Responsive Ads Here

Sunday 26 November 2017


BAJAWA, vigonews.com - Pemerintah daerah Ngada rupanya masih terus genjot pembangunan infrastruktur dalam proyeksi pembangunan pada tahun anggaran 2018 mendatang. Demikian terungkap dalam Pengantar dan Nota keuangan Atas RAPBD Kabupaten Ngada tahun 2018 yang disampaikan Bupati Ngada Marianus Sae, baru-baru ini.

Dalam keterangan kepada media, Rabu (22/11/2017), Kepala Bagian Admas Setda Ngada, Martinus P. Langa mengataan , persoalan utama di Kabupaten Ngada sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2016-2021 adalah infrastruktur, Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi. Prioritas pembangunan dalam bidang ini diharapkan dapat menekan kemiskinan penduduk baik di wilayah perdesaaan dan maupun perkotaan.

Memperhatikan arahan RPJMD 2016-2021 dan RKPD Tahun 2018, kata Martinus, Pemerintah dan DPRD Ngada telah menyepakati thema pembangunan tahun 2018, yakni peningkatan infrastruktur dasar dan penguatan sumber daya manusia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah menuju peningkatan daya saing keunggulan daerah dan kemandirian masyarakat. Thema tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai prioritas pembangunan daerah Kabupaten Ngada Tahun 2018.

Menurut Martinus, meski Pendapatan Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2018 yang termuat dalam Rancangan APBD Tahun 2018 mengalami penurunan yang signifikan pada hampir semua komponen pendapatan daerah bahkan terendah selama kurun waktu 2015-2017, namun Pemerintah Daerah dan DPRD tetap mengupayakan agar pembangunan infrastruktur dasar yang menyentuh pada kepetingan masyarakat tetap dilanjutkan.

Meski disadari, bahwa kondisi ini tentu akan berdampak pada kebijakan Belanja Daerah Tahun 2018. Dengan sumber dana yang sangat terbatas ini, maka kita harus bersepakat untuk memberikan prioritas-prioritas tertentu sesuai amanat RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2016-2021.

Selain itu, upaya seperti pengetatan belanja, baik belanja langsung maupun tidak langsung harus dilakukan sehingga seluruh prioritas yang telah disepakati bersama baik dalam RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2016-2021 maupun dalam Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 hasil kesepakatan bersama Pemerintah dan DPRD Kabupaten Ngada dapat dilaksanakan dengan baik.


Pemerintah akan berupaya untuk terus meningkatkan kemampuan keuangan daerah terutama melalui komponen pendapatan Asli daerah, dengan menggali potensi-potensi penerimaan daerah yang belum tersentuh atau bahkan belum optimal dalam penerimaannya,” kata Martinus.

Untuk diketahui, pada Pengantar dan Nota Keuangan Atas RAPBD Kabupaten Ngada tahun 2018 yang disampaikan Bupati Ngada Marianus Sae, baru-baru ini memperlihatkan komposisi Rancangan APBD Kabupaten Ngada Tahun Anggaran 2018 secara ringkas: Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2018 ditargetkann sebesar Rp. 772.624.763.410,-yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp. 67.820.581.132,- Dana Perimbangan sebesar Rp. 598.432.139.000,- dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah sebesar Rp. 106.372.043.278.

Selanjutnya, belanja daerah sebesar Rp. 801.796.573.202,- yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung Rp. 455.073.531.954,- dan Belanja Langsung sebesar Rp. 346.723.041.248. Sementar, Pembiayaan Daerah dari  Penerimaan Pembiayaan  daerah hanya bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun sebelumnya. Jumlah Penerimaan Pembiayaan daerah sebesar Rp. 29.171.809.792, yang terdiri dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya sebesar Rp. 29.171.809.792, sehingga pembiayaan netto menjadi sebesar Rp. 29.171.809.792.

Sidang DPRD Ngada dengan agenda utama Pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2018 dibuka secara resmi Ketua DPRD Ngada Helmut Waso, Sabtu (18/11/2017). Hadir pada saat itu  Bupati Ngada  Marianus Sae, Wakil Bupati Ngada  Drs. Paulus Soliwoa, Sekda Ngada  Drs. Meda Moses dan para pimpinan perangkat daerah Kabupaten Ngada.***

Wednesday 22 November 2017


BAJAWA, vigonews.com – lebih dari 40 siswa SMPN 1 Bajawa yang sedang pelatihan jurnalistik, Rabu (22/11/2017) mengunjungi kawasan pertanian organik Hedhakela.  Wisata jurnalistik sebagai kiat melakukan perjalanan ke suatu tempat sembari  mengumpulkan berbagai informasi yang akan dijadikan bahan untuk menulis.

Para jurnalistik cilik itu dilepas secara resmi oleh Kepala SMPN 1 Bajawa, Maria Crecentia Imelda di sekolah setempat. Menumpang beberapa kendaraan pikap, puluhan siswa bersama para guru, instruktur pelatihan dan staf dinas pertanian Kabupaten Ngada meluncur melewati Mataloko dan berhenti di Faobuku – perbatasan dengan Kabupaten Nagekeo. Beberapa menit kemudian, kaki-kaki remaja itu mengayun enteng melewati jalan rabat sedikit menanjak. Hanya beberapa puluh meter, rombongan sudah melewati jalan berbatu yang belum beraspal.

Kakaki mulus berbalut sepatu lincah menapak di jalan berbatu. Perjalanan baru satu kilometer. Namun, semangat mulai mengendur. Beberapa siswa terus melesat, hingga di jarak 2 km. Sangkanya sudah tiba, agar selekas beristirahat. Tenyata 600 meter di depannya, penulis-penulis cilik ini masih harus melewati jalan tanah. Tanah masih basah akibat hujan hari sebelumnya. Jalan sedikit licin itu diterjang saja sebagian siswa yang tak sabar. Sebagian lagi masih tertinggal jauh karena lelah. Perjalanan mereka diselingi jedah.

Namun semangat para siswa tak pudar, meski kadang terseok-seok mendaki. Puncak ebulobo di timur sudah terlihat dekat. Menunjukkan kawasan Hedhakela di atas berada di ketinggian tak jauh beda dengan puncak gunung berapi itu. Dan tidak salah. Kata petani ketika rombongan tiba di Hedhakel. Ketinggian kawasan pertanian organic itu 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Ketika berada di dataran ini, puncak ebulobo tampak hanya menjulang sedikit. Jadi Ebulobo hanya terpaut beberapa ratus meter dpl. Tentu di ketinggian ini sangat cocok untuk komoditi hortikultura.
 
Para siswa menempu perjalanan sejauh 2,5 km untuk mencapai kawasan pertanian organik Hedhakela
Sekitar 1,5 jam, para siswa berpacu dengan hasrat untuk menggapai Hedhakela. Sekitar pkl. 11.00 wita para siswa sudah berhamburan di kawasan Hedhakela – tempat yang datar. Penat yang membelenggu raga pun lenyap mencapai dataran ini. Panorama Ngada di berbagai arah terpantau dari sini.  Sepoi lembut menggoda setiap insan yang mendambakan kesegaran baru.

Hedhakela menyajikan panorama eksotik dari ketinggian 1.000 m dpl. Dalam bahasa setempat, Hedha berati tempat yang datar sedangkan ‘kela’ itu sejenis rumput yang lebih kasar dari alang-alang. Dulu sebelum lahan dibuka, tempat ini tumbuh jenis rumput ini, hingga kemudian para petani ‘menyulapnya’ menjadi kawasan hortikultura yang ramah lingkungan.

Komoditi Unggulan

Mau tau komoditi unggulan dari sini? Wortel yang dipanen sangat ranum hingga sebesar lengan orang dewasa. Belum lagi kentang. Ternyata, komoditi kentang, wortel juga cabe, dan tomat diam-diam menyusup pasar lokal maupun luar kabupaten, seperti ke Labuan Bajo. Hedhakela hasilkan pangan yang sehat bagi manusia, karena para petani membudidayanya dengan teknologi organik yang sehat. Jika komoditi Hedhakela menembus pasar, dapur hingga meja makan mereka yang cinta kesehatan, maka senyum di meja makan adalah senyum yang sehat dan tulus. Kalau di lahan pertanian dikelola tak ramah lingkungan, maka senyum meja makan sesungguhnya senyum yang kecut karena membawa malapetaka.
 
Keceriaan atas hasil tanah yang yang dikelola secara organik
Puluhan siswa seperti menarik nafas lega tiba di dataran ini. Panorama alam yang eksotik menggoda para remaja ‘zaman now’ itu untuk berfoto selfi dengan posisi lepas bebas. Entah berapa kali ber-selfi.  Ini cara para remaja menikmati keindahan dan kesegaran. Baru setelah puas berfoto selfi para siswa  berjumpa dengan para patani dalam rutinitas mereka. Melalui wisata jurnalistik, para siswa ‘ngobrol’ dengan para petani tentang bercocok tanam dengan teknolgi pertanian berbasis organik.

Dari ketinggian Hedhakela para siswa ingin merenggut habis kesegaran dan keindahan. Alam pun memberinya habis-habisan, meski tak habis dinikmati anak-anak muda ini. Tidak hanya sampai di situ. Dari para petani melalui wawancara para jurnalis cilik itu, akhirnya tau, kalau ingin di meja makan menyajikan yang sehat, maka mulailah menanam dengan cara-cara yang sehat pula. Saat ini Hedhakela menyediakan produk pangan yang sehat itu, khususnya komoditi hortikultura

Para jurnalis cilik mengendus berbagai informasi dari para petani dan penyuluh, setelah intruktur pelatihan jurnalistik dari Rumah Literasi Cermat, Emanuel Djomba memberi arahan. Dari soal teknik bercocok tanam sejumlah komoditi hingga teknologi organik yang ramah lingkungan dan sehat menjadi informasi yang dicari para jurnalis cilik itu. Bukan itu saja, para jurnalis cilik itu bahkan ikut masak sendiri jagung organik. Menyatapnya dengan sambal dari campuran daun bawang, tomat dan cabe dengan sayur kigonipo yang tumbuh subur di kebun.
 
Jurnaslis cilik belajar reportase lapangan dengan kunjungan ke kebun bersama petani
Menyaksikan petani menanam, merawat, memetik hasil kebun. Ikut nimbrung dengan para petani sambil mulut komat-kamit mengendus informasi. Namun para petani tak pernah lalai memberi informasi untuk para remaja cilik yang terus menggelitik. Karena para petani tau, masa depan pertanian ada di tangan anak-anak muda kita. Mereka yang memiliki mimpi untuk itu.

Tangan-tangan halus para remaja meremas tanaman. Dengan kekuatan tak seberapa ramai-ramai mencabut wortel. Wajah kagum dibalut perasaan tak percaya mengangkat tinggi wortel yang telah dicabutnya. Menunjuk kepada sesama teman hasil tanah yang ranum dan gemuk. Gemas dengan hasil tanah yang terawat. Para petani dan penyuluh hanya memandang kagum kelakuan para jurnalis cilik itu. Guru pendamping juga tak mau kalah, ikut bersama para siswa. Semua berpadu dalam balutan kegembiraan. Tertawa renyah menyiratkan kekaguman dan kepuasan.

Dari kebun yang ditanam tanpa pupuk kimia dan pestisida berbahaya mampu menghasilkan umbi wortel ‘segede’ lengan. “Ini belum seberapa. Kentang pada panen yang lalu buahnya besar-besar. Wortel juga jauh lebih besar. Kami hanya tanam, rawat dan menggunakan pupuk organik,” kata David salah seorang Ketua Kelompok Tani Rajawali.

Dampak Ekonomi

Kawasan sekitar 25 hektar di dataran ini selama lima tahun berturut-turut ternyata mampu memberi bukti bukan janji. Tanah yang yang subur dari usaha tangan yang tulus itulah yang kemudian memberi bukti. Hasil kebun dengan sentuhan pertanian organik memberi kuntungan secara ekonomi. Petani hidup sejahtera dari tanahnya yang terawat dan terjaga.

Salah seorang petani, Dominikus Nua mengaku sejak menggarap lahan dengan komoditi hortikultura bisa membantu ekonomi rumah tangganya. Meski dia sendiri tidak tahu persis berapa luas lahan, namun lahan sekitar puluhan are itu cukup membantunya memenuhi kebutuhan rumah tangga dan biaya sebagian anak sekolah dari tujuh anaknya.
 
Membawa pulang pengalaman baru generasi kreatif
Baginya tanah di Hedhakela diolah dengan system organik sudah memberi hasil limpah. Karena itu, para petani sepakat tidak akan menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang merugikan. Semua lakukan dengan cara alami saja.

Ketua Kelompok Tani Rajawali David Ngajo sempat memberi beberapa informasi kepada para jurnalis cilik SMPN 1 Bajawa. Dia memberi apresiasi kepada para guru yang telah membawa siswa ke tempat ini. “Di sini mereka bisa lihat dan mendapat informasi bagaimana penerapan pertanian yang sehat dan ramah lingkungan melalui praktik organik,” kata David.

Dia mengatakan saat ini hanya menggunakan pupuk organik, dari kompos seperti kotoran hewan. Karena itu selain bercocok tanam, petani juga ada peliharaan sapi dan ternak lain. Ke depan dia berharap ada bantuan ternak semacam ini sehingga dapat menunjang kegiatan pertanian organik.

David berharap, agar anak-anak dapat membawa pesan pertanian organik Hedhakela kepada dunia luar dengan menggunakan berbagai sarana, seperti media masa dan media sosial dengan keterampilan menulis yang sudah dilatih. Katakan bahwa pangan dari lahan yang dikelola secara organik itu sehat untuk dikonsumsi.

Penjabat Kepala Desa setempat Antonius Vengi Gena kepada puluhan siswa dan wartawan dapat mempromosikan komoditi pertanian organik Hedhakela ini kepada publik. Menurut dia, promosi ini sebagai misi mulia, karena produk organik itu sehat.

Sementara Staf Dinas Pertanian Kabupaten Ngada yang menyertai kegiatan ini, beny Soro,  memberi apresiasi kepada lembaga SMPN 1 Bajawa yang dengan cara kreatif mengemas kegiatan pelatihan jurnalistik dikolaborasi dengan wisata ke kawasan pertanian organik.

Menurut Beny, kunjungan ini akan terus menguatkan promosi  gerakan ‘Go Organik’ yang sudah dimulai sehingga dapat memberi dampak kepada masyarakat. Pangan organik harus dipromosikan sehingga masyarakat tau dan mulai beralih ke produk organik yang lebih sehat.

Dikatakan, siswa sebagai generasi masa depan menjadi corong untuk menyampaikan pesan ini kepada publik. Dan semua orang akan tau bahwa Hedhakela menjadi pusat pertanian organik dengan komoditi hortikultura di kabupaten Ngada. “Sekarang siswa tau bahwa mengenal petani bukan hanya di dekat jalan beraspal mulus, tetapi juga harus berjalan jauh menemui mereka dan mendapatkan informasi dari mereka,” kata Beny.

Setelah kembali para jurnalis cilik akan meramu kegiatan wisata jurnalistik dalam bentuk tulisan yang kemudian dilombakan. Kegiatan ini juga didukung oleh Dinas Pertanian Kabupaten Ngada. Kadis Pertanian Paskalis Wale Bai berjanji akan memberi hadiah kepada para siswa yang menulis gagasan terbaik tentang pertanian organik. (ch)***

BAJAWA, vigonews.com – Sebanyak 20 mahasiswa Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering Politeknik Negeri Kupang mengakhiri magang profesi di Kabupaten Ngada. Kadis Pertanian Kabupaten Ngada, Paskalis Wale Bai, Rabu (22/11/2017) secara resmi melepas 20 mahasiswa magang yang sejak tiga bulan sebelumnya ditempatkan di empat BPP, untuk kembali ke kampusnya.

Pelepasan 20 mahasiswa magang itu ditandai dengan menyerahan cinderamata kepada setiap mahasiswa, masing-masing satu kemasan kopi Arabika Flores Bajawa (AFB). Sebelumnya Kadis Paskalis W. Bai bersama para mahasiswa dan stafnya minum kopi bareng di Café Maidia. Hadir pada pelepasan itu, Sekretaris Distan Hubert Jelalu, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Ermelinda Moi, dan Kabid Perkebunan Stanislaus Fernandes.

Paskalis berpesan agar 20 mahasiswa ini dapat menjadi corong yang membawa pesan pertanian pada umumnya, khususnya pertanian kabupaten Ngada. Produk pertanian berbasis organic dari Ngada seperti hortikultura, dikatakan Paskalis,  kini sudah tembus beberapa kabupaten seperti Manggarai Barat. Begitu juga dengan kopi AFB yang sudah sangat dikenal sampai mancanegara.

Pada kesempatan itu, Paskalis minta masukan dan evaluasi dari mahasiswa yang telah melakukan magang di empat BPP di Ngada, yaitu BPP Soa, BPP Bajawa, BPP Golewa dan BPP Jerebu’u. Masukan itu penting bagi dinas pertanian untuk melakukan pembenahan di sana-sini jika ada yang belum maksimal dilaksanakan. Karena, setelah tiga bulan magang, paskalis merasa mahasiswa menjadi cukup kenal tempat magang secara obyektif.

 
Penyerahan cinderamata kepada mahasiswi magang
Paskalis minta mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di NTT itu, menjadi agen perubahan dalam bidang pertanian. Pengalaman selama magang menjadi bekal ketika nanti kembali ke masyarakat. Karena itu mahasiswa NTT harus mampu mengubah pertanian NTT menjadi lebih maju. “Ubah stigma bahwa NTT itu miskin sebagaimana sering diplesetkan ‘Nasib Tidak Tentu’. Kata Paskalis.

Dikatakannya, kalau NTT tidak maju bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga para sarjana, khususnya sarjana pertanian. “Kalian harus menjadi sarjana pertanian ‘the best’ yang mampu mengubah wajah NTT. Jangan sampai setelah lulus mengganggur karena menunggu lowongan kerja. Sebenarnya dengan predikat sarjana pertanian, peluang kerja kalian sangat luas dengan menjadi petani sukses,” pinta Paskalis.

Terkait dengan itu, Paskalis mengingatkan bahwa saat ini banyak sarjana pertanian yang enggan menjadi petani. Padaha mereka sekolah pertanian. “Petani kita makin berkurang, karena orang muda sudah tidak mau jadi petani, orang malas masuk kebun, tidak mau tangannya kotor. Profesi petani tidak menjadi pilihan lagi. Padahal dengan menjadi petani orang bisa hidup sejahtera. Jadi, sarjana pertanian jangan takut jadi petani,” kata Paskalis.

 
Penyerahan cinderamata kepada mahasiswa magang
Sementara Koordinator rombongan mahasiswa Magang, Silvester Yulianus Ekosili menyampaikan terima kasih kepada pemerintah kabupaten Ngada, khususnya Dinas Pertanian yang telah memberi kesempatan kepada mahasiswa Poli Teknik Negeri Kupang untuk magang selama tiga bulan.

Silvester mengatakan, pertanian Ngada sudah sangat maju jika dibandingkan dengan banyak kabupaten lain di NTT. Dan selama magang, diakui Silvester, dirinya bersama kawan-kawan lain mendapat kesempatan belajar bagaimana mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh di kampus.

“Sebelumnya kami biasa praktik tetapi paling-paling sehari atau dua hari. Namun, melalui program magang profesi waktu kami lebih banyak untuk belajar dan tinggal bersama masyarakat petani. Kesan kami, petani di Ngada jauh lebih bisa menerima perubahan, meski itu dari kami orang muda. Karena biasanya orang tua sulit menerima sesuatu kalau itu dari anak muda. Mungkin karena itu pertanian Ngada selangkah lebih maju,” kata Silvester menceritakan pengalamannya.

Sementara mahsiswi lai, Lisa mengaku terkesan dengan Kabupaten Ngada yang benar-benar menjadikan pertanian sebagai leading sector. “Saya bersyukur bisa magang di Ngada. Petaninya ramah dan mudah menerima perubahan. Kalau Tuhan ijinkan, suatu ketika saya mau kerja di Ngada saja,” kata Lisa yang disambut aplaus para mahasiswa dan disambut staf Distan Ngada.

Lain Lisa, lain Ina – seorang mahasiswi asal Rote. Kata dia, Ngada memang beda dengan daerahnya. Ngada sudah menjadikan pertanian sebagai sektor andalan. Menghasilkan hortikultura dan itu menjadi fokus para petani dalam meningkatkan pendapatan ekonomi. “Beda dengan  daerah Rote yang lebih banyak mengandalkan pertanian sawah. (ch)***

Tuesday 21 November 2017


BAJAWA, vigonews.com - Sebanyak 44 siswa SMPN 1 Bajawa mengikuti pelatihan jurnalistik, Selasa (21/11/2017) di sekolah itu. Kegiatan yang bekerja sama dengan MEDIA CERMAT Ngada itu, sudah berlangsung selama empat tahun berturut-turut. SMPN 1 Bajawa menjadi sekolah menengah pertama di Ngada yang pertama kali menggelar pelatihan secara rutin sebagai wahana pengembangan literasi, sejak tahun 2013 lampau.  

Pelatihan Jurnalistik  dibuka secara resmi oleh Kepala SMPN 1 Bajawa, Maria Crecentia Imelda. Dilanjutkan dengan sesi pelatihan dipimpin Tuan Rumah Literasi Cermat Emanuel Djomba, dan Don Bosco Ponong. Siswa diperkenalkan dengan dunia jurnalistik, kiat-kiat menulis, seperti latihan menulis berita, menulis feature, menulis bebas dan arisan gagasan.
 
Suasana arisan gagasan dalam kelompok diskusi
Kepala SMPN 1 Bajawa, Maria Crecentia Imelda saat membuka pelatihan minta para siswa serius mengikuti proses pelatihan dengan baik. Kegiatan jurnalistik kata dia menjadi aktivitas dalam menumbuhkan kreativitas siswa dan melatih berpikir kritis, sistematis dan membentuk karakters siswa. Dia berharap budaya menulis ini memberi ruang kepada siswa untuk berekspresi melalui meda baik Mading, maupun  koran sekolah.

Menurut Tuan Rumah Literasi Cermat, Emanuel Djomba, kegiatan jurnalistik bagi siswa dewasa ini menjadi jalan cepat mewujudkan literasi sekolah. Melalui literasi yang ditandai dengan aktivitas jurnalistik, menumbuhkan habit membaca dan menulis. Siswa mulai berkarya melalui mengembangkan gagasan seperti halnya menulis. Siswa diajak tidak hanya menjadi generasi penikmat, tetapi juga menjadi generasi yang mencipta. Mereka menjadi orang-orang yang belajar dan berkreasi.
 
Maria Crecentia Imelda
Menurut Djomba, Pelatihan jurnalistik menjadi wahana dalam menumbuhkan habit berliterasi. Terkait dengan itu, Rumah Literasi Cermat yang giat dalam gerakan literasi di Ngada sejak tahun 2012 lalu, berkomitmen menjadikan Ngada kabupaten Literasi. “Kita harap pelatihan jurnalistik (menulis) akan ikut menumbuhkan habit berliterasi baik bagi siswa, guru maupun masyarakat pada umumnya,” katanya.

Rutinya pelatihan jurnalistik di sekolah ini diapresiasi oleh Emanuel Djomba. Apresiasi pertama diberikan kepada Kepala Sekolah sebelumnya Jehni Rato yang telah membuat terobosan pertama kali untuk sekolah-sekolah di Ngada dengan menyelenggarakan pelatihan menulis secara rutin dan kampanye minat baca. Jehni yang pertama-tama menerima agar pelatihan jurnalistik masuk ke sekolah. Apresiasi kedua kepada kepala sekolah kini, Maria C. Imelda yang meneruskan kultur intelektual ini hingga saat ini.
 
Para siswa peserta pelatihan jurnalistik
Pada hari kedua, Rabu (22/11/2017), para siswa akan melakukan road show jurnalistik ke Hedhakela yang oleh Dinas Pertanian Kabupaten Ngada sudah dijadikan kawasan pertanian berbasis organic. Siswa diajak untuk mengenal dunia pertanian, lebih karena bertalian dengan kampanye ‘Go Organic’ yang sudah diluncurkan beberapa waktu lalu. Kegiatan ini juga sebagai bentuk wisata jurnalistik dan akan bertemua dengan PPL dan para petani di kawasan itu. Setelah mengunjungi Hedhakela, dilanjutkan dengan lomba menulis berbasis pertanian organic.

Dengan mengunjungi daerah pertanian serangkaian pelatihan jurnalistik, siswa juga diajak berliterasi dalam bidang pertanian. Melalui pelatihan jurnalistik siswa ditumbuhkan habit membaca dan dilatih kemampuan menulis, namun mereka juga diajak bagaimana menanam. Jadi siswa apalagi dari kota perlu diajak dengan berliterasi dengan sebuah gerakan ecoliterasi melalui: membaca, menulis dan menanam. (ch)***

Friday 17 November 2017


BAJAWA UTARA – Anggota DPR RI yang juga pengurus DPP PDIP Andreas Hugo Parera (AHP) mendadak bertemu Marianus Sae (MS) di Desa Nabelena, Kecamatan Bajawa Utara (Batara), Kabupaten Ngada, Jumat (17/11/2017). Pertemuan tersebut memunculkan spekulasi sebagai sinyal kuat bahwa PDIP final mendukung MS sebagai bakal calon Gubernur NTT.

AHP tiba lebih dahulu melalui Bandara Turelelo Soa dijemput Wakil Bupati Ngada Paulus Soliwoa didampingi para pimpinan SKPD, anggota DPRD dan pengurus DPC PDIP Ngada. AHP diterima dengan tarian ja’i dari SMAN 1 Soa. Setelah Rehat sejenak di VIP Bandara Ture Lelo Soa, AHP dan rombongan meluncur ke Desa Nabelena.

Sedangkan MS baru tiba sekitar pkl. 12.55 di Desa Nabelena, juga melalui Bandara Ture Lelo Soa dari Labuan Bajo. Tiba di desa itu, MS disambut ratusan masyarakat kecamatan itu yang telah menunggu.

Sejumlah sumber di Pemda Ngada menyebutkan, kunjungan AHP memang terkesan mendadak. AHP konon tertarik dengan budidaya singkong para petani di Batara yang sempat dipublikasikan di medsos. Makanya AHP mengubah Resesnya ke Ngada. Pada kesempatan itu AHP menyerahkan sejumlah traktor guna memperluas lahan kepada para petani, di antaranya kepada Seminari Mataloko yang diterima Rm. Ino Duran, Pr.
Dari Kiri: Wabup Ngada Paulus Soliwoa, Andreas Hugo Parera, Bupati Ngada  Marianus Sae
Kebersamaan AHP – MS jelang detik-detik diumumkannya Cagub dari PDIP ‘dibaca’ cukup jelas oleh publik sebagai sebuah konfirmasi bahwa PDIP telah membulatkan pilihan untuk mengusung MS pada pilgub NTT 2018 mendatang.

Ketika dikonfirmasi media soal itu, AHP tersenyum. “Kalau Tuhan sudah atur, kita sudah tidak bisa tolak lagi,” kata AHP diplomatis, menjawab media di sela-sela kegiatan.

Menurut Hugo Parera, saat ini PDI sudah menyelesaikan proses tahapan dari penjaringan, penyaringan hingga seleksi semua bakal calon yang mendaftar. “Kita sudah merampungkan semua proses dan tahapan, ada sekitar 15 nama. Tinggal menunggu keputusan dari Ibu Mega saja,” papar Hugo.

Sementara MS ketika dikonfirmasi mengatakan menyerahkan  sepenuhnya kepada DPP PDIP. Namun saat ini dirinya mengaku sudah pulang ‘kandang’ alias kembali ke PDIP. “Didorong atau tidak menjadi cagub, saya tetap pulang ‘kandang’ (PDIP-Red). Karena secara idiologis saya memang di situ,” kata MS. (ch)***