Responsive Ads Here

Monday 14 March 2016


RIUNG/BERITA FLORES,vigonews.com  - Bencana kekeringan panjang melanda sebagain besar wilayah Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada. Di Desa Lengkosambi Timur  dan Lengkosambi Barat, warga mulai melirik ubi hutan untuk menyambung hidup.

Akibat kekeringan panjang yang terjadi sejak bulan Januari sampai bulan ini (Maret), tanaman jagung dan padi mengalami  gagal panen.  Bahkan banyak lahan yang sudah dipersiapkan tidak jadi ditanam.

Warga Kecamatan Riung mulai resah, harga sembako khususnya beras merangkak naik dari harga delapan ribu rupiah meningkat menjadi 12 ribu bahkan 14 ribu rupiah per kilogram.

Kepala Desa Lengkosambi, Matias Madu ketika dikonfirmasi vigonews.com, Minggu, (13/03/2016), mengatakan, kekeringan berkepanjangan sejak Januari hingga Maret mengakibatkan tanaman jagung dan padi sawah kering. Akibat lanjut adalah harga beras meningkat. Bahkan sebagian warga mulai melirik ubi hutan. "Sebagian warga mulai lirik ubi hutan", ceritanya.

Menurutnya kekeringan di bagian utara Ngada itu sudah berkali-kali, seperti halnya terjadi pada tahun 1980 an, 2012 dan kini terjadi lagi di 2016. 

Matias menambahkan, harga beras yang melonjak dari delapan ribu naik menjadi 14 ribu menjadikan warga keluh pada pemerintahan desa supaya diteruskan aspirasi warga ke Pemda Ngada melalui Dinas Sosial dan Dinas P3, agar menurunkan bantuan sembako. Sebab menurutnya, warga yang membeli beras saat ini banyak menjual hewan seperti domba, kambing dan sapi. "Syukur ada hewan domba, sapi dan kambing, mereka jual murah, uang mereka gunakan untuk beli beras dan kebutuhan lain", jelasnya. 

Tambahnya lagi, pihak pemeritah desa sudah usulkan masalah kelaparan akibat kekeringan berkepanjangan itu ke tingkat Pemda Ngada melalui Dinas Sosial dan Dinas P3. "Pihak desa sudah usulkan ke pemda, tinggal tunggu jawaban dari pemda, hanya belum juga ada kabar", ungkapnya.

Sementara Kades Lengkosambi Timur, Leonardus Rembo meminta supaya pemda Ngada bisa turunkan bantuan dalam bentuk beras murah. "Sebaiknya turun saja beras murah ke desa, daripada warga beli beras di Mbay yang harganya mahal", ungkapnya. 

Sama juga diceritakan oleh Kades Latung, Stanis Ndaing, bahwa kekeringan panjang yang dialami oleh warga di kecamatan Riung membuat warga kelaparan. Dampak kekeringan tanaman jagung banyak yang kering lalu sebagian yang masih belum kering dijadikan sebagai makanan ternak sapi. 

Menurutnya, selain kelaparan yang mulai melanda perut warga, masalah lain adalah tiadanya jaringan telkomsel, jalan yang rusak, dan kurangnya keteraediaan air. 

Dirinya meminta supaya pemerintah kabupaten ngada dapat menurunkan bantuan sembako secepatnya. Sebab, kekeringan sudah sampai tiga bulan. Dampak lain dari kekeringan adalah pisang berbuah tidak normal dan pohon kepok tidak dapat berbunga. Dia mengatakan, ekonomi warga pesisir memang banyak didapat dari ternak, kepok dan jagung. "Terimakasih kalau pemda Ngada cepat tanggap keluhan kami warga Latung", pintanya. (sip)***

Foto: Jagung warga yang mengalami kekeringan

RIUNG/BERITA FLORES,vigonews.com  - Siswa Kelas XII MAM (Madrash Aliyah Muhammadiyah) Riung, Senin (14/03/2016) melaksanakan UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional). Dalam UAMBN bidang studi yang diuji adalah mata pelajaran agama islam. Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari, terhitung sejak Senin, 14 Maret - Rabu 16 Maret 2016.

Kepala Sekolah MAM Riung, Rismawati Landa kepada vigonews.com  mengatakan, UAMBN sangat berciri islami. Bidang studi yang diuji adalah semua matapelajaran agama islam. Siswa yang ikut UAMBN adalah siswa kelas XII yang berjumlah 31 orang.

MAM Riung yang berdiri sejak 1990 ini, memiliki tiga program studi yakni program IPA, IPS dan Keagamaan khususnya agama islam. Lembaga pendidikan ini telah mengalami pergantian Kepsek  sembilan kali. Risma adalah Kepsek ke-9  di sekolah dengan jumlah guru sebanyak 25 orang itu. Dia berharap agar pada tahun ini, semua peserta bisa lulus.

Menurutnya, target sebuah lembaga pendidikan, siapa pun pemimpin adalah keberhasilan. Untuk sampai pada keberhasilan, proses dan bimbingan belajar menjadi perhatian sekolah, tidak sekedar sekolah tapi keberhasilan. "Untuk sampai pada tahap keberhasilan, harus terlebih dahulu mengharagai proses", jelasnya.

Kepala Seksi Pendidikan Islam Kementerian Agama Kabupaten Ngada, Maswatilah, S.Ag, mengatakan, sebagai monitor ujian memiliki tugas untuk memantau proses Ujian Akhir Madrash Berstandar Nasional. 

Menurutnya, tugas dan fungsi kementerian agama bidang pendidikan islam berkaitan langsung dengan perencanaan, pendistribusian, penerimaan data peserta ujian tahun 2016 sekaligus laporan. 

UAMBN baginya adalah bagian dari pengendalian mutu pendidikan. Sehingga pada saat UAN tahun ini diharapkan lebih berkulaitas dari sebelumnya. "Harapan kami dari kementerian agama supaya UAN tahun ini lebih berkualitas", harapnya. (sip)***

Foto: Siswa MAM Riung sedang mengikuti UAM Berstandar Nasional

RIUNG/BERITA FLORES,vigonews.com  - SDN Nangamese, di Riung tak mau ajang Hardiknas lewat tanpa makna. Karena, Hardiknas menjadi momentum yang menyemangati setiap insan pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai edukatif kepada siswa, misalnya melalui pertandingan dan berbagai perlombaan.

Siswa/i SDN Nangamese, Kecamatan Riung, ini terus berlatih. Selain menghadapi berbagai ajang lomba dan pertandingan, Hardiknas adalah rutinitas yang bermakna. Senin, (14/03/2016) para siswa sekolah itu mulai mengadakan latihan-latihan persiapan penyelenggaraan kegiatan di SDI Pore pada Mei 2016. 


Kepala Sekolah SDN Nanganese, Handayani menjelaskan, Hardiknas tahun ini dilaksanakan di tingkat gugus. Di tingkat gugus akan dilaksanakan di SDI Pore. Peserta terdiri dari delapan SD, salah satunya adalah SDN Nangamese. 

Menurutnya, songsong Hardiknas sejak sekarang SDN Nangamese adakan latihan sejak sekarang. Sebab setiap perlombaan adalah pertarungan yang harus dimenangkan. Hardiknas menjadi momentum yang menyemangati setiap insan pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai edukatif kepada siswa, misalnya melalui pertandingan dan berbagai perlombaan.

Handayani tidak mau kalau siswa  yang diasuhnya tampil sekedar pelengkap Hardiknas. Baginya, Hardiknas adalah ajang bergensi. Justru karena bergengsi, SDN Nangamese siap tampil dan siap menangkan berbagai perlombaan. Nah, untuk bisa meraih kemenangan di Hardiknas di Mei mendatang, sejak kini siswa dipersiapkan secara baik. "Pada siang hari sebelum KBM berakhir, mantapkan  paduan suara. Kagiatan latihan lain diadakan pada sore hari,”  ceritanya.

Tambahnya lagi, kegiatan yang diadakan di SDI Pore dibagi dalam dua bagian yakni pertandingan dan perlombaan lebih mengarah pada bidang jasmani dan kompetisi. "Ada dua jenis kegiatan yakni pertandingan seperti sepak bola dan perlomabaan seperti paduan suara,” ceritanya.

Sekali lagi, Handayani pada Hardiknas nanti,  SDN Nangamese tampil sekedar pelengkap tapi mau tampil lengkap dan menang. "Kami mau menang, tidak mau kalah,” katanya yakin. (sip)***

Foto: Siswa SDN Nangamese giat berlatih

Saturday 12 March 2016


RIUNG/BERITA FLORES, vigonews.com – Siswa SMPN Satap Kuwuk, Riung, tidak hanya tahu pengertian kebaikan, tetapi juga mampu melakukan perubatan baik. Hal itu diimplementasikan melalui sejumlah kegiatan ekstrakurikuler, termasuk gerakan cinta lingkungan hidup.

Salah satu wujud perbuatan baik adalah mendorong siswa melakukan akasi nyata dalam kehidupan, seperti gerakan kebersihan wujud cinta lingkungan. Para siswa SMPN 1 Satap Riung di Kuwuk ini, Sabtu (12/03/2016)  melaksanakan aksi Sabtu bersih berupa kegiatan potong rumput di pinggir jalan raya lintas Wangka-Maronggela tepatnya di Miris. Aksi Sabtu bersih yang dilaksanakan sekitar pukul 08.00-10.00 Wita, bukan bersifat rutinitas, tapi temporal.

Kepala Sekolah SMPN 1 Satap Riung, Fransiskus Seso kepada vigonews.com mengatakan kegiatan Sabtu bersih merupakan kegiatan ekstra dari pendidikan yang sifatnya temporer.

Menurutnya, melalui kerja bakti siswa/i diajarkan nilai kepedulian sosial dan lingkungan hidup. Siswa/i merupakan bagian dari mayarakat yang digolongkan sebagai masyarakat pendidikan. Pada saatnya nanti siswa/i akan hidup bermasyarakat, menjadi pelaku dalam nasyarakat yang sadar dan tahu akan perilaku hidup bermasyarakat.

Karena itu, sejak dibangku pendidikan siswa/i harus diajarkan nilai kepedulian sosial, nilai cinta akan sarana-sarana umum dan nilai kepedulian pada lingkungan hidup. Selain itu, kerja bakti merupakan perwujudan nyata dari kesadaran iman. 

"Siswa/i tidak hanya tahu pengertian apa itu baik, tapi harus diberitahu bagaimana berbuat baik", jelas Fransiskus. (sip)***

Insert foto: Kegiatan kerja bakti SMP Satap Kuwuk, Riung.

Thursday 10 March 2016


BAJAWA/BERITA FLORES, vigonews.com  - Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) secara resmi hadir di Kabupaten Ngada. Kehadirannya menjawab kerinduan para intelektualis dan sarjana di kabupaten ini. Sarjana Katolik harus mampu menyumbangkan intelektualitasnya untuk  ikut memecahkan berbagai  persoalan kemasyarakatan yang kian kompleks.

Secara resmi ISKA hadir di Ngada sejak November 2015 yang ditandai dengan penetapan pengurus DPC ISKA Ngada oleh Presidium Pusat "Santuc Albertus Magnus" tanggal 24 November 2015. Segera setelah itu,  pengurus DPC yang ditetapkan untuk masa bakti 2015 - 2018 itu melakukan rapat koordinasi 6 Februari 2016. Agar semakin mantap dalam pergerakannya di Ngada, pengurus cabang menggelar rapat lanjutan 10 Maret 2016.

Rapat itu, sebagaimana dikemukakan Ketua DPC ISKA Ngada, Ir. Laurensius Ngiso Goja,  untuk menyamakan persebsi arah perjuangan organisasi sekaligus mendapatkan masukan dari pengurus dan masing-masing departemen guna menghasilkan program kerja organisasi.

Menurut Laurensius, kehadiran ISKA di Ngada sangat strategis sebagaimana visi, misi dan tujuan dari organisasi yang didirikan di Jakarta tahun 1958 lampau itu. Sebagai organisasi  massa intelektual bernafaskan Katolik, ISKA  sangat dibutuhkan baik dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara maupun dalam konteks lokal Ngada saat ini. Kehadiran ISKA bukan sekedar ada dan basa-basis belaka. tetapi,  ISKA bertekad menyelesaikan berbagai persoalan kemasyarakatan di daerah ini.

Dalam perjalanan panjangnya, ISKA mampu berperan maksimal dalam menjawab berbagai persoalan kemasyarakatan secara kontekstual sesuai dengan intelektualitasnya. Karena itu, kata Laurensius kehadiran ISKA semakin relevan sesuai konteks zamannya, bahkan ketika dia hadir dalam mayoritas Katolik tidak mengaburkan nilai dan semangat perjuangan. "Sarjana Katolik harus mampu menyumbangkan intelektualitasnya untuk  ikut memecahkan berbagai  persoalan kemasyarakatan yang kian kompleks," katanya.

Dalam rapat koordinasi organisasi itu, Kamis (10/03/2016), Laurensius mengatakan,  dalam nafas kekatolikannya, ISKA harus menjadi terang dan garam. Di tengah zamannya, ISKA harus menjadi suara yang terus berseru-seru di 'padang gurun' kehidupan zaman ini. Perjuangan itu melalui kapasitas dan bidang tugas para sarjana Katolik, dalam hal ini tugas meningkatkan keimanan dan mencerdaskan masyarakat.

ISKA merupakan ormas cendekiawan Katolik yang sudah cukup matang, didirikan pada 22 Mei 1958.  Organisasi ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran sarjana/cendekiawan Katolik meningkatkatkan iman dan ilmu pengetahuannya dan berkesinambungan demi sesama manusia dalam pengabdian kepada masyarakat, bangsa, negara dan gereja.

ISKA berfungsi sebagai wadah komunikasi antar sarjana Katolik guna memperluas wawasan masing-masing, membentuk pendapat bersama, saling meneguh hati nurani sesuai dengan ajaran, iman dan moral Katolik.

Juga berfungsi sebagai wadah kerja sama antara sarjana Katoli dengan hirarki dan umat Katolik, masyarakat, pemerintah dan organisasi/lembaga lainnya, baik dalam dan luar negeri. Dan, ISKA juga menjalankan fungsi pelayanan untuk mewujudkan tujuan dan pengabdian bersama kepada masyarakat, bangsa, negara dan Gereja.

Strukutur pengurus ISKA antara lain dewan kehormatan, dewan penasehat, dewan pakar, dewan pengurus  dan dilengkapi dengan pengurus yang membidangi departemen-depastemen, seperti; Departemen Teologi dan Hubungan Antar Agama, Pendidilan dan SDM,  Kesehatan dan Gender, Hankam, Politik dan Pemerintahan,  Komunikasi dan Media, Hukum dan Perundang-Undangan, Perekonomian, Hubungan Luar Negeri, Iptek dan Lingkungan Hidup, Sosial dan Budaya.

Dewan Pengurus antara lain: Ketua DPC ISKA Ngada, Ir. Laurensius Ngiso Goja, Sekretaris Nico Noywuli, S.Pt, M.Si, dan bendahara dr. Jimmy Wongge. Dilengkapi masing-masingng empat wakil ketua, empat wakil sekretaris dan empat bendahara. (ch)***

Insert foto: Sebagian pengurus ISKA DPC Ngada, foto bersama usai rapat koordinasi, Kamis (10/03/2016).

Thursday 3 March 2016


BAJAWA /BERITA FLORES, vigonews.com - Peristiwa kebakaran kembali terjadi di kota Bajawa. Pada 2015, asrama Kepolisian dan bangunan Pasar Inpres Bajawa juga kebakaran. Pada 2016, Jumad, (4/3/2016) tiga rumah milik warga yang terletak di belakang Toko Grosir  Langganan dan Kurniawan ludes dilahap api. 

Bagaimana kronologi terjadinya kebakaran? Menurut Frans Mona, pemilik sebuah rumah yang dikontrak oleh pedagang asal Padang, Sumetera, mengatakan, titik api berawal dari rumah kontrakan Nursalim. Pada saat terjadi kebakaran, Mulifa, istri Nursalim sedang jual gorengan di pinggiran jalan yang berhadapan tepat di depan terminal kota Bajawa. Tuturnya lanjut, di rumah hanya Nursalim seorang diri. 

Nursalim, katanya sedang menderita sakit stroke. Api muncul diduga dari dapur yang bersekatan dengan kamar tidur Nursalim. Entah api dari kompor, Frans juga tidak tahu, dirinya hanya melihat api sudah menyala dan asap turut mengepul. "Saya punya rumah juga terbakar, dampak dari rambatnya api dari kontrakan Nursalim. Saya punya rumah saat ini belum ada orang yang tinggal. Sebab, yang kontrak masih pergi nikah,” cerita Frans.

Margaretha Maria Riwu, istri dari Frans Mona menceritakan persis sama dengan Frans, suaminya. Mia demikian ia disapa mengatakan, titik api memang berawal dari rumah milik adiknya, Lina Riwu yang dikontrak oleh Nursalim.

Pada awalnya, dia dan adiknya Lina melihat asap mengepul dari dapur rumah kontrakan Nursalim. Benar Nursalim sedang menderita stroke. Tambah Mia, Nursalim pada saat itu cuma teriak minta tolong. "Dia hanya teriak minta tolong. Mau siram api tidak bisa.Teriak minta tolong juga suara sangat kecil", tutur Mia. 

Lanjutnya, istri Nursalim akhirnya muncul. Teriak minta tolong pada warga sekitar untuk padamkan api. "Kami memang siram, tapi tidak dapat padam. Semakin siram, api semakin berkobar", ungkap Mia.

Nursalim dan istrinya langsung dievakuasi oleh kerabat dekatnya. Kerugian yang dialami Nursalim berupa uang sebanyak 15 juta, beberapa gram emas dan anting tak terhitung pakyan dan perakatan rumah lainnya. Kini tinggal puing-puing hitam sisa dijilat api. "Pantas Mas Nursalim minta keluarkan lemari. Biar kami tarik dia, dia masuk lagi", kisah Mia.

Berdasarkan keterangan dari Lina Riwu, adik kandung dari Mia Riwu, dampak dari kebakaran rumah kontrakan Nursalim, api menjalar ke gudang yang dikontrak oleh Zulkifli Koto dan istrinya, Ratna Dewi. 

Zulkfli yang erat disapa Mas Ijun bersama istrinya menetap di Lekesoro. Sedangkan di pasar hanya mengontrak gudang milik Lina Riwu. Gudang tersebut berisi alat-alat elektronik dan listrik. "Kerugian bisa mencapai seratus juta lebih", ungkap Ratna kekasih hati Mas Ijun.

Pihak BNPB, Fabianus Nau ketika dikonfirmasi menjelaskan bahwa pihak BNPB memberi bantuan berskala simultan dan emergency. Bantuan lebih bersifat kemanusiaan, soal materiil bangunan tidak bisa ditangani BNPB. "Bantuan bersifat kemanusiaan, seperti beras, pakaian atau buku-buku,” papar Fabi. 

Tambahnya lagi, pihak PNPB masih ambil data dari para korban yang rumahnyan dilahap api. "Kami masih dekati mereka, tanya mereka dulu", ujar Fabi.

Untuk diketahui pihak yang turut ke lokasi kebakaran adalah Pemda Ngada, Wabup Ngada, Paulus Soli Woa, Kepolisian Polres Ngada, BNPB. Sedangkan sarana pemadaman, truk tengki air baik dari BPMD, masyarakat  maupun para pengusaha. Total bangunan yang terbakar adalah tiga unit yang terdiri dari dua bangunan rumah dan satu bangunan gudang. Lokasi sudah disteril dengan garis line polisi. Tetapi kerugian belum bisa ditaksir. (sip)***

Insert foto: Tiga rumah di belakang toko grosir Langganan, Jumat (04/03/2016) ludes terbakar. Tampak lokasi kebakaran menyisakan puing bekas kebakaran.

Wednesday 2 March 2016


MALANUZA/BERITA FLORES, vigonews.com  - Zaman semakin maju, dunia semakin berubah. Tak ada hal yang tertutup lagi. Frase ini mungkin bisa dibenarkan, semakin tertutup akan semakin terbuka. Semakin dibuka akan semakin kelihatan. Ibarat Celana Umpan (CU), semakin pendek akan semakin terbuka untuk melihat sesuatu yang tersembunyi. Ada apa di sana?

Akhir-akhir ini,  aksi kumpul kebo di kos-kosan mahasiswa di wilayah Malanuza, Mataloko semakin menarik  perhatian dan perbincangan hangat warga. Rupanya hawa dingin Mataloko tak mengijinkan seorang mahasiswa yang sedang dilanda asmara tinggal sendirian di kos. Tak tahan pada hawa dingin yang terus menggerogot tubuh, seorang pasti mencari kehangatan. Apalagi seorang yang sedang dilanda asmara pasti segera mencari kehangatan badan. Disana akan terjadi persatuan. Dari tinggal sendirian menjadi tinggal bersama dan pada akhirnya mereka disebut bukan dua melainkan satu.

Mungkin ini yang orang sebut syahwat sudah sampai di ubun-ubun, pikiran sehat dan aturan moral pasti diabaikan. Apalagi tak ada kontrol dari warga, bahkan mumpung karena kos jauh dari perumahan warga. Tak tahan syahwat, secepat kilat, hubungan badan pasti terjadi meski belum diresmikan dan terjadi di luar nikah. Ya, apa yang sudah diluar jangan dimasukan dulu.

Nah, bagaimana dengan perilaku kumpul kebo mahasiswa di Malanuza, Mataloko yang semakin menjadi kebiasaan? Apa warga sekitar membiarkan perilaku kumpul kebo tersebut?

Deni, warga Malanuza yang ditemui vigonews.com, Senin (01/03/2016), mengungkapkan kos kosan yang ada di Desa Malanuza kebanyakan jauh dari pemilik. Karena jauh dari pemilik, para penghuni dengan leluasa menÄ£gunakan kamar kosnya untuk berpacaran.  "Kos yang ada di desa Malanuza kebanyakan jauh dari pemilik. Pemilik hanya bangun kos kemudian terima penghuni tanpa pengawasan. Hal ini menimbulkan masalah besar misalnya hamil diluar nikah. Lebih parahnya lagi para pemilik kos datang saat menagih iuran bulanan saja kemudian pulang.”

Deni ketika dikonfirmasi menunjukkan raut wajah penyesalan. Dia mengatakan, sangat kasihan dengan kelakuan para mahasiswa/i sekarang ini yang tidak tau menempatkan diri. "Mereka tidak kasihan kah pengorbanan orang tua di kampung yang cari uang untuk biaya mereka sekolah. Tiap bulan orang tua selalu kirim uang untuk biaya hidup mereka di kos, tapi disini mereka buat yang lain,” kata dia dengan dialek khas daerah Bajawa.

Dia berharap pemerintah khususnya pemerintahan desa segera mengatasi permasalahan ini. Kalau dibiarkan terus-menerus mau diapakan generasi bangsa ini kedepan. "Mau jadi apa dengan generasi bangsa yang katanya mahasiswa adalah agen-agen perubahan, kok  mahasiswa di Malanuza jadi agen-agen kumpul kebo",

Kepala Desa Malanuza Antonius Waja saat ditemui dikediamannya membenarkan hal tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, Kades bersama Babinsa sering melakukan razia. Namun usaha tersebut tidak membawa efek jera. Dia mengatakan kos-kosan yang sering digunakan untuk pacaran bahkan tinggal bersama yakni kos yang pemiliknya tidak berada di tempat.  "Kalau kos-kosan yang dekat pemilik itu aman, tapi yang menjadi masalah kos-kosan yang jauh dari pemilik. Ini yang menjadi soal,” katanya

Dia menambahkan, untuk mengatasi persoalan tersebut kedepan akan mengundang semua pemilik kos untuk mebicarakan perilaku tersebut.Dia juga sudah membuat Peraturan Desa (PERDES). Perdes tersebut antara lain setiap orang yang memiliki kos-kosan harus jelas apakah kos tersebut khusus laki laki atau perempuan, dengan tujuan mencegah aksi kumpul kebo. "Apabila terjadi hamil di luar nikah maka akan dikenakan denda adat,”  tegas Anton. (sp)***