Responsive Ads Here

Wednesday 17 August 2016


Vigonews.com, BAJAWA - Perayaan kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 tahun di Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada tahun ini sedikit berbeda. Pasalnya, usai apel HUT RI 17 Agustus 2016 pagi tadi, masyarakat Ngada pun dihibur peragaan busana limbah  dan fashion show dari anak-anak difabel asal Sekolah Dasar Luar Biasa, Bajawa.

Uniknya lagi, gaun barang bekas itu dihasilkan dari bungkus deterjen, dan gelas plastik minuman mineral. Sementara itu, peragaan busana dari anak-anak difabel asal SDLB Bajawa ini menarik perhatian ratusan pasang mata masyarakat Ngada yang mengikuti upacara pengibaran bendera kemerdekaan RI.

Selain itu, peragaan busana dari SDLB ini semakin terharu, pasalnya salah satu peserta yang berjalan menggunakan kedua lututnya, berulang tahun di hari peringatan kemerdekaan RI tersebut.

Usai melenggak-lenggok bagai model profesional, peserta fashion show pun berkesempatan foto bersama dengan Bupati dan Wakil Bupati Ngada, Marianus Sae-Paulus Soliwoa.

"Kami mengundang Bapak Bupati dan Wakil Bupati Ngada untuk foto bersama dengan peserta peragaan busana," ajak pembawa  acara dari microfon podium apel Kemerdekaan RI ke-71 tahun.

Busana limbah dipentaskan oleh OMK St. Yoseph,  Orang Muda Gereja Ebenhaeze Bajawa dan siswa sekolah dari sejumlah sekolah.

Peringatan HUT RI ke-71 juga dimeriahkan dengan marching band dari SMA Negeri 1 Bajawa dan SMAK Regina Pacis Bajawa, serta sejumlah atraksi kesenian dari berbagai sekolah di Kota Bajawa dan sekitarnya.(ydlm)

Insert foto: Penampilan fashion show busana limba meriahkan HUT RI ke-71

Vigonews.com, BAJAWA - Bupati Ngada, Marianus Sae mengajak generasi muda untuk berpartisipasi dalam setiap pembangunan di wilayah tersebut, sebagai upaya memaknai kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71 tahun.

"Anak muda harus benar-benar berperan pada pembangunan ini, marilah bersatu padu untuk membangun daerah ini," ujar Marianus disela apel HUT 71 RI di Lapangan Kartini, Bajawa, Rabu (17/08/2016).

Dalam kesempatan itu, Marianus menilai peringatan 17-an sebagai upaya mengenang perjuangan para pahlawan bangsa dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

"HUT RI ke-71 ini sebagai bagian mengingat kita pada nilai-nilai perjuangan para pahlawan dan pendiri negara ini," ungkapnya.

Untuk itu, pasangan kerja Paulus Soliwoa ini berharap seluruh jajaran terkait dan masyarakat Ngada serius bekerja sesuai keahliannya masing-masing.

"Ini sebagai refleksi kita untuk seluruh bangsa ini supaya lebih giat bekerja untuk menjawabi nilai-nilai perjuangan dari pendiri negara ini, dengan kerja nyata," pungkas Marianus. (ydlm)

Insert foto: Bupati Marianus Sae dan Wabup Paulus Soliwoa ja'i bersama anak-anak dalam atraksi anak-anak pada HUT RI ke-71

Tuesday 16 August 2016


Vigonews.com, BOAWAE - Dalam hitungan jam, peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 tahun berlangsung. Sejumlah tantangan dan peluang bagai sepasang roda yang terus menyertai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun, tantangan dan peluang itu dapat terlewati dengan baik apabila seluruh generasi muda Indonesia, khususnya pemuda asal Kabupaten Nagekeo, NTT mampu menopangnya dengan semangat yang sama menghasilkan kerja nyata dengan ikut membangun perekonomian yang mandiri.

Pembangunan ekonomi mandiri harus dimulai dari niat yang tulus dan keinginan yang kuat dalam melihat keterbatasan kondisi sekitar yang bisa dikelola menjadi kelebihan lokal di sekupan nasional bahkan internasional.

Hal demikian, menjadi harapan dan cita-cita Ketua DPD Partai NasDem Nagekeo, Eka Humayana F.M. terhadap kontribusi generasi muda Nagekeo di dalam mengisi kemerdekaan RI.

"Menyongsong HUT Kemerdekaan RI ke-71, mari kita kaum muda merefleksi untuk mengisi kemerdekaan ini dengan kemerdekaan ekonomi," kata Eka saat dihubungi awak vigonews.com, Selasa (16/08/2016).

Kemerdekaan ekonomi yang Eka maksudkan adalah insan muda Nagekeo harus mampu membuka lapangan pekerjaan di tempatnya berasal, guna mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan.

"Kita harus berupaya menciptakan lapangan pekerjaan serta memberi motivasi di lingkungan masyarakat kita masing-masing," terangnya. (ydlm)

Insert foto: Profil kaum muda di era kemerdekaan

Monday 15 August 2016


Vigonews.com, SOA/NGADA – Mobil  kijang pikap dengan nomor polisi EB 7479 AD yang dikendarai Pater Ubaldus, OCD ringsek setelah menabrak pohon di desa Meliwaru, kecamatan Soa, Senin (15/08/2016).

Ini kecelakaan kedua yang menimpa Pater Ubaldus di ruas jalan Soa – Bajawa. Sembilan bulan yang lalu (14/11/2015) mobil yang sama, yang dikendarai Pater Ubaldus juga terjun ke jurang di desa Inelika,  kecamatan Bajawa. Ketika itu kondisi mobil  juga ringsek setelah menabrak pohon di tebing.

Menurut saksi mata, Yohanes Vianey Wonga kepada vigonews.com, Senin siang, kecelakaan itu terjadi sekitar pkl. 14.30 wita. Kijang yang dikendarai Pater Ubaldus bersama tiga penumpang lain meluncur di ruas jalan Meliwaru sebelum masuk desa Seso dari arah Bajawa. Saat itu Pater Ubaldus hendak menuju Maronggela, kecamatan Riung Barat.

Sampai di tikungan halus sebelum masuk Betho Laka, entah bagaimana mobil tiba-tiba meluncur ke luar jalan hingga menabrak pohon di pinggir jalan bagian kanan arah perjalanan. Akibatnya, kondisi mobil ringksek, namun para penumpang termasuk pengemudi selamat dalam kecelakaan itu.

Meski kondisi bemper dan kap rusak, namun menurut Viani begitu saksi mata biasa disapa, pater Ubaldus selamat dalam kecelakaan itu, dan sempat dilarikan ke Puskesmas Waepana untuk mendapat penanganan. “Kelihatan pater Ubaldus mengalami guncangan.  Tetapi syukurla Pater Ubaldus selamat, dan tidak mengalami cedera apapun,” terang Viani.

Sementara Pater Nabas, OCD yang dikonfirmasi melalui ponselnya membenarkan kecelakaan yang menimpa Pater Ubaldus di Meli. Hanya dia belum memperoleh informasi kondisi Pater Ubaldus terakhir, karena masih di Puskesmas Waepana. “Saya belum dapat informasi, makanya sekarang saya baru menuju Soa,” kata Pater Nabas yang dihubungi sedang berada di Maronggela.

Pater Nabas juga belum memperoleh informasi penyebab terjadinya kecelakaan. Hanya dia membenarkan, pada November tahun lalu Pater Ubaldus juga mengalami kecelakaan ketika mengendarai mobil yang sama. “Entah kenapa lagi dengan itu mobil, saya belum tahu. Mobil itu juga baru keluar dari bengkel setelah kecelakaan bulan November tahun lalu,” jelas Pater Nabas.

Kapolsek Soa, Ipda Pol. Arnold  Nango ketika dikonfirmasi membenarkan kecelakaan yang menimpa Pater Ubaldus. Menurut Arnold, kecelakaan dengan mobil yang sama itu sudah terjadi du kali, dan bulan November tahun lalu juga nabrak pohon di Tanawau.

Menurut Arnold, kecelakaan itu terjadi diduga karena Pater Ubaldus Ngantuk ketika sedang mengendarai mobil milik OCD itu. Akibatnya mobil lari ke ruas jalan ke sebelah kanan hingga menabrak pohon di pinggir jalan. “Pater Ubaldus setelah peristiwa itu langsung dilarikan ke Puskesmas Waepana karena cedera ringan di dagunya,” jelas Arnold.(ch)*

Insert foto: Mobil Pater Ubaldus, OCD  ringsek akibat tabrak pohon

Wednesday 10 August 2016


Vigonews.com, MBAY/FLORES – Klub  Aeramo FC mengalahkan Klub Kuru FC dengan tujuh gol tanpa balas di stadion Toto Kecamatan Wolowae Kabupaten Nagekeo Selasa (9/8) sore waktu setempat.

Ketujuh gol anak asuh Kepala Desa Aeramo Seravinus Mena dan pelatih utama Jek dan asisten pelatih Roy itu diciptakan oleh Marianus di menit ke 8 babak pertama, dan dua gol oleh Noko, dan Tonce. Empat gol di babak kedua diciptakan oleh Aron pada menit ke 56. Kemudian 3 gol lainya dipersembahkan oleh pemain Noko, Tonce dan Boas.


Jalannya pertandingan di babak pertama yang dipimpin oleh wasit Piter Bora bisa dikatakan berjalan normal, namun di 15 menit pertama, Klub Kuru itu dikepung oleh sang Kapten Aeramo FC Haris Aja mantan Pemain PSN Ngada dan kawan-kawan.


Terhitung hanya beberapa peluang yang didapatkan dari klub asal Kecamatan Wolowae tersebut, di antaranya tendangan keras pemain dengan nomor punggung 7 masih jauh di atas mistar gawang Gerar.


Hingga tambahan waktu dua menit di babak pertama baik Aeramo FC dan tim Klub Kuru tidak lagi menambah pundi-pundi gol. Skor masih 3-0 untuk Aeramo FC.


Pertandingan itu, anak-anak Aeramo Fc lebih dulu membongkar gawang Klub Kuru FC pada menit ke 8 babak pertama melalui kaki pemain Marianus. Gol indah ini tercipta melalui sebuah tendangan voli yang dilepas ke arah gawang namun penjaga gawang Kuru FC out position sehingga bola dengan mudah menggetarkan gawang Klu Kuru.


Setelah unggul satu kosong oleh anak asuhan Kepala desa Aeramo Seravinus Mena dan pelatih utama Jek dan asisten pelatih Roi, semakin memanaskan. Selang berapa menit umpan silang dari Aron Reo disambut oleh Noko di lepas tendangan keras dari luar kotak  pinalti sehingga terjadi gol yang kedua.


Seravinus Mena

Kelihatan Klub Kuru semakin memanas. Pada menit ke 20 Aeramo FC merubah teknik permainan oleh Sang Kapten Haris Aja Mantan pemain PSN Ngada itu dengan bola panjang, sehingga pada menit ke 25 lagi-lagi pemain Aeramo FC Tonce dengan sepekulasi yang akurat dari garis tengah sehingga kelihatan jaring gawang kesebelasan Kuru lagi-lagi mengetar. Skor ini tetap bertahan hingga pemain kedua tim turun minum.

Masuk babak kedua, pemain Aeramo Fc menguasai jalannya pertandingan dan bola lebih banyak bergulir di lini pertahanan klup Kuru. Klub Kuru terlihat tumpul di lini depan dan lebih banyak mengandalkan serangan balik.


Gempuran demi gempuran anak-anak Aeramo lagi-lagi melahirkan gol melalui pemain Aron Reo menit ke 53. Gol indah ini dihasilkan memanfaatkan umpan silang lalu terjadi kemelut depan gawang. Aron memanfaatkan moment ini dengan baik melahirkan gol. Kemudian 3 gol lainya dipersembahkan oleh pemain Noko, Tonce dan Boas.


Hingga perpanjangan waktu dua menit, tim Klub Kuru tidak lagi bisa menambah pundi-pundi golnya, sehingga hasil 7- 0 di menang oleh Aeramo FC.


Pelatih Utama Jek biasa ia disapa mengatakan optimis akan memasuki tiket final piala Toto Cub II ini. Karena dirinya yakin dengan pola permainan anak asunya begitu gemilang dengan serangan-serangan begitu cepat. Namun dirinya tetap meminta atas dukungan semua pihak agar Aeramo FC bisa merebut ke tiket final nanti, dan optimis rebut Toto Cup VII.


Pertandingan berikutanya pada Jumat (12/8) Aeramo FC akan bertemu Klu Nangadhero merebut tiket  keFinal. (kt)


Insert foto: Kesebelasan Aeramo FC pesta kemenangan usai bungkang Kuru FC

Vigonews.com, SOA/NGADA - Kehidupan keluarga-keluarga kristiani  kian rapuh. Kurikulumnya cuma satu: 'keteladananan.' Jadikan keluarga pusat keteladanan dan bertumbuhnya nilai kebaikan. Demikian antara lain intisari Khotbah Vikep Bajawa, Rm. Yosef  Daslan, Pr ketika memimpin perayaan ekaristi penerimaan Komuni Pertama di Waepana, Soa, Jumat (04/08/2016).

Ditegasnya Rm. Yosef, Komuni pertama mesti kembali kepada esensinya sebagai wujud solidaritas dan tempat menumbuhkan kembali keteladanan dalam keluarga yang kini memburuk.

Di kapela Waepana Rm. Yosef Daslan memberi komuni perama kepada 89 anak. Bersamaan dengan itu, di empat gereja lain, yakni di Masu, Loa, Piga dan Mengeruda;  juga diselenggarakan misa komuni pertama. Perayaan komuni pertama ini berlangsung serentak di Paroki Salib Suci Soa kepada lebih dari 400 anak.

Dikatakan Rm. Yosef, komuni pertama menjadi momentum dimana anak dapat menerima sakramen ekaristi sebagai tanda Kristus hadir di dalam dirinya. Peristiwa iman dimana Kristus solider dengan memberi dan mengorbankan diri bagi sahabat-sahabatnya.

Rm. Yosef  Daslan khotbahnya menekankan pentingnya keteladanan dalam keluarga dimana orang tua menjadi faktor penting dalam menumbuhkan iman anak. Karena, belakangan sikap keteladanan dalam keluarga kian rapuh.

Apa tugas kita orang dewasa? "Hari ini kita bergembira mengantar anak setelah menyiapkan mereka. Kegembiraan harus merupakan bentuk tanggung jawab dalam mendampingi anak sehingga iman mereka tumbuh dan menghasilkan perbuatan nyata. Bukan sekedar kegembiraan  pesta," kata Rm. Yosef.

Lanjutnya, "kita beri contoh, sikap orang tua yang tidak memberikan keteladanan dalam keluarga sama dengan menyesatkan anak-anak  sebagaimana amanat firman Tuhan. Atau dengan kata lain orang tua harus menjadi contoh dan panutan dalam keluarga," papar Rm. Yosef.

Anak-anak, sambung Rm. Yos, hari ini datang  sambut baru. Tetapi jangan sampai orang tua baru sambut lagi hari ini, karena harus antar anak? "Apa ini jadi contoh? Bagaimana anak bisa liat dan bisa ikut beribadah, bersikap baik, kalau orang tua tidak pernah beri teladan yang baik," tanya Rm. Yosef  retoris.

Ditegaskannya, sekarang ini anak-anak dan orang muda kehilangan figur contoh dalam keluarga. "Kita bisa lihat, berapa banyak orang tua yang mendorong anak pergi ke gereja, tetapi mereka sendiri tidak pergi.  Bilang anak harus ke gereja tapi orang tua tidak pergi. Orang tua santai di rumah atau pergi ke tempat lain," sindir Rm. Yosef.

Orang tua, tegas Rm. Yosef,  kebanyakan menganut iman MPP. Apa itu iman MPP? 'Kalau anak mau sambut  baru  - orang tua maju pelan-pelan, tetapi setelah sambut baru - orang tua mundur pelan-pelan lalu menghilang.

Karena itu, peristiwa iman yang dirayakan hari ini bukan hanya untuk anak, tetapi untuk orang tua dan keluarga. Hari dimana orang tua bersama-sama dengan anak-anak menerima kristus. Melalui momentum ini, keluarga-keluarga belajar solider dengan orang lain seperti Kristus solider dan memberi dirinya sebagai santapan yang memberi kekuatan kepada umat-Nya.

Rm. Yosef Daslan, Pr
Biasanya dari waktu ke waktu komuni pertama tidak lagi menjadi hari keluarga - ayah, ibu, dan anak bersama saudara terdekat untuk memupuk kebersamaan. Pulang gereja orang tua yang senang-senang dengan teman-temannya, sementara anak 'tersiksa' tanpa teman. Lalu kapan kita menjalani tugas mewartakan Kristus yang solider? Dalam wujud apa?

Kebahagiaan kita, kata Rm. Yosef  seharusnya  bukan pada hari ini saja, tetapi ketika anak-anak kita mampu meneladani perbuatan-perbuatan baik yang orang tua wariskan dalam kehidupan hari demi hari. Karena itu, pembinaan iman, keteladanan harus berkelanjutan baik di rumah maupun di sekolah.

Menurut  Rm. Yosef  pendampingan kepada anak perlu berkelanjutan. Kurikulum tidak banyak, hanya keteladananan. Jadikan keluarga menjadi  pusat keteladanan dan bertumbuhnya nilai kebaikan.

Di bagian lain arahannya, Rm. Yosef  menyampaikan sebuah cerita: "Suatu ketika saya lewat depan sebuah TK." Beberapa anak menyambut dengan ucapan "selamat pagi om romo." Gurunya menyela "anak bodok, bukan selamat pagi tetapi sore."

"Saya menanggapi ibu guru: "bukan ibu, mereka tidak bodok. Karena mereka memang taunya selamat pagi saja, sebab sekolahnya pagi. Jadi, selamat siang dan sore juga malam harus diajarkan orang tua di rumah.

Yang dimaksudkan Rm. Yosef  bahwa penanaman nilai bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah tetapi juga keluarga, karena sebagian besar waktu anak berada bersama orang tua di rumah. "Jadi penanaman nilai perlu kerja sama antara keluarga dan sekolah," kata Rm. Yosef.

Keluarga, kata Rm. Yosef  harus menjadi Gereja mini. Tetapi jangan hanya gagah-gagahan menyebut Gereja mini. Mana Gereja Mini? Doa saja tidak pernah, tidak ada penanaman nilai, makan saja di depan TV. Tidak pernah ada kebersamaan. Padahal Gereja itu ditandai dengan kebersamaan dan keteladanan.(ch)

Insert foto: Anak-anak komuni pertama

Saturday 6 August 2016


Vigonews.com, BAJAWA/FLORES - SMP satu atap Satu Bajawa menyelenggarakan pelatihan Menulis Bebas di sela-sela kegiatan Perkemahan Jumad Sabtu Minggu tingkat SMP Satap Satu Bajawa ( 06/08/2016).

Kegiatan ini didampingi oleh  Mertin Lusi dan  di ikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 89 siswa yang terdiri dari kelas satu hingga kelas. Tiga.

Kepada Media Vigonews.com  kepala sekolah SMPN satap satu Bajawa Wunu Veronika mengatakan bahwa kegiatan pelatihan Jurnalistik ini memang yang pertama kalinya digelar dan tentunya ketika siswa dilatih menulis akan mendukung kemampuan berkomunikasi siswa baik di sekolah maupun dirumah.

Vero demikian dia biasa disapa juga mengatakan bahwa selain mata pelajaran yang ada di kelas, siswa juga perlu mendapatkan pendidikan ekstra diantaranya dalam bentuk kemping Pramuka dan latihan menulis. Baginya ini akan sangat mepengaruhi dan mendukung kemampuan siswa dalam proses KBM di kelas.

Untuk lebih mendalami dunia tulis menulis, dirinya berjanji agar akan ada pelatihan Jurnalistik secara detail agar siswa mendapat pengetahuan lebih sehingga siswa tidak hanya sekedar tahu tapi bisa.

"Saat ini kami sudah memikirkan waktu untuk menggelar pelatihan Jurnalistik ini. Dan hal ini sebagai bagian daari upaya sekolah untuk mendukung minat dan bakat siswa dalam dunia tulis menulis," katanya.

Sementara itu secara terpisah pembina Pramuka SMPN satap Satu Bajawa Siprianus Nay didampingi  Nobertus Roja kepada Cermat  juga mengatakan sangat bangga siswa dapat mengetahui dasar-dasar dalam menulis sehingga siswa mampu mengungkapkan pengalaman dalam tulisan.

Selain itu, peserta pelatihan Vinsensia Agustina Nay kelas 3 dan  Arnoldus Bramantio Siwe siswa kelas satu mengaku sangat senang mendapat pengetahuan tentang menulis yang mendukung minat dan bakatnya selama ini.

"Selama ini saya bingung bagaimana arah dan tujuan saya menulis dan sekarang saya mengerti cara menulis yang baik dan benar", kata Ensy dan Tio.(ch)

Insert foto: Siswa serius menulis


Wednesday 3 August 2016


Vigonews.com, BOAWAE/FLORES  – Hampir  setahun, uforia MEA begitu manis terucap dari mulut para pejabat di negeri ini. Namun, apa yang terucap tak sebanding dengan proses menuju cita-cita bersama itu. Bayangkan hingga pertengahan tahun 2016, masih ada lembaga pendidikan milik pemerintah yang berdinding sasakan bambu dan tanah sebagai lantainya.

Mirisnya pendidikan nasional, bisa terlihat dari tampilan Sekolah Dasar Negeri Aebowo, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur yang belum memiliki bangunan permanen. Padahal, hingga kini telah memiliki 5 (lima) kelas dengan anak didik hampir ratusan siswa.

"Saat ini baru sampai kelas lima, untuk kelas enam rencananya tahun 2016, termasuk dalam dua gedung (permanen) itu. Untuk ruang kelas enam sama ruang guru," terang Kepala SDN Aebowo, Theresia Nena kepada CERMAT beberapa waktu lalu.

Theresia pun berharap rencana pembangunan sejumlah bangunan dapat terealisasi dalam waktu dekat. Namun, sebagai seorang pendidik pihaknya lebih memfokuskan diri pada proses belajar-mengajar dan pengembangan kemampuan anak didik.

"Harapan saya sebagai kepala sekolah (SDN Aebowo) untuk kedepannya, yang baik itu gedung, maupun murid atau guru terealisasi dengan baik," tandasnya.

Dalam kesempatan itu, punggawa SDN Aebowo ini sedikit mengisahkan perjuangan masyarakat setempat dalam mewujudkan sarana-prasarana pendidikan. "Saya baru tiga bulan (jabat kepala sekolah), tapi saya sudah mengalami bagaimana kerja kerasnya orang tua siswa dan komite itu luar biasa. Perhatiannya luar biasa, baik terhadap gedung maupun murid dan guru-guru (SDN Aebowo), sangat luar biasa," kisah Theresia.

Sementara itu sebagai penggagas, Silvester Nuwa bercerita instansi pendidikan ini terbentuk akibat kelebatan anak didik saat dirinya menjabat Kepsek SDK Mulakoli.

"Karena kelebatan murid di SDK sekitar 260 murid, lalu jangkauan penduduk sekitar SMP IV Boawae (Aebowo) cukup jauh akhirnya saya berkomunikasi dengan Kepala Dinas PPO Kabupaten Nagekeo, saat itu Bapak Lukas Mere," terang Sil, sapaan akrab Silvester Nuwa.

Singkatnya, usai bertemu Lukas Mere, Sil pun secara intens membangun komunikasi dengan pemilik lahan. Hingga akhirnya, tanah seluas 1 hektar lebih itu mampu terbeli dengan dana Rp 20 juta dari harga awal sebesar Rp 65 juta.

"Lalu kami bayar, kemudian minta kesediaan masyarakat swadaya dan kerja darurat akhirnya dengan dua kelas, kelas satu masih di Kantor Desa Mulakoli, sementara disini (Aebowo) kelas dua," tutur pensiunan guru tersebut.

Dukungan Masyarakat

Terkait dukungan, Sil mengakui SDN tetap tegar berdiri di pedalaman Aebowo dipengarui oleh bantuan tulus dari orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya. Bahkan, masyarakat pula menyediakan tenaga dan anggarannya untuk membangun dan melengkapi sarana-prasarana sekolah.

"Sarana masih apa adanya dari masyarakat, pake meja bambu, lalu fondasi, disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.

Kalo kursi, untuk sementara setiap siswa diwajibkan membawa kursi masing-masing. Sejauh ini orang tua mendukung," urainya.

Namun, gencarnya dukungan masyarakat tidak sebanding dengan tanggapan pemerintah daerah Nagekeo. Yang hingga Juni 2016, realisasi sejumlah bangunan permanen belum terlaksana.

"Kalo musim panas berdebu, karena belum berlantai masih tanah, air pada musim itu sangat sulit. Selain itu, dindingnya berpelepu bambu. Sementara, jika hujan bocor, sengnya berlubang," keluh Sil.

Padahal, saat peresmian Maret 2016, Pemda Nagekeo melalui Bupati Elias Djo telah berjanji akan membangun ruangan permanen. Akan tetapi, secara pribadi Bupati Elias telah menyerahkan 100 sak semen saat peresmian SDN Aebowo 3 bulan lalu.

"Saat peresmian Bupati Elias Djo mengatakan karena ini tanah pemda, maka sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah, karena sekolah negeri," tandas Sil.

Terkait bantuan, Kepala Desa Mulakoli Gerardus Bajo mengamininya. Namun, bantuan tersebut langsung ia alihkan ke kantor desa. "Kalo, bantuan dari bapak Bupati (Elias Djo) semen 100 sak, dimanfaatkan untuk pembangunan kantor desa. Sementara Ketua DPRD (Nagekeo) Bapak Seli Adjo, menjanjikan bantu sekitar 50 sak semen, untuk pembangunan SDN (Aebowo) ini," kata Gerardus.

Namun, sejumlah janji pejabat baik 50 sak semen hingga bangunan permanen sampai saat ini belum mendapat titik terang.

"Sehingga saya sampaikan, kalo sudah direalisasi (bantuan), pemerintah desa bisa menambah pasir sehingga bisa lantainisasi," tandasnya.

Untuk diketahui, hingga Juni 2016 jumlah siswa SDN Aebowo mencapai 85 orang, dan belasan guru, 4 PNS dan 7 tenaga honorer. (ydlm)

Insert foto: Sil Nuwa, Ketua Komite SDN Aebowo di depan sekolah.

Vigonews. com, BAJAWA/FLORES –  Apes bagi wartawan Harian Umum Flores Pos, Arkadius Togo. Rabu (03/08/2016), Arton begitu dia biasa disapa,  digeledah paksa di Bank Danamon, Bajawa ketika sedang melakukan tugas jurnalistik. Kemudian dikatain wartawan kampungan melalui media sosial BBM salah seorang karyawati bank itu.

Sekitar pkl. 11.00 wita, Arton  meluncur ke Bank Danamon yang terletak di Jl. Gajah Mada, Bajawa. Setelah permisi di pos jaga, Arton dipersilahkan untuk menunggu di ruang tunggu. Tak lama berselang, Manajer KCP Bank Danamon Bajawa, Agustinus Lthree keluar dari ruangannya menemui Arton yang sudah menanti.


Dihampiri Agustinus, Arton dengan seragam khas Flores Pos bangkit berdiri menyambut dan menyalami Agustinus seraya memperkenalkan diri. Agustinus kemudian menyilahkan Arton untuk duduk kembali, dan dia sendiri duduk berhadapan dengan wartawan Flores Pos itu.


Ketika Arton hendak menyampaikan maksud kedatangannya di kantor itu, Agustinus pun menyela dengan tegas seraya meminta identitas wartawan Flores Pos biro Bajawa ini. Tanpa rasa canggung Arton pun menyerahkan kartu pers. Sejenak Agustinus mencermati sembari membolak-balik kartu pers di tangannya. Sekonyong-konyong Agustinus menampakan aura kecurigaan ketika mencermati kartu pers wartawan  Flores Pos yang ada di tangannya.


Sejurus kemudian, Agustinus meletakan kartu pers itu di meja di hadapan Arton. Kemudian minta wartawan Flores Pos itu untuk menyerahkan KTP. Identitas ini pun diserahkan Arton dalam bentuk foto copian kepada Agustinus. Lagi-lagi Agustinus mencermati foto copian KTP itu dan mencocokannya dengan identitas pada kartu pers.


Tak mengatakan apa-apa, tiba-tiba Agustinus meraih kartu pers yang sebelumnya sudah diletakkannya kembali di meja dan diserahkan kepada security untuk dicopi. Merasa dilecehkan, Arton langsung meraih kembali kartu pers yang sudah di tangan security sembari menyergap, “dengan maksud apa kartu pers saya dicopi.” Dijawab Agustinus, “sebagai dokumen bank.”


Saat itulah terjadi ketegangan antara wartawan Flores Pos dengan Manajer KCP Bank Danamon Bajawa Agustinus Lthree dengan securitynya. Wartawan Flores Pos merasa dirinya sudah dilecehkan karena sejak awal pimpinan bank ini seperti tidak percaya dengan eksistensi wartawan Flores Pos.


“Saya heran, sudah pakai seragam Flores Pos, menunjukkan kartu pers, lagi diminta KTP. Dan, yang membuat saya berang kartu pers  juga mau difoto copi. Semuanya saya penuhi tetapi masih juga belum percaya. Maksudnya apa ini pimpinan bank,” tegas Arton kepada vigonews.com di sekretariat Asosiasi Wartawan Ngada (Aswan), Rabu siang.


Agustinus beralasan kartu pers perlu dicopi untuk dokumen pihak bank. Ini sangat tidak masuk akal. Dan bagi Arton, perilaku Agustinus sudah kelewatan dan alasannya dinilai mengada-ada. “Identitas kok harus di copi. Emangnya saya mau urus kredit? Dia hanya wajib tau siapa saya bukan lucuti semua identitas saya. Haknya apa,” kata Arton sedikit geram.


Sejak dirinya menjalankan tugas jurnalistik, Arton mengatakan tidak pernah mengalami hal seperti ini. Dia kecewa dengan perilaku Manajer KCP Bank Danamon Agustinus Lthree yang sudah melewati batas dan dinilai melecehkan profesi wartawan.


Sebelum menemui Agustinus di kantornya, Arton mengonfirmasi Manajer KCP Bank Danamon ini melalui ponsel. Arton hendak melakukan konfirmasi atas pengaduan seorang nasabah, Maria Elsanty Doi Tangi yang tidak puas dengan pelayanan Bank Danamon. Maria merasa dipermainkan pihak bank ini karena kredit telah lunas tetapi jaminan berupa sertifikat tanah tidak jua dikembalikan. Atas pengaduan itu, sebagai jurnalis Arton melakukan konfirmasi langsung kepada Manajer KCP Bank Danamon untuk keseimbangan pemberitaan.


Saat dikonfirmasi wartawan Flores Pos melalui ponsel, Agustinus minta wartawan Flores Pos untuk datang ke kantornya saja, karena pihaknya takut kalau-kalau Arton adalah wartawan gadungan. Permintaan Agustinus dipenuhi Arton dan langsung meluncur ke kantor Bank Danamon, Bajawa. Namun sampai di salah satu lembaga keuangan itu, Arton malah dilecehkan seperti itu. Dia bahkan digeledak dan semua identitasnya 'dilucuti'.


Arton sebenarnya mengikuti saja keinginan Agustinus, hanya semua identitas yang sudah ‘dilucuti’ itu belum mampu meyakinkan Manajer KCP Bank Danamon Agustinus Lthree yang tampak  sangar itu. Bahkan identitas wartawan Flores Pos harus dicopi segala. “Kalau begini caranya sudah tidak benar. Memang saya ada niat tidak baik,” kata Arton yang mengancam melaporkan kasus pelecehan ini kepada polisi.


Ironinya, setelah dilecehkan di kantor bank itu, Arton masih harus menerima cercaan: ‘wartawan kampungan’ melalui media sosial dari status BMM salah seorang karyawati bank itu bernama Tia Christa. Rupanya bank ini menampakan sikap antipati terhadap kerja-kerja jurnalis, sehingga tidak puas ‘menelanjangi’ wartawan Flores Pos di kantornya, lanjut melampiaskannya  di media sosial BBM.


Sementara wartawan Pos Kupang Biro Bajawa, Teni Jenahas menyayangkan sikap Manajer KCP Bank Danamon, Bajawa Agustinus Lthree. Dikatakannya, wartwan Flores Pos sudah memperkenalkan diri kepada nara sumber lalu menunjukkan kartu pers. Hal ini membuktikan kejujuaran dari seorang jurnalis yang sedang menjalankan tugas, bahwa ia benar-benar seorang wartawan yang menaati kode etik. Namun, semua yang dilakukan Arton tetap diragukan oleh nara sumber. Dengan demikian, nara sumber justru tidak memahami etika jurnalistik, nara sumber lebih mengutamakan aturan dari perusahan secara internal tapi lupa memahami aturan profesi yang lain.


Menurut Teni, dalam masalah ini, nara sumber dinilai berlebihan dalam mengecek kebenaran soerang wartawan. Sebab, wartawan yang datang sudah melalui beberapa etika yang diatur dalam kode etik, namun nara sumber tidak memahami semua itu, sehingga dia melakukan hal yang berlebihan dan bisa juga dikatakan sebagai pelanggaran atas UU pers. Nara sumber berusaha untuk mengecek kebenaran identitas wartawan namun justru membuat sebuah pelanggaran kode etik yakni, menghalang-halangi tugas jurnalistik..‎


Asosiasiasi Wartawan Ngada (Aswan) menyayangkan sikap Manajer KCP Bank Danamon Bajawa, Agustinus Lthree yang dinilai menyulitkan tugas jurnalistik. Ketua Aswan, Emanuel Djomba yang dikonfirmasi, Rabu siang menilai apa yang dilakukan Agustinus berlebihan, karena wartawan Flores Pos sudah menunjukkan identitas tetapi juga tidak percaya sebagai ekspresi kejujuran. Tetapi malah ‘melucuti’ semua identitas yang ada pada wartawan Flores Pos, itu juga tidak cukup membuat Agustinus yakin sehingga harus foto copi identitas wartawan.


Menurut Djomba yang juga Pemimpin Redaksi Media CERMAT, saat itu wartawan Flores Pos sedang melakukan tugas jurnalistik. Wartawan dalam menjalankan tugasnya dilindungi dengan Undang-undang dan mematuhi kode etik jurnalistik. Terkait dengan tugasnya, dia sudah memperkenalkan diri. Apalagi wartawan dalam tugasnya untuk memenuhi hak masyarakat sebagaimana diatur dalam UU Pers No 40/1999 pasal 5 ayat 3 butir a yang berbunyi: pers nasional memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui. “Jadi ini bisa dikatakan menghalang-halangi tugas jurnalistik yang sama artinya menghalangi masyarakat untuk mengetahui,” tegasnya. (ydm)


Insert foto: Wartawan Flores Pos biro Ngada Arkadius Togo - akun BBM salah seorang karyawati Bank Danamon Bajawa

Monday 1 August 2016


Vigonews.com, BAJAWA/FLORES – Lebih dari 20 tokoh masyarakat dari Kecamatan Wolomeze, Senin (01/08/2016) mendatangi DPRD Ngada. Sekitar pkl. 11.00 wita, mereka diterima oleh Pimpinan Dewan, Sely Raga Tua.

Beberapa tokoh seperti Yohanes Lingge, Kornelis Nuwa, Don Bosco Lemba, Usman Lai, Leo Bhongga dan sejumlah tokoh diterima di ruang pimpinan. Sementara yang lainnya memadati lorong ruang pimpinan. Tampak hadir pada saat itu Ketua Komisi I Laurensius Pea dan anggotanya Yohanes Munde, Ketua Komisi II Kristo Loko, Ketua Komisi III Yohanes Mari bersama anggotanya Aloysius Siba dan Veronika Ulle Bogha.

Setelah disapa Pimpinan Sely Raga Tua, Yohanes Lingge menyampaikan maksud kedatangan mereka, yakni menyerahkan dokumen usulan pendirian SMA Negeri di Wolomeze. Dokumen itu dilengkapi bukti penyerahan tanah seluas dua hektar dan kopi bukti proposal serta penyerahan lahan yang sama yang sudah dilakukan sejak tahun 2010 lampau.

Menurut John, begitu dia biasa disapa, pendirian SMA di Wolomeze sangat urgen karena saat ini dengan empat SMP pendukung banyak anak dari Wolomeze harus lari ke luar,  seperti ke Soa. Bahkan terpaksa ke Bajawa dan tempat lainnya karena daya tampung di SMA Soa juga terbatas.

Pada kesempatan itu, John Lingge juga menyampaikan lahan peruntukan pendirian SMA di Kurubhoko seluas dua hektar sudah diserahkan ke Pemda untuk proses sertifikat, dan tim BPN dan aset sudah melakukan pengukuran. Tentang penyerahan lahan itu sudah ditandatangani Sekda.

Setelah Yohanes Lingge, Kornelis Nuwa juga menyampaikan hal yang dianggap perlu mendapat perhatian serius.  Kata dia, usulan pendirian SMA di Wolomeze sejatinya sudah masuk RPJMDes Desa Nginamanu sejak tahun 2010 lalu ketika dirinya menjabat Kepala Desa itu. Diikuti dengan proposal usulan dan dokumen penyerahan tanah untuk lokasi berdiri SMA. Bahkan, tegas Kornelis, usulan dimaksud sudah dibahas setiap tahun pada Musrembangcam hingga Musrembangkab.

Terkait dengan hal itu, Kornelis mempertanyakan perubahan lokasi yang semula sudah diserahkan berlokasi di Kurubhoko, kok bisa ada lokasi lain. Dan lokasi lain itu sama sekali tidak pernah masuk pembahasan di Musrembang baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten. “Tiba-tiba tahun 2014 lalu ada usulan  baru yang tidak pernah dibahas,” tanya Kornelis.

Diduga bahwa usulan yang sudah masuk RPJMDes Desa Nginamanu dan sudah dibahas beberapa kali dalam forum Musrembang sejak tahun 2010 lalu itu sengaja dibelokan dengan menghembus isu bahwa lokasi di tempat semula kini di Kurubhoko bermasalah. Padahal sejak tahun 2010 tidak ada masalah. “Karena itu kami tegaskan bahwa lokasi itu legal, tidak terangkut urusan dengan pihak manapun,” tegas Kornelis.

Terkait dengan hal itu, Pimpinan DPRD Sely Raga Tua dalam bincang-bincang ringan sebelum penyampaian maksud kedatangan para tokoh itu, mengatakan sebenarnya apa yang sudah pernah dibahas dalam Musrembang  sebaiknya dipertimbangkan jagan sampai belok di tengah jalan, karena kalo begitu bisa menimbulkan masalah.

Apa yang dikhawatirkan oleh Sely Raga Tua memang menjadi kenyataan, munculnya dua usulan untuk pendirian SMA disaksikannya sendiri sewaktu menghadiri Musrembangcam beberapa waktu lalu.

Terkait dengan itu, Sely minta perbedaan sikap itu mesti dimusyawarahkan untuk mendapatkan persebsi yang sama. Dia menyarankan agar upaya penyamaan persebsi itu difasilitasi oleh camat dengan menghadirkan para tokoh di wilayah itu.

Sementara anggota dewan lain dari Komisi III Veronika Ulle Bogha mengatakan, salah satu syarat untuk mendirikan sekolah adalah tanah, kalau bisa bersertifikat. Kalau kemudian ada masalah karena beda pendapat, Vero Ulle minta supaya diselesaikan secara baik dalam nuansa kebersamaan dan persaudaraan. Dan, yang memenuhi syarat tentu akan didukung, dan tanah juga tidak bermasalah.

Soal keinginan di Wolomeze ada SMA, kata anggota dewan lain dari Komisi III Aloysius Siba, itu sudah menjadi program pemerintah. “Itu harapan kita semua supaya ada SMA di sana. Soal lokasi di Kurubhoko sejak saya masih Kadis PKPO memang sudah disiapkan, hanya kita minta ada kepastian atas lahan itu. Namun kemudian ada yang datang lagi. Kita coba liat itu juga. Kalau ada pilihan itu semakin baik, tinggal nanti tim pusat akan mengkaji mana yang layak, ya itu yang kita terima,” jelas Aloysius yang berharap syarat-syarat pendirian sebuah SMA perlu disiapkan.

Sementara Ketua Komisi I Laurensius Pea hanya mengatakan, untuk mengatasi hal itu pihaknya memandang perlu dilakukan rapat dengan lintas komisi dan instansi terkait, sehingga semua bisa selesai dan tidak menimbulkan masalah. Anggota dewan dari Komisi I Yohanes Munde hanya mengatakan dalam menyelesaikan masalah ini kita perlu hilangkan perbedaan hingga semuanya selesai tanpa ada masalah.

Ketua Komisi III, Yohanes Mari mengatakan perlu dikaji secara baik, terutama terkait dengan syarat dan kelayakan. Soal keinginan masyarakat tetap kita dukung.

Di bagian lain, Ketua Komisi II Kristo Loko mengatakan, sebaiknya untuk menyelesaikan masalah ini perlu dimusyawarahkan dulu. Jadi perlu disepakati dulu di tingkat tokoh masyarakat dengan duduk bersama supaya meminimalisir persoalan. Karena Kristo  mengingatkan, sering terjadi keributan gara-gara ada dua kubu yang mempertahankan lokasi pilihannya masing-masing. “Jadi ini yang harus diperhatikan. Karena itu perlu duduk bersama dan omong dari hati ke hati. Kalau dari bawah sudah sepakat salah satu ya semuanya akan berjalan mulus,” kata Kristo.

Mengakhiri pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat, Sely menyarankan agar dibuat pertemuan yang difasilitasi camat. Tentang masalah ini, Sely berjanji aka ada pertemuan lintas komisi dengan instansi terkait untuk menyelesaikannya.(ch)

Insert foto: Pimpinan DPRD Ngada menerima tokoh masyarakat Wolomeze

Vigonews.com, MATALOKO/NGADA – STKIP Citra Bakti Ngada menerjunkan 88 mahasiswa yang kini duduk di semester VII ke berbagai sekolah dalam program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Kegiatan PPL secara resmi mulai berlangsung sejak, Senin (01/8/2016).

Secara resmi mahasiswa PPL dilepas di kampus Malanuza oleh Ketua Yayasan Pendidikan Citra Masyarakat Mandiri (Yapentri), Wilfridus Muga, SE, M.Pd. Hadir pada saat itu para dosen di lingkup STKIP Citra Bakti Ngada.


Ketika melepas mahasiswa PPL, Wilfridus mengatakan, program PPL merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa calon guru dari STKIP Citra Bakti  semester VII untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Mencakup latihan mengajar secara terbimbing, terpadu, maupun tugas – tugas keguruan dan kependidikan lain untuk memenuhi persyaratan profesi kependidikan.


Terkait dengan hal itu, Wilfridus minta mahasiswa dapat menjalankan PPL dengan sebaik-baiknya dalam waktu tiga bulan ke depan. “Saya berharap saudara bisa mengikuti kegiatan ini dengan baik, dan tetap jaga nama baik lembaga ini,” kata Wilfridus.


Sebelum diterjunkan ke berbagai sekolah yang tersebar di di kecamatan Bajawa, Soa dan Golewa itu, 88 mahasiswa PPL dari Program Studi PGSD dan PJKR itu mengikuti pembekalan di kampus setempat. Pembekalan yang dihadiri para dosen di lingkup STKIP Citra Bakti itu dibuka oleh Wakil Ketua (Waket) I Bidang Akademik, Ermelinda Yosefa Awe, S.Sos, M.Pd.


Dalam sambutannya, Ermelinda mengatakan, PPL adalah muara dari program pendidikan yang diarahkan untuk membentuk guru yang profesional sesuai tuntutan zaman. PPL juga sebagai wahana bagi calon guru untuk berlatih agar memiliki kemampuan dalam mempraktikan kegiatan pembelajaran secara nyata.


Menurut Erlyn, kegiatan PPL adalah program yang memberikan kesempatan kepada calon guru untuk mengenal lembaga sebelum menjadi guru. Oleh karena itu, mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada yang sudah memenuhi syarat PPL wajib mengikutinya. Dengan PPL calon guru dapat menerapkan teori pengetahuan, ketrampilan, dan wawasan yang diperolah melalui mata kuliah yang telah diterima selama kuliah.


Kegiatan pembekalan PPL dilaksanakan selama dua hari. Dimulai dari seremonial pembukaan, pembekalan materi kepada mahasiswa, sampai pada puncak kegiatan seremonial penutupan pembekalan PPL (27/07/2016).


Di bagian lain, Erlyn  mengatakan, karena PPL adalah kegiatan kependidikan untuk meningkatkan dan memperdalam ketrampilan mahasiswa yang terkait dengan praktik mengajar dan praktik persekolahan, maka kegiatan ini lebih menekankan ketrampilan mahasiswa dalam bidang keguruan, baik itu kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan manajemen sekolah lainnya.


Dalam proses PPL, sambung Erlyn, STKIP Citra Bakti bekerja sama dengan berbagai SD (sekolah Dasar) di Kecamatan Bajawa, Soa dan Golewa. Dalam pelaksanaannya mahsiswa dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Guru Pamong yang telah ditunjuk oleh Kepala Sekolah dengan dasar kesesuaian mata pelajaran dan pengalaman mengajar. Sehingga diharapkan melalui PPL mampu membentuk sepuluh kompetensi yang dipersyaratkan untuk menjadi guru yang professional.


PPL bertujuan untuk  membentuk profesionalitas guru atau tenaga kependidikan, baik yang berkenaan dengan latihan mengajar di kelas, pengelolhan administrasi sekolah maupun dalam memecahkan persoalan sekolah. Selain itu, memenuhi syarat target kurikulum.


Sasaran kegiatan ini adalah PPL menjadi wahana pembentukan pribadi calon pendidik yang memiliki seperangkat pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap serta pola tingkah laku yang diperlukan bagi profesi tenaga kependidikan serta mampu dan tepat menggunakannya dalam penyelengaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah. (Astri Milsan Kiwang)


Insert foto: Mahasiswa STKIP Citra Bakti mengikuti pembekalan sebelum diterjunkan ke sekolah-sekolah