Responsive Ads Here

Wednesday 27 January 2016

Tampak sejumlah siswa sedang membersihkan ruang kelas.

AIMERE/NGADA,  vigonews.com – Hujan hebat pekan ini di wilayah kecamatan Aimere menyebabkan beberapa wilayah  terendam banjir. Akibat hujan Selasa (26/01/2016) tanggul pagar SMPN 1 Aimere jebol, dan sekolah itu terendam banjir  hebat.

Hujan  lebat yang menggerus wilayah Kecamatan Aimere selama enam jam diperkirakan dari pukul 19.00 - 01.00 Wita, Selasa malam  sempat memprihatinkan warga. Tembok penyokong yang ada tiga titik di SMPN 1 Aimere runtuh diterjang banjir. Ruangan kantor dan kelas terendam lumpur dan air. Di Kali I, delapan rumah warga sempat dikikis banjir, tembok kompleks paroki juga roboh, tambah lagi perahu motor dua nelayan rusak di hantam badai.

Tembok penyokong depan sekolah
Kepsek SMPN 1 Aimere, Albertus Mogo, kepada vigonews.com mengatakan, peristiwa banjir melanda sekolah memang benar adanya. Hujan lebat yang lebih kurang enam jam mengakibatkan ruangan kelas dan kantor terendam air dan lumpur. "Kami baru tahu pagi hari. Kami lihat air dan lumpur tergenang dalam ruangan", ungkapnya.

Menurutnya,banjir  baru tahun ini terjadi. Sebab, jalan raya yang dikerjakan tahun 2015 oleh Dinas PU Ngada yang letaknya dibelakang sekolah berbentuk cekung. Nah, ketika hujan lebat, air yang dari daerah ketinggian, menuju jalan dan langsung menghantam tembok sekolah. Akibatnya  tembok belakang gedung sekolah runtuh, tembok penyokong di halaman tengah juga runtuh, ruangan kelas dan kantor menjadi muara. "Kemarin kami para guru bersama siswa/i tidak KBM.Kami bersihkan ruangan", katanya.


Guru dan siswa gotong royong membersihkan lumpur akibat terendam banjir

Dikatakannya, sejak peristiwa itu terjadi, pihak sekolah langsung menghubungi pihak kecamatan, pihak kelurahan dan BNPB Ngada. "Sekcam, ibu lurah dan petugas BNPB sudah datang lihat, ukur dan foto bangunan yang rusak", katanya.

Senada dengannya, Darius Bute juga mempermasalahkan pembangunan jalan yang tidak sesuai dengan topografi dan tidak perhitungkan dengan bangunan sekolah, yang mengakibatkan tergenang banjir dan meruntuhkan tembok penyokong sekolah itu.


Tembok penyokong belakang tak kuat menahan lupan banjir dari ketinggian yang menyebabkan sekolah terendam banjir
Selain itu juga,  ia sempat bercerita  kepada vigonews. com terkait dengan kondisi rumahnya dan tujuh rumah warga di sekitar kali satu.  Banjir di kali satu juga telah mengikis dapur dan kandang babi warga. Menurutnya, sampai mengikis rumah warga karena ada beronjong yang dibangun tidak bertingkat tapi sejajar saja. Banjir datang mengikis rumah warga. "Wah kalau hujan lebat dan banjir lagi, rumah kami bisa runtuh dan terapung di laut lepas,” kataya  sambil tertawa.

Siswa seharian membersihkan lumpur akibat banjir
Pihak Kelurahan Aimere ketika dikonfirmasi vigonews.com, melalui sekretaris Lurah, Aloyasius Wali mengatakan, bangunan yanh rusak di beberapa titik di wilayah kelurahan Aimere sudah terdata. Selanjutnya akam dilaporkan pihak kecamatan dan BNPB. "Kami sudah data lokasi yang rusak dan longsor. Tinggal teruskan ke kantor camat", ungkap Aloysius. (ping)*

Insert foto: Ruang perpustakaan SMPN 1 Aimere tak luput dari terjangan banjir

Tuesday 26 January 2016


KURUBHOKO/NGADA, vigonews.com - Saluran irigasi sepanjang 440 meter di desa Nginamanu, kecamatan Wolomeze mubazir. Demikian keluhan sejumlah petani di desa itu, Selasa (26/01/2016).

Sejumlah petani yang ditemui wartawan mengatakan, hampir seluruh bagian saluran yang baru selesai dikerjakan Oktober 2015 itu, tidak bisa digunakan untuk mengairi air ke sawah milik petani di desa itu secara baik.

Beberapa petani yang ditemui wartawan di desa Nginamanu mengaku kecewa dangan kualitas kerja kontraktor yang dinilai asal-asalan. Karena itu, para petani minta kontraktor yang menangani proyek ini segera memperbaikinya. Banyak bagian saluran retak dan pecah sehingga menyebabkan air merembes sebelum mengairi sawah petani. 

Salah seorang petani yang memiliki sawah tak jauh dari saluran yang baru dibangun itu, Harys Kembo mengatakan, hampir semua bangunan saluran itu sudah retak setelah PHO yang lalu. Akibatnya saat akan digunakan, air tidak bisa tertampung dengan baik karena sudah merembes kemana-mana melalui bagian yang pecah. "Kami heran ini kerja bagaimana, baru selesai ko sudah pecah-pecah semua," katanya.

Keluhan yang sama juga disampaikan petani lainnya Elias Rita. Dia juga kecewa, karena banyak bagian saluran yang pecah dan hancur. Dia malah mempertanyakan, "ini kerja macam apa. Baru masukan air pada musim hujan terus tidak bisa gunakan. Air banyak rembes ke jalan melalui bagian saluran yang retak dan pecah."

Pantauan wartawan di lokasi, Selasa (26/01/2016) menunjukkan saluran yang dikerjakan CV. Elfision dengan pagu dana Rp 313 juta itu mubazir dan tidak bisa digunakan. Berbeda dengan proyek yang sama yang dikerjakan pada tahun anggaran sebelumnya. Namun proyek kali ini bagian permukaan bangunan sudah banyak yang hancur, bagian dalam saluran retak (terbelah) sehingga air tak tertampung dengan utuh. Dan lebih memprihatinkan, ternyata pengerjaan saluran  ini seperti hanya ditempel di atas permukaan tanah tanpa digali fondasi.

Bagunan saluran tanpa fondasi ini atau hanya dicor di permukaan tanah juga dibenarkan para petani karena terlihat tidak menyatu dengan landasan. Itu sebabnya sejumlah petani yang ditemui mendesak pihak kontraktor untuk memperbaiki pada masa pemeliharaan.

Warga desa lainnya yang juga memiliki sawah di areal Kurubhoko, Rafael Sai juga merasa prihatin dengan bangunan saluran irigasi di desanya. Dikatakan, terlihat kontraktor kerja asal-asalan tidak memperhatikan kualitas, yang penting selesai. "Kami berharap kontraktor bisa memperbaiki pada masa pemeliharaan," pintanya.

Sementara Kepala Desa Nginamanu, Yohanes Don Bosco Lemba, saat dikonfirmasi wartawan membenarkan kondisi saluran yang memprihatinkan itu. Setelah menerima keluhan dari warganya, Don Bosco meninjau langsung ke lokasi. "Apa yang dikeluhkan petani itu benar adanya. Bagian bangunan saluran sudah banyak yang rusak. Banyak bagian yang pecah dan retak-retak. Dan kelihatan waktu cor tidak digali fondasi sebagaimana ketentuan," beber Don Bosco.

Terkait dengan kondisi yang dikeluhkan petani, tambah Don Bosco, tim dari Bapeda Ngada sudah turun melakukan monitoring, yang menyebutkan saluran yang baru dikerjakan CV. Elfision itu mutunya sangat rendah. 

Untuk diketahui, proyek saluran irigasi ini sudah di-PHO sekitar Bulan November lalu. Proyek sepanjang 440 meter itu selesai kerja Oktober tahun lalu. Namun dua bulan kemudian ketika saluran itu digunakan justru terlihat banyak yang retak, pecah dan ada bagian yang hancur.
"Sampai saat ini air rembes terus ke jalan, saluran tidak gali, semen tempel di atas permukaan. Banyak retak dari ujung ke ujung. Proyek yang sama tahun 2014 masih lebih baik. Kalau begini kondisinya, maka kami minta kontraktor harus kerja ulang karena saluran tidak bisa digunakan sama sekali," tegas Bosco.

Don Bosco mengatakan, kondisi waktu PHO itu masih aman. Namun dua bulan kemudian malah memperlihatkan bahwa bangunan ini tidak bisa bertahan lamah, karena selain retak-retak ada juga yang ambruk. Ini menunjukkan bahwa mutu pekerjaan sangat rendah. PU, kata dia juga sudah turun, katanya saat ini masih dalam masa pemeliharaan sekitar 6 bulan. 

Terkait dengan proses PHO, kata Don Bosco, waktu itu baik pihak PU maupun kontraktor hanya
datang memberitau bahwa proses PHO sudah dilakukan karena pengerjaan sudah selesai. Selanjutnya proyek itu masih dalam pemeliharaan selama enam bulan. "Tetapi kalau kondisi hancur begitu mau pelihara bagaimana. Kecuali kerja ulang. Karena kelihatan pengerjaan tidak gali fondasi. Jadi masyarakat minta supaya rehap berat," katanya.

Dia juga menyesalkan karena papan kontrak saja tidak pernah dipasang sejak awal. Kalau begitu kerja bagus tak masalah. Nah, kerjanya juga seperti asal-asalan. Don Bosco juga berharap sebelum dilakukan PHO harus dapat input dari kepala desa. Karena ini sarana yang akan digunakan masyarakat. Bukan asal oke tim dari kabupaten, dan pihak desa hanya diberitau setelah proses itu.(ch)*

Insert foto: Irigasi yang baru dikerjakan itu tampak pecah, retak dan hancur

MATALOKO/NGADA-vigonews.com –  Guna menciptakan kader  muda berkarakter dan berdaya saing, latihan kepemimpinan menjadi program wajib di STKIP Citra Bakti. Tahun 2016, 164  mahasiswa mengikuti LKTD  yang digelar 25 – 27 Januari 2016.

Sehubungan dengan harapan itu,  Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Citra Bakti Ngada, Senin, (25/01/2016) menggelar Latihan Kepemimpinan Tenaga Dasar (LKTD) di Aula Citra Bakti Ngada.  LKTD tersebut diikuti oleh 164 mahasiswa dari tiga Jurusan Pendidikan yakni PG PAUD, PGSD dan PJKR.

Ketua Panitia, Senobius Mbasu, kepada vigonews.com menjelaskan, kegiatan LKTD dilaksanakan selama tiga hari. Kegiatan dimulai sejak Minggu, (24/01/2016) sampai Selasa, (27/01/2016). Hari pertama dimulai dengan kegiatan cek in, pada hari kedua, peserta terlibat dalam kegiatan seminar yang dibawakan oleh beberapa pemateri antara lain: Rm. Tino, dengan judul materi 'Pengenalan diri, Who Am I, Siapakah Aku?',  Maksi Making membawakan materi 'Motivasi Berorganisasi, Jhon Djami membawakan materi 'Teknik Pimpin Rapat' dan Emanuel Djomba mengetengahkan materi 'Public Speaking'. 

Dikatakan Senobius, peserta yang ikut LKTD adalah mahasiswa yang sedang berada pada semester 2, 4 dan 6. Ketika vigonews.com menanyakan sumber dana, Senobius menjawab, dana berasal dari peserta sendiri. Tiap peserta mengumpulkan dana sebesar 150 ribu rupiah. "Sumber dana dari peserta sendiri", ungkapnya.

Senobius berharap, setelah mengikuti LKTD peserta diharapkan menjadi kader muda yang berperan senagai pelopor bukan pengekor perubahan. Selain itu, kaum muda bisa menjadi aktor utama dalam drama kehidupan yg berlakon sempurna agar mampu menjadi mandiri. 

Dia berharap,  setelah LKTD peserta mampu membawa prubahan positif yang bertanggung jawab dengan menularkan kecerdasan intelektual, sosial, spiritual dan emosional bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. "Saya harap peserta yang ikut LKTD bisa menularkan pengetahuan yang mereka dapat dari para pemateri demi kemandirian hidup sekaligus menjadi aktor perubahan di masyarakat", harapnya.

Tak berbicara, dunia tak bisa berubah, malah mengalami keheningan agung. Kesangsian akan pernyataan adagium kuno ini, dalam LKTD tersebut tampil seorang pemateri kawakan, Emanuel Djomba. Dalam materi 'Public Speaking' yang dipaparkan, dihadapan peserta LKTD, Djomba menjelaskan, public speaking adalah seni berbicara di depan umum. Disebut seni karena diungkapkan secara metodis, logis dan sistematis. Disana terjadi sebuah permainan bahasa (language game), tapi bukan seperti permainan bahasa dalam cinta romantis, yang sifatnya gombal yang berujung korban, melainkan sebuah seni yang terarah, dan mampu mempengaruhi yang lain. Karena itu, kata dia, dalam komunikasi selalu temukan tiga unsur yakni komunikator, pesan dan komunikan. 

Lebih lanjut dikatakan  Pemimpin Redaksi Media CERMAT, ada beragam jenis dan bentuk public speaking yang kita jumpa dalam drama hidup harian, antara lain pidato, MC, orator dari para demonstran dan lain sebagainya. 

Pada kesempatan itu peserta diberikan tips-tips praktis dalam ber-public speaking sebagai suatu keahlian berkomunikasi di depan umum agar pesan tersampaikan dengan efektif.Semua orang, kata Djomba, butuh public speaking karena kita memiliki sebuah pesan/gagasan/ide untuk disampaikan kepada orang lain. Bicara tentang public speaking tidak hanya sekedar pintar Bicara, tetapi juga dibarengi dengan kemampuan: Membaca, Menulis, Mendengar dan Berpikir Kritis. Kalau malas menulis dan membaca dan berpikir kritis akan sangat sulit bisa bicara sempurna.

"Jangan takut berbicara, pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang suka bermain dengan bahasa. Baca, menulis dan latihlah berbicara di depan umum. Maka kamu pasti didengar dan saat itu sebenarnya kamu sudah menjadi seorang pembicara", kata Djomba mengakhiri paparan materinya.(sip)*

Insert foto: Peserta LKTD

Thursday 21 January 2016


BAJAWA, vigonews.com  – Meski belum dikerjakan, Proyek Jalan Usaha Tani (JUT) di Desa Wue, kecamatan Wolomeze diduga diam-diam sudah di-PHO (Provisional Hand Over). Proses itu jelas-jelas meresahkan masyarakat di desa itu. 

Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan (P3) Kabupaten Ngada diduga menyalahi prosedur karena telah melakukan Provisional Hand Over (PHO) terhadap proyek yang diduga fiktif. Proses PHO itu sudah dilakukan per 31 Desember 2015 lalu atas proyek Jalan Usaha Tani (JUT) di Desa Wue, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada.


Proses PHO yang diduga tidak didahului survey dari panitia itu baru diketahui masyarakat dua minggu setelah proses PHO berlangsung. Sementara di lapangan tidak ada bentuk fisik proyek yang dikerjakan. Hal ini tentu mengundang reaksi masyarakat yang mengetahui bahwa PHO itu sudah dilakukan.


Proyek JUT sepanjang 600 meter itu adalah akses bagi para petani dari kampung Wue menuju Irigasi Lewur Felu. Dengan harapan, jalan ini akan memberi kemudahan bagi para petani menuju areal pertanian di desa itu. Selama ini masyarakat kesulitan terutama harus memobilisasi hasil-hasil pertanian. Karena itu dengan adanya proyek ini masyarakat menaruh harapan besar. Sayangnya proyek yang diketahui berasal dari dana DAK 2015 itu malah belum terrwujud.


Beberapa warga yang dikonfirmasi awak media membenarkan sampai saat ini proyek jalan menuju daerah pertanian milik para petani di desa itu belum dikerjakan sama sekali. Yang kelihatan hanya tumpukan material. “Jalan ini belum ada kelihatan akan dikerjakan. Memang sudah ada material. Dua hari lalu kelihatan ada kendaraan turunkan material. Tetapi hari ini tidak lihat lagi,” kata Fitus Lopong warga Desa Wue, Kamis (21/1).


Fitus adalah salah seorang petani yang punya lahan di daerah irigasi Lewur Felu. Jalan yang menghubungkan daerah pertanian itu seharusnya mulai dikerjakan persis dari depan rumahnya. Karena rumah Fitus terletak di ujung utara kampung Wue. Sehingga kalau ada aktivitas tentu saja dia pasti mengetahui. Namun sampai hari ini tidak ada tanda-tanda.


Sementara warga lainnya, Apolonaris Lopong mengaku kaget, proyek jalan belum jadi apa-apa kok sudah di-PHO. “Biasanya yang kami tahu PHO baru dilakukan setelah proyek ada wujud fisiknya. Itupun panitia PHO melakukan survey terlebih dahulu. Tetapi kami tidak pernah liat panitia datang survey. Apa juga yang mau disurvey karena memang proyek tidak ada. Jadi klo sudah PHO kapan proyek itu survey,” kata Apolonaris heran-heran.


Dikatakan juga, mestinya kepala desa Wue mengetahui hal ini. Tetapi kalau sampai PHO tanpa ada fisik berarti kepala desa patut diduga ikut bermain.

Sementara Camat Wolomeze Kasmin Belo yang dikonfirmasi, Kamis (21/01/) membenarkan ada proyek JUT yang didanai dari DAK 2015. Hanya dia tidak mengetahui berapa besar pagu dana proyek tersebut. Terkait dengan proyek tersebut, Kasmin mengatakan tim dari Bapeda, Rabu (20/01) sempat turun melakukan monitoring. “Dan memang proyek belum dikerjakan. Hanya saya belum tahu pasti apakah sudah di-PHO atau tidak. Kontraktor mana yang mengerjakan juga kami belum tau. Jadi nanti coba kami cek dulu,” katanya.

Sumber vigonews.com di Bapeda Ngada yang tak mau identitasnya ditulis membenarkan proyek JUT tersebut sudah di PHO sejak 31 Desember 2015 lalu. PHO tersebut terpaksa dilakukan untuk menyelamatkan rekanan yang hingga akhir tahun belum merampungkan pekerjaan. Administrasi  terpaksa dilengkapi meski proyek belum ada wujudnya untuk mengamankan dana supaya tidak diblokir atau kembalikan ke khas negara.


Sementara kepala Dinas P3 Korsin Wea ketika dihubungi wartawan enggan berkomentar banyak. “Tunggu ya pak, saya cek dulu staf saya? Karena saya masih ada tugas di Riung Barat,” kilahnya.


Salah satu proyek JUT yang ada di kecamatan Wolomeze itu didanai dari DAK 2015. Selain JUT,  proyek-proyek yang didanai dari DAK senilai Rp 12 milyar itu antara lain proyek irigasi, pengeras arus dan saluran yang tersebar di seluruh kabupaten Ngada.(ch)*

Insert foto: Ruas jalan utama di kampung Wue menuju proyek JUT fiktif

Wednesday 20 January 2016


BENTENG TAWA, vigonews.com,  - Warga Desa Benteng Tawa ramai-rama tanam anakan cendana pada musim hujan tahun ini. Tanaman yang dinilai langka oleh warga itu didroping oleh Yayasan Puge Figo, Kurubhoko.

Kegiatan penanaman itu dilakukan di lahan masing-masing, setelah sebelumnya mengikuti sosialisasi dari pihak yayasan.  Lebih dari 500 anakan didroping ke desa yang terletak di Kecamatan Riung Barat itu, selanjutnya dibagikan ke masing-masing keluarga untuk ditanam.

Penanggung jawab dari  Yayasan Puge Figo, Naoremon vigonews.com, Selasa (03/11/2015) saat melakukan sosialisasi penanaman dan perawatan tanaman cendana di Dusun Damu dan Waesaok. Realisasi atas sosialisasi tersebut, baru-baru ini, Minggu (10/1/2016) 500 anakan cendana sudah diroping ke masyarakat.

Menurut pria asal Perancis yang kental berbahasa Indonesia mengatakan, cendana merupakan tanaman langka. Kini kembali dibudidayakan sebagai komoditi yang memiliki nilai ekomomi tinggi. Selain bernilai ekonomi, cendana juga menjadi obat-obatan dan  pembuatan kosmetik. Tapi, harus tanam dahulu sebelum dinikmati. "Jangan omong yang muluk-muluk duluan, kita tanam dan rawat dulu ya, pintanya. 

Naoremon yang akrab disapa Mister Nao atau Nao menjelaskan, cendana adalah sejenis tanaman perdu dan parasit, artinya hidup diantara tanaman lain dan pada musim panas bisa mengambil makanan dari tanaman lain. Cendana juga cocok hidup di daerah berhawa sedang seperti Riung Barat. "Tanaman cendana cocok hidup di daerah berhawa  sedang seperti wilayah kita ini," jelasnya.

Ditambahkan Nao,  setelah anakan cendana ditanam  oleh warga akan dilakukan pemeriksaan dan pengawasan tiap tiga bulan. "Kami tidak berhenti pada pendropingan, tetapi kami akan turun periksa dan awasi,”  katanya.

Pengadaan anakan cendana oleh Yayasan Puge Figo tidak bertujuan  bisnis. Kalaupun warga harus membeli cendana  perkoker  Rp 2.000, itu sebagai kompensasi biaya pendropingan hingga tahap pemeliharaan dan pengawasan oleh tim dari yayasan.  Karena itu perlu kesadaran warga dalam  memelihara tanaman ini secara baik.

Terkait dengan kekhawatiran warga akan bahaya kebakaran yang biasanya terjadi pada musim panas Mister Nao menyarankan supaya menanam lebih dulu di kebun atau pekarangan yang tidak rawan kebakaran. Warga juga minta penjelasan soal berapa lama candana bisa dipanen.  Menanggapi hal itu Mister Nao mengatakan pada usia 15 tahun atau lebih. "Tanaman cendana sudah bisa dipotong setelah berumur 15 tahun lebih, ungkap Nao.

Puge Vigo adalah sebuah yayasan yang mempunyai kepedulian terhadap masalah lingkungan melalui gerakan penanaman pohon, teristimewa berbagai jenis tanaman yang dinilai sudah punah namun bernilai ekonomis tinggi. Hal ini yang terus didorong oleh pihak yayasan kepada masyarakat untuk melakukan gerakan penanaman pohon. Hanya warga yang sungguh terpanggil dan serius menanam yang mendapat pendropingan berbagai jenis tanaman, di antaranya cendana.(sip)*

Insert foto: Penanggungjawab Yayasan Puge Figo, Naoremon

Monday 18 January 2016


SOA/NGADA, vigonews.com - Bunga dan Ros (nama asli ada di redaksi) kini tenggelam dalam pesakitan gara-gara digauli ayah mereka. “Benarkah Ayah seorang predator?” Bunga (11) harus melayani nafsu bejat ayah angkatnya (AB) sejak tahun 2013. Sementara Ros terpaksa melayani sang ayah kandung setiap minggu sekali sejak tahun 2015.

Jeritan  Bunga (11) dan Ros (15) benar-benar tenggelam dalam hingar-bingar publik  Ngada mengakhiri tahun 2015  dan  menyambut tahun 2016. Ketika banyak anak sumbringah menyambut tahun baru yang ceria, keduanya malah merintih dalam lirih tanpa akhir. Bunga dan Ros kini tenggelam dalam pesakitan gara-gara digauli ayah mereka. “Benarkah Ayah seorang predator?”

Bunga yang kini duduk di kelas IV sekolah dasar (SD) Waepana, Soa dipaksa melayani nafsu bejat ayah angkatnya (AB) sejak tahun 2013. Akibatnya Bunga menderita batin dan sakit secara fisik. Sementara Ros, siswi kelas VIII SMPN 3 Bajawa Utara (Batara)  jadi bulan-bulanan ayahnya berinisial (FN)  menyalurkan hasratnya yang membabibuta. Kini Ros sedang mengandung janin ayahnya sendiri yang  diperkirakan berusia 21 minggu (6 bulan)

Kisah dua belia - Bunga dan Ros - bakal menyisakan cerita kelam berkepanjangan. Masa-masa indah sebagai anak-anak tidak bisa diputar lagi. Skenario hidup keduanya seperti dipaksa untuk berubah oleh nafsu serakah ayah mereka. vigonews.com mencoba menelusuri kasus keduanya hingga akhirnya terkuak.

Cengkraman Ayah Angkat
Derita panjang yang dialami Bunga – warga Desa Waepana – terungkap dari sebuah ruang kelas di SD Waepana. Merasa ada yang tidak wajar pada diri Bunga, guru walikelas I, Elisabet Meo, seperti terdorong untuk menyingkap rahasia dibalik kondisi bunga. Dipanggilnya anak itu, lalu dengan ramah Elisabet memintanya mencari uban saat istirahat. Ide dadakan cari uban itu justru membuka tabir yang menyelubungi kehidupan bunga bersama ibunya (SI) dan ayah angkatnya (AB) selama dua tahun terakhir.

Informasi tentang hal itu juga disampaikan kepada Kepala Sekolah, Yasinta Waku. Dan kedua guru ini sepakat untuk tetap sabar mengendus tabir dibalik kehidupan Bunga. “Tiga minggu baru Bunga ungkap,” kata Elisabet ketika ditemui vigonews.com bersama Kepala SD Waepana Yasinta Waku,  awal Januari lalu.

“Tiga minggu baru Bunga ungkap,” kata Elisabet ketika ditemui vigonews.com  bersama Kepala SD Waepana Yasinta Waku,  awal Januari lalu. Dikatakan Elisabet, bunga ingin pindah sekolah. Mendengar  itu Elisabet mulai merasa ada yang tidak beres. “Kenapa Bunga mau pindah,” tanya Elisabet. “ Lalu dijawab Bunga, “Karena saya sakit bu guru.” Elisabet melanjutkan, “Bunga sakit apa?” mendengar itu lama sekali Bunga terdiam.

“Saya diperkosa bu guru.” Elisabet terperangah dengan jawaban Bunga. Kok anak kecil kelas IV bisa bilang begitu. Bunga menuturkan, yang melakukan adalah ayah angkatnya sendiri, AB. Kejadian itu, kata Bunga sebagaimana dituturkan kembali Elisabet sudah terjadi sejak Bunga kelas III SD. Hal itu terjadi berulang-ulang.

Mendengar cerita Bunga, Elisabet dan Yasinta akhirnya paham atas kelainan pada fisik dan perilaku Bunga selama ini. Bunga, secara akademik mengalami penurunan drastis. Anak ini juga sering terlambat sekolah, karena terkadang dipaksa harus melayani nafsu bejat ayah angkatnya. Demikian juga kalau pulang sekolah jika suasana rumah sepih dipaksa melayani ayahnya. Pahal Bunga itu anak yang humoris dan  ceria, tetapi sejak peristiwa itu semuanya terbalik.

Kedua  guru sekolah ini kemudian berinisiatif untuk melaporkan kasus ini ke Polsek Soa pada Jumat (11/12/2015). Sorenya pelaku AB langsung diringkus oleh aparat kepolisian Sektor Soa. Kini AB dititipkan di ruang tahanan Polres Ngada di Bajawa untuk diproses lebih lanjut.

Bunga menurut Elisabet dan Yasinta sudah sempat diperiksa ke dokter bahkan di visum. Yang diketahui kedua guru ini bahwa Bunga sudah divisum dan terbukti ada kekerasan seksual. Soal kondisi kesehatan Bunga yang konon cukup serius, Elisabet dan Yasinta enggan berkomentar. “Kami tidak tahu, tetapi memang sudah diperiksa ke doketr. Nanti biar tanyakan saja pada dokternya,” sambung  Elisabet.

Pengakuan tetangga Bunga,  Nikolaus Nawa, pelaku (AB) sering memperlihatkan sikap tak wajar selama ini. Dia sering marah-marah tak jelas. Apalagi kalau ada banyak orang di rumah dia suka marah-marah sembarangan.

Bahkan, kata Niko, AB juga sering menaruh curiga kalau ada orang yang datang ke rumahnya. AB juga tidak suka kalau ada tamu yang bertandang ke rumahnya itu berlama-lama. Tentang Bunga, Niko memang melihat ada perubahan drastis. “Dia seperti layu, tidak semangat, pucat dan sering nangis sendiri.

Ayah Minta Jatah
Sementara Ros kemudian kemudian dihamili oleh ayah kandungnya sendiri. Siswi kelas VIII SMPN 3 Batara itu terpaksa berhenti sekolah karena harus mengurus janin ayah kandungnya FN yang kini sudah 21 minggu. Ros terasing dari teman sekolah, dari keluarga, dan dari lingkungan karena dianggap aib bagi kampung secara budaya.

Kasus Ros terkuak  saat Ros diperiksa  ke sebuahClinic kesehatan milik Yohanes Vianey Wonga di kecamatan Soa oleh kedua orangtuanya FN dan MN. Uniknya, meski sudah menggauli anaknya hampir setiap minggu sejak Ros Kelas VII, FN masih berani mengantar putrinya  periksa Clinik, yang katanya putrinya  sudah tidak haid selama enam bulan dan diduga mengidap penyakit tertentu. Ros adalah warga Desa Nabelena, kecamatan Batara. Selasa (05/01/2016).  

Ketika dikonfirmasi vigonews.com, Mantri Vianey menuturkan, mendapat penjelasan dari kedua orang tua Ros, dirinya kemudian memeriksa Ros.  Setelah periksa Ros positif hamil. “Saya bilang  kepada kedua orang tuanya kalau Ros ini hamil. Saat saya omong begitu mamanya kaget,” jelas Vianey.

Mendengar penjelasan Vianey, MN  langsung menyergap, “Tidak mungkin pa. Anak saya ini kan masih kecil, dia masih SMP. Mana mungkin dia hamil. Ini tidak mungkin,” kata MN tidak percaya dengan hasil pemeriksaan Vianey. Karena merasa ada yang tidak beres kasus ini kemudian dilaporkan ke polisi.

Mendengar itu, FN keberatan dengan alasan pelaku adalah adik kandunganya sendiri. Ini aib keluarga jadi sangat tidak pas kalau lapor adiknya ke polisi. Vianey menangkis, “tapi ini anak di bawah umur pa.” Vianey juga makin yakin pelaku bukan PS – adik kandung FN - tetapi ayahnya sendiri. Usia kandungan dengan kedatangan PS yang konon baru pulang dari Kalimantan bulan Oktober tidak masuk akal.

Menurut Vianey, kasus itu akhirnya dibawa ke polisi karena keterangan Ros berubah-ubah menjawab pertanyaan petugas kesehatan, apalagi kalau dekat ayahnya dia seperti ketakutan. Karena alasan itu, polisi kemudian memeriksaa keduanya secara terpisah. Ros pun mengaku bahwa dirinya dihamili ayah kandungnya sendiri. Dia sering diminta jatah perminggu sejak masih duduk di kelas VIII SMPN 3 Batara. Hanya Ros takut karena diancam FN kalau memberitahukan hal ini kepada orang lain termasuk MN, ibu kandung Ros.

Kepolsek Soa, Ipda Arnol Nango ketika dikonfirmasi Kamis (14/01/2016) mengatakan, kasus pemerkosaan anak dibawah umur itu sedang  ditangi pihak kepolisian. Berkasnya kini sudah hampir rampung. Bersamaan dengan kasus Waepana, pihaknya juga sedang menangani kasus pemerkosaan anak di bawah umur oleh ayah kandungnya yang terjadi di Bajawa Utara atas laporan ibunya. Karena ini kasus anak dibawah umur, maka sesuai laporan pihaknya akan melakukan proses sesuai dengan UU Perlindungan anak. “Kita akan proses secepatnya. Ini kasus yang menimpa anak di bawah umur,” Kata Arnol. (edj)*

Insert foto: Ilustrasi

MATALOKO/FLORES, vigonews.com  – Majalah dinding (Mading) tidak sekedar kegiatan menempel tulisan-tulisan di papan. Tetapi Mading justru membawa pengalaman bernilai bagi mahasiswa calon guru di STKIP Citra Bakti, Ngada pada pengalaman menulis.

Sebagai calon guru sekolah dasar (SD) Prodi PGSD STKIP Citra Bakti, Semester VII mengembangkan proses kreatif melalui aktivitas Mading. Mading dengan beragam konten dinilai menjadi sarana bagi para calon guru SD itu untuk meningkatkan kompetensi menulis. Diharapkan proses kreativitas Mading itu menjadi bekal bagi para calon guru kelak nanti mengembangkan tugas mendampingi  anak di tempat tugasnya.

Terkait dengan itu, Prodi PGSD STKIP Citra Bakti Ngada menggelar kompetisi Mading antar kelompok mahasiswa diakhir kuliah semester VII lalu. Kegiatan itu dilaksanakan di ruang PG PAUD kampus setempat, Sabtu (09/01/2016).

Proses kreativitas itu juga sekaligus menjadi tugas akhir kuliah semester. Karena itu, 54 mahasiswa yang mengikuti kuliah jurnalistik pada semester VII secara berkelompok berkompetisi dalam ajang adu kreativitas menciptakan mading yang terbaik sekaligus untuk memperoleh nilai ujian akhir semester (UAS).

Menurut Dosen Pengampu mata kuliah Jurnalistik, Emanuel Djomba, S.S, Kompetisi Mading antar kelompok itu hanya sebagai kiat untuk pengembangan kompetensi menulis bagi para mahasiswa di lembaga pendidikan calon guru itu. "Ada banyak kiat yang bisa dibuat. Hanya saya melihat dalam mading kaya akan konten yang bisa jadi model untuk meningkatkan kemampuan menulis para calon guru," kata Djomba.

Konten Mading dengan berbagai jenis karya tulis, kata Djomba yang juga Pemimpin Redaksi Media CERMAT itu, dinilai cukup efektif untuk mengembangkan kemampuan menulis mahasiswa calon guru. Karena itu dia mencoba menggunakan Mading sebagai salah satu model untuk memulai pembiasaan menulis dan membaca di kalangan mahasiswa yang kelihatan lesu.

Selain itu, pengembangan Mading bagi mahasiswa calon guru dilatari pengalaman sejak dirinya terlibat mendampingi mahasiswa program D-2 PGSD saat PPL antara tahun 2010 hingga 2012. Dalam kunjungan ke sekolah-sekolah ternyata sebagian besar tidak memiliki mading. Kalau pun ada Mading dalam kondisi 'hidup enggan mati pun segan.' Bahkan ada sekolah yang tidak memiliki Mading. Dari pengalaman itu mendorongnya menjadikan proses kreativitas ini sebagai model pengembangan belajar menulis di lembaga pendidikan calon guru itu. Karena mati hidupnya mading tergantung pada gurunya. Hanya, niat itu baru kesampaian setelah lembaga ini menjadi sekolah tinggi dengan jurnalistik sebagai salah satu matakuliah wajib.

Menurut Djomba, Mading mestinya menjadi oase guna menyegarkan intelektualitas siswa mulai dari sekolah dasar. Dari sana siswa mulai belajar menulis dan membaca guna mengembangkan sikap kritis. Dari proses kreativitas ini setidaknya dapat meningkatkan budaya minat baca dan tulis bagi masyarakat. Budaya ini memang harus dimulai dari guru. Makanya ada ungkapan Guru itu digugu dan ditiru.

Sebagai calon guru, mahasiswa STKIP Citra Bakti menjadi kelompok strategis dalam menghidupkan budaya baca-tulis di lembaga pendidikan di masa depan ketika mereka menjadi guru. Karena budaya baca-tulis merupakan tradisi intelektual yang tidak tergantikan. Itu sebabnya, pengembangan model kemampuan menulis berbasih Mading dinilai cukup efektif, perlu dan harus dilakukan.

Dalam kompetisi mading itu diikuti 10 kelompok mahasiswa dengan berbagai tema aktual. Melalui proses kreativitas itu, tema yang diaktualisasi dalam berbagai bentuk tulisan kemudian ditempel di mading. Tema natal dan tahun baru masih menjadi perhatian mahasiswa. Tema aktual lainnya adalah gender, kenakalan remaja, komunikasi sosial, keindahan, kepahlawanan dan pariwisata yang secara khusus mengekplorasi pesona wisata 17 pulau Riung.

Dari tema-tema tersebut masing-masing anggota kelompok kemudian menulis konten mading, mulai dari salam redaksi, news, artikel/feature, opini, tips, puisi/pantun, cerpen, ilustrasi, karikatur dan jenis tulisan lainnya. Kemudian, tulisan yang sudah dihasilkan lantas dipresentasekan oleh penulisnya sendiri.

Presentase itu dilakukan secara berkelompok yang kemudian mendapat tanggapan dari kelompok lain sehingga semakin memperkaya isi mading. Selain kesesuaian karya dengan tema, masing-masing menampilkan mading sebagai karya seni dengan dekorasi, disain tata letak eksotik, sehingga tidak asal tempel. Mulai dari tata letak, nama mading, tema, edisi, salam redaksi, susunan redaksi, konten mading hingga tips dan pojok mading. Semuanya dikonfigurasikan dalam areal mading dengan ukuran tertentu. Dengan cara ini tampak mading menjadi menarik yang tentu saja dapat mendorong siswa untuk membaca.

Salah seorang mahasiswa, Dina Maria Hildegardis menilai kompetisi Mading sangat menginspirasinya terkait dengan tugasnya menjadi guru. Sebagai guru dia merasa tertantang untuk mengembangkan kreativitas menulis karena melalui kegiatan ini akan mendorong anak untuk membaca. Dina yang mengangkat tema 'Pesona Riung' pada mading kelompoknya, mengakui di sekolah tak jarang mading hanya nama. Tetapi dengan kompetisi ini memacu dirinya untuk mewujudkan dan menghidupi mading di sekolah dasar, sehingga memberi manfaat bagi siswa. "Menghidupi mading sama dengan menghidupi budaya intelektual pada siswa sejak dini," ujar Dina. 

Di bagian lain Waket bidang Kemahasiswaan STKIP Citra Bakti, Maria Patricia Wau merespons dan selalu mendukung setiap kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan kompetisi mahasiswa calon guru, termasuk menulis. Terkait dengan kompetensi menulis, pihaknya sudah membentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) jurnalistik. "Ke depan kegiatan akan diprogram secara baik dengan melibatkan mahasiswa minat khusus dan didampingi dosen pengampu MK Jurnalistik," katanya.(ch)*

Insert foto: Mahasiswa Prodi PGSD STKIP Citra Bakti Ngada