuang. Itu yang mendorong Bekraf memanfaatkan potensi ini mendampingi masyarakat dalam mengembangkan industri kreatif guna menyokong pariwisata dan meningkatkan ekonomi," katanya.

Dia berharap melalui industri kreatif dapat membantu warga kampung dalam mendukung pariwisata. Karena akan sangat bagus bila wisatawan yang datang di rumah-rumah bisa membawa oleh-oleh khas. Selain itu penggunaan sarana tradisional akan menguatkan aspek tradisionalnya ketika wisatawan nginap di rumah dan kampung adat.

Ayib, mentor dalam kegiatan ini mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mengembanhkan potensi lokal dalam menunjang pariwisata. Industri kreatif yang mendukung  pariwisata harus menjadi kegiatan masyarakat lokal di kampung masing-masing dan bukan orang luar.

"Sebenarnya tujuan pendampingan ini mengasah skils masyarakat lokal menunjang pariwisata. Kita mau supaya industri kreatif tidak diambil dari luar," kata Ayib.

Dikatakan, industri kreatif bisa menjadi gerbong yang dapat menyokong lokomotif pariwisata seperti daerah lainya. "Jadi pariwisata menjadi pintu yang akan segera masuk berbagai kegiatan yang mensuport ekonomi masyarakat lokal. Itu sebabnya pemerintah saat ini sangat komit dengan pengembangan ekonomi kreatif," jelasnya.

Ditambahkan Nati, kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Bekreatif ini sudah jelas untuk mendukung pariwisata budaya. Pariwisata sebagai pintu masuk untuk menarik gerbong lain.

Demo ikat celup
Sementara Kepala Desa Manubhara, Markus Lina menjawab vigonews.com mengatakan, souvenir hasil  kerajinan tangan ini dikerjakat masyarakat di kampung-kampung setelah ada pendampingan dari Bekraf. Tahun-tahun sebelumnya sudah pula dilakukan pendampingan oleh Indekon dan Swisscontact.

Souvenir yang akan diproduksi secara berkelanjutan itu, kata Markus, untuk mendukung kegiatan wisata di kampung wisata di kawasan Jerebu'u, antara lain kampung adat Luba, Bena, Totolela, Gurusina, Bu'u Tolo, Wajo, Nage, Tude dan Be'a. Yang sekarang sudah mulai kegiatannya adalah kampung adat Bena, Tololela di Jerebu'u  dan kampung adat Bela di Langa," kata Markus.***

Insert foto: Demo alat tenun mini oleh Matilde Paulina Bate.

No comments:

Post a Comment