Responsive Ads Here

Wednesday 30 September 2015

Keseriusan pemerintah untuk menyelesaikan persoalan pelanggaran HAM berat di masa lalu dipertanyakan. Komite Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu yang terdiri dari Kejaksaan Agung, Komnas HAM, Kepolisian RI, Badan Intelijen Negara dan TNI juga belum terlihat kiprahnya. Niat pemerintah untuk melakukan rekonsiliasi juga terkesan setengah hati karena tidak disertai usaha untuk mengungkapkan kebenaran .

Monday 28 September 2015


SOA/NGADA, vigonews.com - Adrenalin  mulai berpacu ketika saya merapat di kampung Piga, tempat digelarnya tinju adat Sagi suatu waktu, ketika tabuhan gong gendang yang terbuat dari bambu kering semakin jelas saat memasuki kampung. Masyarakat tak terhitung jumlahnya sudah memenuhi arena di kampung piga  yang berbentuk persegi panjang – utara selatan – dengan peo di tengahnya.
Di sana terlihat  dua kubu saling berhadap-hadapan di arena. Tabuhan gong gendang tiada henti-hentinya. Tua-tua mosalaki terlihat melantunkan nyanyian diiringi tetabuhan. Kedua kubu berbalas pantun sedikit mengejek seraya menari hingga sekali-sekali masuk hingga ke tengah arena laga. Masing-masing kubu menyiapkan jagoannya untuk masuk arena pertarungan. Nyanyian dan pantun terus menggelegar. Suasana makin memanas hingga mengantar masing-masing petarung di arena tinju di tengah kampung. Suasana yang semarak namun menegangkan. Sorak-sorai penonton seakan mendorong para petinju lebih hebat ke arena pertarungan. “Kalau saya saja tersulut untuk bertarung bagaimana dengan para petinju yang siap berlaga?”, pikir saya.


Ini benar-benar tontonan yang mengasyikan. Perpaduan antara ritual adat dan hiburan, baik bagi orang di kampung itu maupun mereka yang datang dari luar. Baik bagi mereka yang turun lasung di arena pertarungan maupun yang hanya sekedar menonton. Sudah tentu adrenalin para petarung naik lebih tinggi hingga kedua petarung beradu jotos dan saling jual beli pululan. Di tangan petarung jelas bukan sarung tinju yang dikenal dalam dunia olah raga. Karena ini bukan olahraga tinju, tetapi ritual adat tinju sagi.
Bagaimana para petarung bisa sampai di arena? para petinju yang bertarung biasanya dipilih secara acak dari para penonton oleh seorang anggota komite Mosa. Pertandingan menggunakan alat tradisional, terbuat dari ijuk enau yang sudah dipintal dan dibuat sedemikian rupa hingga berbentuk elips sebesar genggaman tangan orang dewasa yang disebut kolo tali atau ta’i kolo. Kedua petarung mengenakan ikat kepala tradisional (Lesu), syal untuk melindungi dada mereka, dan sarung tradisional yang disebut Ragi.



Kedua petarung dengan masing-masing pembantu yang dinamakan sike, maju berhadap-hadapan  di tengah arena, diiringi dengan tabuhan gong gendang yang terbuat dari bambu kering diramaikan dengan nyanyian pantun berbalas pantun. Suasana ini seakan mengaduk-aduk hasrat para petarung segera beradu pukul. Sagi  selain sebagai suatu ritual adat, tetapi juga merupakan adegan adu ketangkasan. Siapa yang cekat dan piawai memang bisa menjadi pemenang dalam pertarungan itu, apalagi berhasil melukai lawannya. Jadi bertubuh kekar sekalipun bukan jaminan bakal memenangkan pertarungan ini. Strategi bertarung memang diperlukan dalam adu ketangkasan ini.
Berapa ronde Sagi  bisa berlangsung? Setiap ronde berlangsung  kurang lebih selama tiga menit dan waktu jedah satu menit. Pertarungan bisa tiga ronde atau lebih tergantung kesepakatan dan kesiapan masing-masing petinju. Selesai bertarung setelah wasit mengumumkan pemenangnya kedua petarung berangkulan dengan penuh sportifitas sebagai tanda perdamaian.


Menurut Tokoh adat Piga Mikhael Gaba Mote, Sagi merupakan salah satu bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat dalam kampung atas hasil panen yang diejawantahkan dalam bentuk ritual tinju tradisional (adat). Jadi, Sagi bukan sekedar adu ketangkasan saja. Petinju dari kedua kubu tersebut biasanya para pemuda yang dipilih secara acak dari kerumunan penonton yang menyaksikan pagelaran tinju adat. Para petinju dipilih oleh Mosa (panitia) acara. Peralatan tinju yang dipakai masih sangat tradisional, yaitu berupa tanduk kerbau yang dilapisi dengan ijuk (tai kolo atau Woe). Sedangkan pakaian yang digunakan berupa Lesu (ikat kepala), selendang (untuk penutup dada), dan Ragi (kain tenun penutup tubuh bagian bawah). Penentuan kegiatan Sagi pada malam Dero biasanya mengikuti siklus peredaran bulan.
Gaba Mote lebih lanjut menguraikan, secara garis besar, Sagi memiliki dua tahapan yang bisa disaksikan oleh orang luar kampung, yaitu: Kobe Dero,  tahapan  sebelum tinju  (sagi) dimulai. Acara ini diawali dengan ritual terhadap peralatan tinju yang akan digunakan. Acara ini dihadiri oleh mosalaki (sesepuh adat) yang berwenang menyelenggarakan acara. Acara kemudian dilanjutkan dengan tarian dan nyanyian sambil mengitari api unggun. Biasanya tarian ini diadakan ditengah kampung. Kegiatan menari sambil menyanyi ini dilakukan hingga menjelang matahari terbit.
Tahapan berikutnya adalah Sagi  itu sendiri, yang merupakan puncak dari semua ritual ucapan syukur. Sagi ini digelar di tengah perkampungan. Tinju adat ini dilakukan sampai puluhan pasangan. Tiap pasangan petarung terdiri dari beberapa ronde tergantung dari kesanggupan kedua petinju dari kubu yang berlawanan di tiap pasang yang saling berhadapan. Selesai bertinju, kedua petinju akan saling bersalaman dan berpelukan sebagai tanda kekeluargaan dan berarti duel selesai di arena. Acara tinju tradisional ini berlangsung sampai matahari terbenam. 



Dalam Sagi  kata tokoh adat Piga Gaba Mote memang selalu ada darah. Setiap darah yang mengucur dari tubuh para petinju mengambarkan berkah yang berlimpah pada setiap tahunnya dan dihargai dengan rasa syukur. Selain itu, tinju tradisional ini juga berfungsi sebagai alat untuk memperkuat komunikasi, persaudaraan dan kekerabatan di antara warga desa. Semangat persaudaraan sangat dijunjung dan dihormati yang sudah tersirat dalam peraturan-peraturan mereka sehingga tidak ada pecundang atau pemenang dari pertandingan ini.
Dikatakan Gaba Mote, Sagi di Soa,  khususnya di Piga adalah wujud perayaan syukuran atas hasil panen. Bagian akhir yang merupakan ritual penutup dari rangkaian sagi bernama Sogo, sebuah ritual dengan harapan tahun berikutnya memperoleh hasil panen yang lebih baik. Sogo menjadi ciri khas ritual Sagi di Piga dan Libunio, berbeda dengan pagelaran sagi di beberapa kampung lain di Soa.
Sogo merupakan ritual penutup dari semua rangkaian Sagi. Begitu matahari terbenam tinju akan berakhir, disusul dengan suasana sepi (mirip ritual nyepi di Bali). Pada saat ini kegelapan mulai ‘merayap’, para penonon mulai pulang dan warga kampung ke rumahnya masing-masing. Lampu-lampu tidak boleh dinyalakan. Suasana ini biasanya berlangsung beberapa jam. Sogo diakhiri dengan ritual belah kelapa muda dengan maksud sebagai pendinginan karena sebelumnya ada pertarungan, dan juga biasanya ada darah. Belah kelapa juga untuk memprediksi panenan tahun berikutnya. Karena itu, kata Gaba Mote, Sogo  di Piga harus dilaksanakan dengan baik sehingga hasil panen berikutnya akan lebih baik. Sagi di Soa biasanya berlangsung sejak April hingga bulan Juni setiap tahun. (Emanuel Djomba)*


RIUNG/NGADA, vigonews.com – Duel dua anggota polisi di Polsek Riung, Ngada , Sabtu (25/09/2015) membawa petaka. Salah seorang telinga putus. Kedua anggota polisi yang diduga mabuk itu, baku ‘gigit’ di sebuah café di kawasan wisata Riung.

Informasi duel dua anggota Bhayangkara yang mestinya mengayomi masyarakat itu langsung beredar di media sosial. Warga yang menyaksikan duel itu langsung menyebarkan informasi tak sedap itu tanpa sensor. Tanggapan atas kasus yang dinilai mencemarkan institusi lembaga Kepolisian pun tersebar ke mana-mana, ramai dipergunjingkan.

Informasi yang berhasil dihimpung vigonews.com menyebutkan, dua anggota Polisi dari Polsek Riung, Brigadir Nasrula dan Bripru Randy Hermanto ribut sengit di sebuh café setelah minum alkohol.

Keributan berujung telinga putus dipicu kesalah pahaman antara Nasrula dan Randy, saat keduanya sedang berada di sebuah café. Gara-gara seggolan itulah menyebabkan pertengkaran. Entah mengapa perang mulut berlanjut dengan baku hantam. Nasrulah lebih dahulu memukul Randy hingga terjadi duel.

Entah karena duel itu tak berimbang atau bagaimana, Nasrula nekat mengeluarkan jurus pamungkas dengan menggigit yang menyebabkan telinga Randy nyaris putus. Randy kemudian menghentikan duel itu karena cedera berat telinganya. Ia kemudian dilarikan ke RSUD Bajawa untuk mendapat perawatan.

 Kapolsek Riung, Serfolus Tegu, saat dihubungi Senin (28/09/2015 membenarkan kejadian itu. Namun sudah bicara untuk berdamai. "Benar ada kejadian itu, karena ada sedikit kesalah pahaman dan saya sudah laporkan kepada pak Waka Polres, sehingga kasus ini kita bicara ke dalam (damai). Sementara Propam Polres Ngada Aiptu Efridus W.M mengatakan sampai saat ini belum ada laporan. Namun informasi berkelahi itu benar. "Informasinya memang benar ada kejadian," katanya.(ch)*

Sunday 27 September 2015

Yongki, seekor gajah jinak berumur 35 tahun yang tinggal di Posko Pemantauan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Wilayah Pemerihan, Lampung Barat, di bunuh dan gadingnya diambil oleh kawanan sindikat perburuan satwa. Peristiwa tersebut merupakan pukulan hebat atas upaya konservasi satwa di Lampung, mengingat Yongki adalah pahlawan yang kerap mencegah jatuhnya korban manusia atau gajah saat terjadi konflik antara gajah dan manusia.

BAJAWA, vigonews.com –  Pameran pembangunan sudah menjadi perhelatan tahunan. Ajang ini ternyata jadi wahana bagi masyarakat di Ngada untuk rekreasi dan mendapatkan hiburan.
Bukan hanya sandang, pangan dan papan (SPP) yang dikatakan sebagai kebutuhan dasar manusia. Hiburan dan informasi juga termasuk, karena hal itu  sering 'diuber' orang di era modern ini. Salah satu wahana warga kota untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan dan informasi adalah ajang pameran pembangunan, seperti  yang baru dibuka secara resmi,  oleh Penjabat Bupati Ngada, Yohanes Tay Ruba, Selasa (22/09/2015).
Soal pameran menjadi salah satu ajang masyarakat mendapatkan hiburan,  menjadi simpul sambutan  Penjabat Bupati Anis Tay Ruba dan Ketua Komisi II  DPRD Ngada, Kristo Loko  yang  mewakili pimpinan dewan. Apa yang disampaikan kedua pejabat ini memang ada benarnya. Karena usai dibuka,  arena pameran pembangunan di lapangan Kartini itu diserbu warga kota Bajawa yang rupanya sudah menunggu.
Penjabat Bupati Ngada Yohanes Tay Ruba dalam sambutannya mengatakan, penyelenggaraan pameran pembangunan  tahun 2014 lalu tercatat 20 ribu orang pengunjung. Ternyata dengan kunjungan sebesar itu  mendatangkan keuntungan secara ekonomi sekitar Rp 376 juta.
Pertunjukkan musik Suling dari SDK Waturutu
Artinya, kata Anis Tay,  kegiatan pameran ikut menggerakan roda ekonomi daerah, mengingat pameran  pembangunan ini melibatkan para pebisnis lokal dan sektor informal lainnya. Itu baru secara ekonomi. Belum lagi keuntungan lain seperti kebutuhan akan hiburan yang memang bisa dipuaskan  di arena ini karena diselingi permainan, pertunjukan dan perlombaan. Dan tak bisa dikesampingkan bahwa di arena ini terjadi pertukaran informasi yang juga menjadi kebutuhan manusia.
Dari pantauan vigonews.com,  sabagian lapangan kartini  disulap menjadi arena permainan anak-anak seperti komedi putar dan berbagai jenis permainan lainnya. Berbagai atraksi dan perlombaan  ikut meramaiakn pameran ini selain menampilkan  stan dari instansi pemerintah. Arena pameran pembangunan selain  dilengkapi stan informasi pembangunan  juga stan yang menyediakan berbagai jenis kuliner. Semua itu tentu semakin memanjakan pengunjung yang mengajak keluarga atau pasangan menikmati suguhan setahun sekali ini.
Mungkin karena itu,  arena  pameran ini disebut sebagai sebuah kanal informasi yang menyajikan berbagai sumber informasi tentang produk pembangunan yang sudah dihasilkan selama lima tahun terakhir, maupun informasi bisnis lainnya. Jika demikian, maka tepatlah  panitia mengangkat tema: "Media pameran sebagai sumber informasi publik untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berdaya saing demi terwujudnya masyarakat Ngada yang mandiri dan sejahtera."
Ajang ini juga  sebagai media pelayanan informasi dan sosialisasi program pemerintah sekaligus sebagai media promosi dan pemberdayaan ekonomi rakyat untuk mendukung upaya peningkatakan ekonmi, pendidikan, kesehatan menuju masyarakat Ngada yang mandiri dan sejahtera.
Terkait pameran sebagai sarana Informasi publik, kata Anis Tay,  bahwa informasi sudah menjadi kebutuhan pokok dan hak asasi manusia. Pameran pembangunan  menjadi  sarana menyalurkan informasi pembangunan yang sudah dilaksanakan. Masyarakat mendapat informasi lebih jelas tentang hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai.
Vocal group dari SMPN 2 Bajawa
Soal  kemanfaatan pameran sebagai ruang publik, Ketua Komisi II DPRD Ngada, Kristo Loko mengatakan,  sudah menjadi kebutuhan manusia. Ruang publik seperti di banyak tempat lain, lanjutnya, menjadi sarana menurunkan ketegangan setelah bekerja sepekan dan bergelut dengan berbagai masalah kehidupan. "Kita di sini tidak ada ruang publik semacam itu. Ke depan harus menjadi perhatian pemerintah dan DPRD untuk mendisain," katanya.
Ketika masuk dalam era yang serba modern ini, kata Kristo, kebutuhan ruang publik seperti arena pameran ternyata tetap strategis. Ketersediaan ruang publik menjadi  penting untuk mendapatkan hiburan.
Kalau suatu saat ada ruang publik semacam alun-alun kota dengan fasilitas pendukung mungkin dapat 'menolong' warga kota untuk menurunkan ketegangan/tensi setelah suntuk bekerja. "Saya bermimpi ada ruang publik, dan ada aktivitas publik yang dilakukan secara rutin. Bisa makan jagung bakar, atau kacang rebus dan suguhan lainnya sambil santai. Karena kata orang, rekreasi bisa menyebabkan usia manusia lebih panjang," kata Kristo saat itu.(Ch)*




BAJAWA, vigonews.com  - Gara-gara Gemar makan ikan (Gemarikan), Sandro kemudian jadi gubernur dan Virgin jadi Ibu gubernur. Loh kok bisa? Itulah cita-cita Sandro dan Virgin saat ditanya Ny. Adinda Lebu Raya ketika kampanye Gemarikan,  Rabu (24/09/2015) yang dipusatkan di SDK Kisanata, Bajawa.

"Siapa namanya," tanya Ibu  Adinda. "Sandro," jawabnya.  "Cita-cita  jadi apa nanti?"  "Jadi gubernur," Kata Sandro spontan disambut tawa dan aplaus hadirin serta  siswa SDK Kisanata, Bajawa. Rupanya jawaban Sandro diluar dugaan Ny. Adinda Lebu Raya, demikian pula hadirin saat ikut kampanye Gemarikan. Namun jawaban Sandro yang spontan membuat Ny. Adinda kagum karena dijawab dengan berani dan tanpa rasa ragu.

Siswa SDK Kisanata  menyanyikan lagu "Tiada Hari Tanpa Makan Ikan" menyambut Ketua Forikan NTT, Ny. Lusia Adinda Lebu Raya 
Ny. Adinda kemudian berpesan, "Sandro, cita-cita yang bagus itu. Pa Frans Lebu Raya yang Gubernur NTT itu adalah orang Flores Timur yang sejak kecil  gemar makan ikan." "Sandro suka makan ikan, bukan?" Sandro menganggukan kepala. "Mulai dari sekarang harus  makan ikan terus ya supaya cita-citanya terwujud, karena makan ikan membuat kita sehat dan cerdas," Pesan Ny. Adinda di hadapan  lebih dari 100 siswa SDK Kisanata.

Para siswa ikut demo makan ikan saat kampanye Gemarikan
Berikutnya giliran Virgin. Ditanya cita-citanya mau jadi apa oleh Ny. Adinda, dijawab: "Saya mau jadi guru seperti Ibu Gubernur." Maksudnya sperti Ny. Adinda Lebu Raya. Jawaban Virgin yang spontan sontak disambut aplaus hadirin dan siswa SDK kisanata. "Bagus, itu cita-cita yang mulia sekali. Ibu Adinda juga guru," kata Ny. Adinda kepada Virgin.

Dia menambahkan," tapi ingat! Harus rajin belajar,  makan makanan bergizi seperti makan ikan supaya cerdas dan sehat. Banyak juga makan sayur dan buah-buahan.

Ny. Adinda Lebu Raya selaku Ketua Forikan (Forum ikan) NTT berkesempatan berdialog dengan dua siswa SDK Kisanata, Sandro dan Virgin di sela-sela kampanye Gemarikan di kabupaten Ngada.

Gubernur Frans Lebu Raya  ketika kecil di Flores Timur ternyata sangat gemar makan ikan. Sementara Ny. Adinda Lebu Raya ketika masih kecil di Bali juga gemar makan ikan. "Karena Pa Frans dan Ny. Adinda Lebu Raya  sejak kecil gemar makan ikan, makanya sekarang ini jadi Gubernur dan Ibu Gubernur," kata seorang Ibu guru meyakinkan beberapa siswanya di barisan belakang.

Sandro yang bernama lengkap Aleksandro Djawa Lobo adalah siswa Kelas IIIA SDK Kisanata, anak dari Fery Lobo dan Reineldis Meo. Sedangkan Virgin yang bernama lengkap Virginia Bea adalah siswa kelas IVA SDK Kisanata, anak dari Stefanus  dan Ibu  Marta Bea. (ch)*





NGADA, vigonews.com  - Lagu daeah Ngada 'Besi Bero' dinyanyikan duet Bupati/Wakli Bupati Purna Bakti, Marianus Sae - Paulus Soli Woa saat temu pisah dengan Penjabat  Bupati Yohanes Tay Ruba, Selasa (22/09/2015) di Aula Ine Sina, Bajawa.
Usai duet lagu favorit Paulus Soli Woa itu, Bupati Purna Bakti,  Marianus Sae menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya jajaran birokrat selama dirinya memimpin Ngada. "Sebagai manusia kami tentu banyak kesalahan dan kekurangan, karena itu pada kesempatan yang penuh persaudaraan ini kami mohon maaf," kata Marianus.
Sementara Wakil Bupati Purna Bakti, Paulus Soli Woa setelah menyanyikan lagu 'Besi Bero' mengatakan dalam lagu Mansur S yang dinyanyikan  Dian Piesesha:  "bukan perpisahan yang kutangisi  tetapi pertemuan yang kusesali." Tapi, kata Soli Woa,  bukan juga keduanya. "Kalau bisa  ingin seperti dulu lagi," kata Soli Woa yang disambut aplaus hadirin.
Penjabat Bupati Yohanes Tay Ruba dan Ny. Maria Pacela mewarnai temu pisah dengan senandung "Flobamora". Anis Tay, begitu dia biasa disapa menyampaikan terima kasih kepada Bupati/Wakil Bupati Purna Bakti Marianus Sae-Paulus Soli Woa yang telah membawa Ngada selangkah lebih maju.
"Saya terus mengikuti langkah dan terbosan yang dilakukan Pa Marianus dan Pa Paulus selama pimpin Ngada. Banyak keberhasilan yang memang harus kita akui," kata Anis Tay  yang tetap berharap masukan dari kedua pemimpin terdahulu itu.
Di bagian akhir,  Anis Tay mengiringi dengan doa, selamat jalan kepada dua pemimpin yang baru saja purna bakti dengan pesan terus berjuang. "Saya Yohanes Tay mungkin seperti Yohanes Pemandi yang hanya ditugaskan untuk menyiapkan jalan bagi pemimpin baru yang akan dipilih rakyat 9 Desember mendatang," kata Anis Tay mengakhiri pesan kesannya.
Pada acara temu pisah, Penjabat Bupati Ngada dan Ny. Maria Pacela Tay Ruba menyematkan cincin kenangan pada jari Bupati Purna Bakti Marianus dan Ny. Maria Moi Sae, Wakil Bupati Purna Bakti Paulus dan Ny. Aty Soli Woa.
Acara diawali misa kudus konselebran, dengan selebran utama Rm. Eduardus Raja Para Pr, Pastor Pengkhotbah Flavianus Goa, OCD didampingi pater John Preta, OCD dan pater Yanto, O.Carm. (ch)
Insert foto: Temu-Pisah Penjabat Bupati Ngada

Thursday 24 September 2015

Setelah ketahuan menonton pertandingan tenis dunia di Bali dan berjalan - jalan ke luar negeri, Gayus Tambunan kembali berulah.Kali ini tentang foto Gayus di medsos sedang makan bersama dua perempuan. Masyarakat mengecam karena seharusnya Gayus mendekam di LP Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat. Ulah Gayus seperti mengolok - olok keadilan dan mempermainkan emosi masyarakat.

Tuesday 22 September 2015


BAJAWA, vigonews.com – Ayo beri dukungan kepada calon bupati/wakil bupati yang menurut anda paling popular.  Media online vigonews.com melakukan poling paket bupati/wakil bupati paling popular menurut pembaca.

Kandidat bupati/wakil bupati Ngada nomor 1 KONSEP (Kornelis Soi – Yosep Bei), nomor 2 PADI (Paulinus No Watu – Bernadinus Dhey Ngebu), dan nomor 3 MULUS (Marianus Sae – Paulus Soli Woa).

Beri vote anda  pada paket calon yang menurut anda paling popular di media online anda ini. Jangan lewatkan, jangan sampai paket calon favorit  anda tersisih. Di www.vigonews.com berilah vote.(ch)*

Monday 21 September 2015

Kekerasan terhadap anak kembali terjadi. Ardiansyah (8 tahun) siswa SDN 07 Pagi Kebayoran Lama Utara meregang nyawa akibat perkelahian dengan teman sekelasnya. Komnas HAM mencatat hingga September 2015, jumlah kasus dengan pelaku anak dibawah 14 tahun mencapai 21 kasus dengan 17 kasus menyebabkan korban meninggal.

LINDI/NGADA, vigonews.com - Warga Desa Benteng Tawa, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, akhir-akhir ini hangat memperbincangkan  beras miskin (raskin) yang konon tak kunjung dikeluarkan oleh pihak Dolog Bajawa. Warga sangat kecewa sekaligus protes ke pihak pengurus raskin di desa itu. 

Yohanes Sungga, kepada vigonews.com disela-sela acara  adat, Jumat (18/09/2015)  di Waesaok mengatakan,  sangat kecewa dengan sikap dolog Bajawa yang belum juga cepat salurkan raskin ke Benteng Tawa.

Sungga  juga kecewa dengan pihak pengurus raskin di Desa Benteng Tawa tidak segera tindak lanjut keluhan warga ke pihak Dolog Bajawa. "Saya sangat kecewa dengan Dolog Bajawa, kenapa sampai saat ini, raskin belum disalurkan ke warga. Kami sudah kumpul uang. Tapi kenapa dolog lambat keluarkan  beras untuk warga Benteng Tawa. Kalau tidak cepat keluar, kasi kembali kami punya uang,” tegasnya.

Lebih lanjut, Sungga mengatakan, yang mengumpulkan uang tidak hanya keluarga yang memiliki kartu miskin, tetapi juga keluarga yang tidak memiliki kartu miskin. "Yang memiliki kartu miskin sebanyak 91 KK. Sedangkan yang lainnya tidak ada kartu miskin, tapi kumpul uang juga,”  tuturnya.

Dirinya masuk dalam kategori KK miskin. Dikisahkan bahwa sudah enam  bulan terhitung sejak Januari  hingga saat ini pihak Dolog Bajawa masih menahan raskin yang menjadi hak rakyat. Ia menyesalkan dengan pihak Dolog Bajawa yang hingga saat ini belum turunkan beras ke warga Desa Benteng Tawa. 

Alfons Nai, pengurus raskin Desa Benteng Tawa juga kesal dengan pihak Dolog Bajawa yang tetap tak mau gubris dengan keluhan warga. Sebagai pengurus raskin, dirinya selalu disalahkan warga. Bahkan dikatai-katai lagi yang bukan-bukan. "Saya dikomentar warga. Saya dimarahi warga. Sampai ada warga yang bilang  pihak pengurus bungakan uang raskin warga,”  ungkapnya sambil menebah dadanya semacam mau bilang sakitnya tuh disini. (ip)*

BAJAWA, vigonews.com - Tahapan pemilu bupati/wakil bupati serentak kini sedang dalam tahapan kampanye. Para kandidat gencar menyampaikan visi, misi dan program. Seperti apa respons publik Ngada pada ketiga paket calon? Masyarakat silahkan memilih paket favoritnya  dengan meng-klik di media online vigonews.com.

Paket calon yang berlaga yakni KONSEP (Kornelis Soi – Yosep Bei), PADI (Paulinus No Watu – Bernadinus Dhey Ngebu), dan MULUS (Marianus Sae – Paulus Soli Woa).

Kini para kandidat memiliki nomor urut. Suka atau tidak suka nomor diperoleh dengan undian. Berapapun nomor yang diperoleh, ternyata bagi para kandidat membawa makna dan filosofi tersendiri. Berikut ini, para kandidat bicara soal hoki yang akan diraih dengan nomor yang mereka peroleh.Akankah nomor urut menjadi penentu kemenangan.


Nomor 1 – ‘Konsep’
Entah kebetulan atau tidak, pasangan calon (Paslon) Kornelis Soi – Yosep Bei, yang Selasa (25/08/2015) tiba  pertama di Gadung KPU justru mendapat nomor undian 1 (satu). Sebelum semua Paslon mengambil undian, penghubung  para calon terlebih dahulu mengambil lotre untuk menentukan pasangan calon mana yang  pertama akan mengambil undian. Saat Lotre, Konsep mendapat kesempatan ketiga.

Ketika keduanya mengambil undian pada kesempatan ketiga setelah dua pasangan lainnnya, Konsep mendapat nomor undian  1 (satu). Begitu dibuka, seketika Konsep mengacungkan jempol. Gestur keduannya menunjukkan tidak ada masalah dengan nomor undian itu. Dan nomor 1 (satu)  adalah nomor yang tepat bagi Konsep. Para pendukung Konsep pun menyambut gembira, karena paket mereka memang harus menjadi ‘to be number one’ – menjadi nomor satu, dan menjadi yang terbaik untuk rakyat Ngada. Rakyat Ngada adalah nomor satu dan menjadi prioritas dalam pelayanan jika terpilih sebagai bupati/wakil bupati.

Dihadapan Komisioner KPU dan hadirin, Kornelis  Soi memberi komentar makna filosofi dari nomor undian 1 yang diperolehnya. Dikatakan, Konsep siap melayani Rakyat Ngada dengan pelayanan terbaik. “Nomor satu itu terbaik. The best. Jadi Konsep siap melayani rakyat Ngada sebaik-baikya jika tanggal; 9 Desembera 2015 rakyat Ngada memberi mandat,” kata Kornelis didampingi calon wakilnya Yosep Bei.



Nomor 2 – Padi
Pasangan calon (Paslon) Paulinus No Watu – Bernadinus Dhey Ngebu (Padi) saat pengambilan nomor undian tiba urutan kedua di KPU setelah paket nomor 1. Saat undian justru pasangan ini mendapat nomor undian 2 (dua).

Entah kebetulan lagi atau tidak,  Paket ini seolah hoki dengan nomor undian 2 (dua). Saat mengambil  Lotre untuk menentukan urutan mengambil nomor urut, Padi mendapat lotre 3 (tiga). Ketika Pasangan Paulinus – Bernadinus mengmbil nomor undian malah mendapat nomor 2 (dua). Keduanya tak kuasa menyembunyikan rasa gembira karena mendapat nomor undian yang memang sudah diniatkan dari sekreatriat Pilkada Paket Padi.

Senyum tak lepas dari kulum dua anggota DPRD Ngada masing-masing dari Partai Gerindra dan PKB itu. Ketika diminta komentar tentang makna filosofi undian 2 (dua) keduanya serta-merta menaiki podium di gedung KPU itu.

Bagi Padi, nomor undian 2 (dua) adalah hoki yang bakal mengantarkan mereka memimpin Ngada lima tahun ke depan. Apa kata Paulinus No Watu soal nomor undian 2 (dua)? “Ketika mendaftar, kami dapat urutan ke-4, ketika mengambil lotre untuk menentukan kesempatan mengambil undian kami dapat nomor 3 (tiga) dan ternyata saat mengambil undian kami  mendapat nomor 2 (dua). Ini tanda-tanda alam, bahwa tanggal 9 Desember, Padi akan mendapat nomor 1, alias keluar sebagai pemenang,” katanya.

Ungkapan Palinus itu memang sulit ditebak oleh audiens yang hadir di KPU siang itu. Begitu Paulinus menyelesaikan cerita hoki nomor urut dua, sontak hadirin yang sebelumnya hening memberi standing aplaus. Suasana gedung KPU pun jadi ramai. Arah pembicaraan Paulinus memang tidak bisa diprediksi sebelumnya. Itu yang membuat hadirin merasa ‘terkecoh’ namun tidak terasa.

Paulinus pun melanjutkan, dalam sejarah pilkada, pilgub bahkan pilpres nomor 2 (dua) selalu keluar sebagai pemenang. Sembari mengacungkan tangan dengan dua jarinya ditegakkan membentuk huruf  V, Paulinus mengatakan, dua adalah vicktory – yang berarti kemenangan. Jika kemenangan itu diraih Padi, maka itulah kemenangan rakyat Ngada.


Nomor 3 – ‘Mulus Lanjutkan’
Pasangan calon (Paslon) Marianus Sae – Paulus Soli Woa (Mulus Lanjutkan) adalah pasangan yang tiba terakhir atau ke-3 di KUP pada hari pengambilan nomor undian, Selasa (25/08/2015). Datang pada urutan ketiga ternyata membuat pasangan ini mendapat nomor undian 3 (tiga)

Saat pengambilan lotre, pasangan ini mendapat kesempatan pertama (No 1) mengambil, tetapi nomor yang diperoleh dari undian itu adalah 3 (tiga). Mengetahui nomor undian 3 (tiga), Marianus Sae dan Paulus Soli Woa langsung mengangkat tinggi-tinggi dan mengacungkan jempol tanda nomor yang oke. Sontak para pendukung memberi aplaus sembari berdiri.

Ketika diberi kesempatan untuk mengomentari nomor undian yang diperoleh, Marianus Sae dengan lugas mengatakan, nomo 3 (tiga) adalah simbol kebersamaan dan kekuatan. “Orang Ngada sangat percaya pada tiga kekuatan yakni Allah, Arwah dan Alam,” kata Marianus yang disambut dengan tepuk tangan hadirin.

Dia melanjutkan, dalam membangun Ngada butuh kebersamaan. Dan nomor 3 (tiga) adalah simbol kebersamaan itu. Tanpa kebersamaan tidak bisa berbuat apa-apa. Ada kekuatan ekseskutif (pemerintah) didukung kekuatan legilatif (DPRD) dan dukungan seluruh rakyat Ngada.

Nomor undian 3 (tiga) memang didambakan sebelum seremonial undian dilakukan di KPU. Saat melakukan ritual dengan belah babi dilakukan tiga kali. “Kalau sekali saja tanpa bunyi itu babi mati. Dan filosofi kita orang Ngada, babi yang berteriak merupakan  tanda dan pemberitahuan seisi kampung bahwa di rumah itu ada  hajatan,” kata Marcel Nau.

Memang banyak hal yang kelihatan kebetulan bagi Paket Mulus saat mengambil nomor undian, tetapi bagi mereka ini sebuah aura dukungan terhadap Mulus untuk melanjutkan program-program pro rakyat di tanah Ngada. Datang ke KPU urutan ketiga. Ritual belah babi sebelum ke KPU sebanyak tiga kali. Didukung tiga partai pengusung, dan di parlemen Mulus didukung 13 kursi. (ch)*

Insert foto: Calon Bupati/Wakil Bupati Ngada:  Paket MULUS, KONSEP dan PADI
DPR RI mengusulkan kenaikan tunjangan kehormatan, komunikasi intensif, peningkatan fungsi pengawasan dan anggaran, serta bantuan langganan listrik dan telepon dalam RAPBN 2016. Usulan tersebut dikecam banyak pihak karena muncul pada saat rakyat kesusahan dan bangsa sedang mengalami pelambatan ekonomi.

Saturday 19 September 2015


TOLOLELA/NGADA, vigonews.com - Pagelaran musik tiup tradisional Bombardom di kampung tradisional Tololela, kabupaten Ngada, Sabtu (19/09/2015)  mencatat sejarah monumental memecah rekor MURI dengan peniup terbanyak.
Kampung yang biasanya hening dan jauh dari hingar-bingar, tiba-tiba berubah - dibanjiri para pemusik dan pengunjung yang ingin menyasikan pagelaran memecah rekor MURI itu. Tololela, kampung yang terletak di pinggang gunung Inerie, Jerebu’u itu,  kini keheningannya ‘pecah’  dan mendunia.
Pagelaran yang juga diikuti peserta dari kabupaten Manggarai Barat  dan Ende itu bukan hanya memecahkan keheningan kampung yang berlagsung bertahun-tahun lampau. Sesuatu yang monumental  tercatat di kampung ini. Kampung  tua itu pun jadi saksi pagelaran terbesar dan menyabet rekor dari ‘Musium Rekor Dunia Indonesia,’ dengan peniup musik bombardom terbanyak, berjumlah 500 orang.


Pagelaran yang dimulai pkl. 10.00 wita dibuka oleh Penjabat Bupati Ngada Ir. Yohanes Tay Ruba, dan ditutup kembali pada pkl. 14.00 wita.
Dalam sambutannya,  Penjabat Bupati, Yohanes Tay Ruba mengatakan, rekor MURI yang di pecahkan  hari ini menjadi sarana promosi kampung dan kabupaten ini ke dunia luar sebagai salah satu destinasi wisata. Kampung yang dulunya jauh dari sentuhan dan kunjungan, kini terbuka untuk wisatawan.
Dikatakan, pagelaran musik tiup tradisional bombardom dapat mengggairahkan pariwisata Ngada dan Flores pada umumnya. Suara 500 bombardom, seruling dan foidoa yang dikumandangkan 500 peniup akan menggerakkan pariwisata daerah ini dan menggema ke dunia luar terhadap  keunikan dan keindahan kampung ini.
Dari kebudayaan menunjukkan bahwa orang Ngada itu ramah. Karena itu, jadikan  Ngada zona yang ramah. Ramah tamah adalah budaya Ngada, nilai itu terkandung dalam ungkapan  meku ne'e doa delu, modhe ne'e hoga woe – Lemah lembut dan murah hati dengan saudara dansesama.
“Kita harus buat Ngada yang  ramah. Dalam pariwisata, keramah-tamahan menjadi nilai yang harus dijunjung tinggi,” katanya.


Bupati Anis Tay memberi apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada masyarakat, Indekon, DMO Pariwisata Flores, dan Kementerian Pariwisata yang telah menggagar dan mendukung pelaksanaan kegiatan ini. Jaga dan peliharalah seni, budaya yang bernilai tinggi ini, karena di dalamnya mengandung nilai luhur bagi kehidupan. Selain itu pelestarian seni budaya juga menjadi daya tarik wisata yang bisa mendatangkan kesejahteraan masyarakat.
Sementara Direktur Indekon Aris Suhandy dalam sambutannya mengatakan, dalam memajukan pariwisata alam, seni dan budaya serta keunikan saja tidak cukup. Sebaliknya pengembangan pariwisata membutuhkan orang-orang yang baik, ramah dan mau bekerja.


Menurut dia, orang Tololela  menjadi aset dalam pengembangan kampung itu menjadi sebuah destinasi. Dalam konsep Indekon yang selama ini memberikan pendampingan pengembangan sumber daya manusia untuk pariwisata,  masyarakat tidak boleh menjadi obyek, sebaliknya menjadi subyek dari pariwisata itu sendiri, sehingga pengembangan pariwisata bermanfaat bagi kebaikan manusia.
Menurut Suhandy, Jerebu’u harus ada dalam peta pengembangan pariwisata. Dari Kementerian pariwisata memberi apresiasi antusias terhadap pengembangan pariwisata, dan salah satu yang menjadi daerah pengembangan adalah Flores.
Ke depan, kata Suhandy, Tololela menjadi salah satu titik pengembangan dalam zona segi tiga emas dengan Bena dan Guru Sina. Pengembangan ini akan berlanjut, hanya memang membutuhkan kesabaran dari masyarakat, karena menyangkut pembangunan sumber daya manusia tidak tidak bisa tergesa-gesa.


Di bagian lain, Veronika Ulle Bogha mewakili pimpinan DPRD Ngada mengatakan, Jerebu’u menjadi museum budaya Ngada. Alasannya di sini masih tersimpan peninggalan budaya masa lampau yakni budaya megalitikum dan masih hidup seni dan budaya. Ada rumah adat, ada pakaian, budaya reba dan kaya musik tradisional. “Kita berharap kekayaan seni budaya ini terus digali untuk dikembangkan,” katanya.
Perwakilan DMO Flores, Yakobus Mbira dalam sambutannya mengatakan, bersyukurlah terhadap generasi yang sudah mempertahankan nilai melalui seni dan budaya. “Karenannya, kita hari ini dapat menyaksikan kekayaan seni dan budaya itu. Generasi yang mengangkat kembali nilai-nilai luhur melalui seni dan budaya yang bisa disaksikan hari ini,” katanya.
Manusia Flores – dimana Flores sebagai salah satu dari 25 DMO di Indonesia -  menunjukkan harmonisasi dan sangat bersahabat dengan alam. Ini adalah kekuatan ekowisata yang menjadi keunggulan di Flores. “Karena itu mari kita dukung dari ujung timur sampai ujung barat Flores tanpa ada sekat-sekat kepentingan. Meski berbeda bahasa, seni dan budaya tetapi perbedaan itu menunjukkan kekuatan untuk pengembangan pariwisata di Flores ini,” kata Mbira. (ch)*

Thursday 17 September 2015

Ribuan guru honorer dari berbagai wilayah di Indonesia berunjuk rasa di depan gedung DPR RI dan di kantor  Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Mereka menuntut agar pemerintah mengangkat mereka menjadi PNS, mengatur upah minimum guru dan melaksanakan sertifikasi guru honorer.

BAJAWA, vigonews.com - Hari pertama tiba di Bajawa pasca dilantik sebagai Penjabat Bupati Ngada, Yohanes Tay Ruba belum bicara apapun kepada jajaran birokrat, kecuali kepada media.
Tidak ada sambutan setelah diterima secara resmi di Rujab wakil bupati Ngada, Kamis (17/09/2015). Namun momentum itu dimanfaatkan oleh Anis untuk bercengkrama dengan awak media.
Terkait dengan tugas Penjabat, Anis mengatakan waktunya sangat singkat. Karena itu dia merasa perlu membangun sinergisitas dengan semua elemen masyarakat yang ada di Ngada, tak terkecuali media. Bermitra dengan media bisa menjembatani banyak hal terkait dengan tugasnya yang singkat itu
"Sangat keliru kalau tidak bermitra dengan media. Bagi saya melalui media informasi dari pemerintah bisa cepat sampai ke publik ketimbang lewat struktur birokrat," jelasnya ketika menerima awak media.
Karena itu, tambahnya setiap saluran akan digunakan dalam mengomunikasikan segala kebijakan kepada masyarakat. Dengan demikian pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan baik. "Maka, kita akan gunakan semua saluran, baik melalui struktur  birokrat, media maupun saluran lainnya," katanya.
Dia menghimbau kepada semua pihak untuk bahu-membahu meneruskan proses pembangunan di Ngada ini mulai dari perencanaan yang sudah ditetapkan, pun ketika dirinya menjalankan tugas sebagai penjabat bupati.
Bangun daerah ini, kata Anis Tay,  tidak bisa dilakukan sendiri tetapi harus melibatkan berbagai elemen, baik pemerintah, masyarakat, lembaga-lembaga yang ada dan peran pers. Melelui elemen-elemen yang ada diharapkan bisa menjadi kanal informasi, sehingga denyutpembangunan tetap berjalan baik.
Tiba di Bajawa, Kamis (17/09/2015) Anis mengenakan kemeja warna putih polos dipadukan celana panjang warna hitam. Benggol garuda tanda jabatan tampak sangat jelas tergantung di dada kanannya yang dipadukan dengan kemeja putih. Ny Maria Pacela Tay Ruba mengenakan kebaya style modern warna putih sedikit kombinasi bunga hijau, dipadulan celana panjang abu-abu.
Awak media sempat 'menggoda'. "Wah rupanya ada makna tersendiri mengenakan kemeja warna putih." Anis dan Ny. Maria Pacela Tay Ruba pun tertawa lepas dan menimpali, "Ini tidak ada pesan apa-apa. Wartawan ada-ada saja. Tapi memang kebiasaan kalau ada acara resmi saya pakai kemeja warna putih seperti ini. Warna putih rasanya lebih plong," seloroh Anis di depan awak media.(ch)*
Insert foto: Penjabat Bupati Ngada Yohanes Tay Ruba tiba di Bajawa diterima para pimpinan SDKP - 

BAJAWA, vigonews.com - Penjabat Bupati Ngada, Yohanes Tay Ruba,  yang baru dilantik, Kamis (16/09/2015) tiba di Bajawa.
Anis yang didampingi Ny. Maria Pacela Tay Ruba,  tiba sekitar pkl. 12.00 wita, di rumah jabatan (Rujab) wakil bupati Ngada. Di halaman Rujab Wabup, Anis Tay sudah ditunggu Asisten I Setda Ngada, Hironimus Reba Watu beserta  sejumlah pimpinan SKPD. Anis dan Ny. Maria Pacela Tay Ruba begitu turun dari mobil langsung  menyalami satu persatu.
"Loh, kok di Rujab wakil bupati?" nyeletuk seseorang. Namun pertanyaan itu tak dijawab beberapa pejabat  daerah yang siang itu menunggu kedatangan Penjabat Bupati Yohanes Tay.
Terkait dengan itu, Bupati Anis mengatakan, "saya pada prinsipnya mau di mana saja. Di rumah pribadi juga baik. Tetapi memang ada informasi dari Setda bahawa saya harus menempati Rujab Wabup  dan bukan di Rujab Bupati. Alasannya Rujab bupati masih harus direhab," kata Anis.
Informasi vigonews.com dari sumber di Setda mengatakan saat ini Rujab bupati tidak layak karena sudah banyak yang bocor. Karena itu harus direhap.
Setelah rehat 30 menit, Hironimus Reba Watu menyampaikan ucapan selamat datang kepada Penjabat Bupati  Ngada Yohanes Tay. Acara kemudian dilanjutkan dengan ibadat yang dirangkaikan dengan  pemberkatan Rujab dan mobil dinas EB 1 N. Ibadat dan pemberkatan itu  dipimpin Pater Flafi, OCD.
Usai ibadat dilanjutkan dengan makan siang bersama. Selain pimpinan SKPD tampak Pimpinan DPRD Ngada Yoseph Bei  menemui Anis Tay. Namun tidak terlalu lama, Yosep meninggakan Rujab.
Tidak ada sambutan dari Anis Tay siang itu. Usai makan siang sejumlah SKPD pun pamitan.Pada kesempatan itu Bupati Anis hanya sempat menerima awak media yang sudah menunggu sejak kedatangannya.
Dikatakan Anis, Jumat (17/09/2015) sudah mulai masuk  kantor. Agenda hari pertama yaitu rapat terbatas dengan  jajaran Setda Ngada. Pada Jumat,  juga melihat agenda yang harus dilakukan penjabat ke depan. Sabtu (19/09/2015 sudah ada undangan festifal music bamboo di Tololela, Jerebu’u.Selanjutnya,  Senin (21/09/2015) baru digelar apel pertama yang dilanjutkan dengan tatap muka dengan SKPD.
Kepada awak media, Anis Tay, mengatakan penjabat mengemban beberapa tugas dalam waktu yang singkat. Mulai dengan konsolidasi  dengan SKPD sebagai evaluasi terhadap perkembangan pembangunan termasuk ekseskusi terhadap APBD perubahan yang sudah ditetapkan dan pembahasan APBD induk tahun 2016.
Tugas lain, kata Anis, konsolidasi terkait dengan pengamanan pemilukada, sehingga perhelatan pilkada serentak itu berjalan tertib dan aman. Terkait dengan itu, tugas penjabat menjaga dan menjamin netralitas PNS dalam pemilukada.(ch)*

Insert Foto: Penjabat Bupati Ngada Yohanes Tay Ruba berbicara serius dengan Asisten I Setda Ngada Hironimus Reba, setibanya di Bajawa  -