Responsive Ads Here

Thursday 20 October 2016


Vigonews.com, LANGA – Sebanyak  12 Mahasiswa asal Amerika yang tergabung dalam lembaga Where there be Dragons kunjungi Perpustakaan Isi Langa yang terletak di Kampung Bomari desa Bomari Kecamatan Bajawa, Kamis (20/10/2016).

Siswa siswi binaan Lindsay Oslen, Micah LeMasters dan Rita Sri Suwantari akan berada  di Langa selama dua minggu untuk Live In atau tinggal dan belajar bersama orang muda Langa. Salah satu kegiatan diantaranya mengunjungi Perpustakaan Isi Langa yang didirikan oleh Orang muda Langa untuk mendukung pendidikan yang ada di kampung.

Kepada Media CERMAT, instruktur Lembaga where there be dragons Lindsay Oslen mengatakan bahwa kedatangannya ke Perpustakaan Isi Langa bertujuan untuk memberikan dukungan kepada Orang Muda Langa dalam berkarya di bidang pendidikan.

"Kami datang untuk memberikan support dengan cara mengantar Buku bacaan sebagai bentuk kepedulian kami kepada saudara kami yang ada di Langa," katanya.

Lindsay, demikian dia biasa disapa, mengisahkan bahwa gagasan untuk menyumbangkan buku bacaan ini diawali oleh  siswa Dragons yang sebelumnya pernah tinggal di Langa lebih tepatnya bersama keluarga yang mengelola Perpustakaan Isi Langa meminta bantuan kepada siswa yang akan datang ke Langa untuk bisa menyempatkan membawa oleh-oleh berupa buku untuk menambah literasi buku yg ada di perpustakaan tersebut.

"Gagasan ini kemudian disetujui dan kami bersama siswa-siswi membawa oleh-oleh buku bacaan dan kami sangat senang bisa berbagi ilmu melalui buku", katanya.

Sementara itu, salah seorang siswa asal Colorado Emma Elizabeth Cooney mengatakan sangat bangga dan bahagia bisa saling berbagi dengan masyarakat setempat.

"Saya dan teman-teman sangat senang bisa berbagi walaupun buku buku yang kami bawa masih jauh dari yang diharapkan, tapi kami sangat bahagia bisa belajar sesuatu dari tempat ini dan kami sangat terinspirasi," kata Emma demikian dia biasa disapa.

Pada kesempatan yang sama pemilik Perpustakaan Isi Langa Mertin Lusi juga mengatakan sangat terharu dikunjungi oleh mahasiswa dari Amerika.

"Saya tidak menyangka sekaligus  sangat terharu dengan kedatangan teman-teman dari Amerika ini. Tentunya ini dukungan yang sangat luar biasa. Mereka tidak mengenal tentang siapa kami,namun sangat iklas untuk datang berbagi sebagai saudara. Mereka datang membawa banyak buku, berdialog dan berbagi inspirasi dan ini benar-benar hadiah yang tidak mampu kubalas. Ini seperti mimpi.", katanya.

Mertin juga menjelaskan bahwa perpustakaan yang di beri nama ISI LANGA ini  didirikannya secara sukarela  sebagai bentuk dukungan terhadap dunia pendidikan yang ada di Kabupaten Ngada.

"Perpustakaan ini didirikan agar semua masyarakat membiasakan untuk membaca dan Buku merupakan Jendela Dunia. Tentu dengan membaca akan ada banyak hal yang mampu diatasi," katanya.(ch)***

Wednesday 19 October 2016


Vigonews.com, BAJAWA - Sebanyak 49 siswa SMAN 1 Bajawa dari kelas X dan XI, Rabu (19/10/2016) mengikuti pelatihan jurnalistik pelajar di sekolah setempat. Pelatihan yang berlangsung hingga Jumat (21/10/2016) mendatang itu digelar atas kerja sama SMAN 1 Bajawa dengan Koran Masuk Sekolah (KMS) Media CERMAT.

Pelatihan dengan tema ‘Menumbuhkan Kreativitas Melalui Jurnalisme Pelajar itu’ dibuka secara resmi Kepala SMAN 1 Bajawa Drs. Frederikus Sila. Dikatakan Frederikus, pelatihan ini banyak manfaat bagi siswa dalam menunjang proses pembelajaran di kelas. Jurnalistik yang juga menjadi mulok di sekolahnya, kata Frederikus,  menumbuhkan kreativitas dan budaya literasi di kalangan siswa terutama mengembangkan minat membaca dan menulis serta penanaman karakter.

Siswa pada pelatihan itu dipandu oleh  Emanuel Djomba yang juga Pemimpin Redaksi KMS Media CERMAT, Merlyn Iju lalu dari RSPD Ngada dan Mertin Lusi yang juga wartawan muda berbakat.  Hari pertama siswa mendapat materi dasar-dasar jurnalistik, pengetahuan tentang jurnalistik, teknik menulis berita sebagai produk utama jurnalistik, teknik menulis feature dan teknik menulis opini. 

Kemudian 49 peserta dikelompokan dalam kelas berita, kelas feature, dan kelas opini sesuai minat masing-masing. Di kelas ini dilanjutkan dengan pendalaman materi dan pendampingan teknik menulis guna meningkatkan skill peserta dalam menulis. Pada hari kedua, Kamis (20/10/2016) para siswa melakukan kegiatan reportase lapangan. (ch) ***

Tuesday 11 October 2016


Vigonews.com, SOA - Jalan yang kokoh itu akhirnya hancur karena bertahun-tahun tergerus air. Irigasi sawah sebelah-menyebelah jalan di Waepeti, desa Waepana, kecamatan Soa tidak saja menumpahkan air ke sawah petani, tetapi sebagian besar tumpah-ruah ke jalan yang tidak pernah kehausan.

Ironisnya, kondisi ini sudah bertahun-tahun lalu. Namun tidak ada yang mampu mengatasinya. Sekokoh apapun ruas jalan propinsi ini, akhirnya hancur juga karena digerus air tiada henti sepanjang waktu.


Entah  siapa yang harus mengurusi jalan ini. Apakah aparat desa, pemerintah kabupaten, atau pemilik sawah di kiri kanan jalan, masyarakat pengguna jalan? Bukan itu saja, jalan ini juga dilewati oleh banyak orang penting, termasuk para pengambil kebijakan – eksekutif dan legislatif, tingkat kabupaten, propinsi bahkan orang pusat. Semuanya berlalu begitu saja. Besoknya lewat lagi, begitu seterusnya. Kondisi ini juga tak berubah.


Saluran irigasi yang juga berfungsi sebagai drainase jalan tidak mampu menampung air karena kondisi got yang belum permanen itu penuh lumpur ditumbuhi rumput tebal. Itu sebabnya tak banjir pun air dengan mudah meluap ke jalan.


Sejumlah pengguna jalan yang melewati jalan ini memang ekstra hati-hati karena licin. Khusus pengendara sepeda motor harus mengankat kedua kakinya tinggi-tinggi agar hempasan air tidak tempias hingga membasahi celana panjang atau rok. Yang mengenakan rok memang dilema memilih tetap basah atau harus mengangkat kedua kaki lebih tinggi dengan  resiko rok terbuka lebar dan....


Adegan-adegan itu memang menarik bagi sejumlah petani yang biasa duduk-duduk di sebuah deker simpang jalan tani sebelum bekerja atau ketika hendak pulang pada petang hari. Bukan itu saja,  para pemilik kendaraan roda dua dan empat yang biasanya menyita separuh jalan mencuci kendaraan sering kepergok menikmati suasana itu.


Tak jauh dari tempat ini, bahu jalan juga terus terkikis disebabkan aktivitas mencuci kendaraan. Berbagai jenis kendaraan seperti truk, roda empat dan roda dua sering berjejal di pinggir saluran irigasi Witu Watu di Wae Peti ini. Pada saat yang sama air cucian mengalir ke seluruh badan jalan. Kendaraan yang akan lewat pun harus ekstra hati-hati.


Kondisi jalan hotmix yang tergerus air sejak lama diakui dua ibu, masing-masing mama Berna dan mama Ima  yang ditemui vigonews.com sedang sambusai (buruh harian) di sawah milik Daud Sawu, Senin (10/10/2016). Kedua ibu ini juga ikut prihatin karena jalan yang dulunya bagus kini mulai hancur karena terus-menerus tergerus air siang dan malam.


Mama Ima tidak tau persis sejak kapan jalan itu hancur tergerus. Hanya sepintas jalan itu kelihatan berfungsi seperti got saja. Yang dia tau lebih dari 100 meter ruas jalan Soa-Riung itu tidak pernah kering. Mama Berna juga mengamini Mama Ima, karena keduanya bersama teman lain  selalu turun ke sawah sebagai tanaga upahan yang dibayar Rp 10 ribu perjam.


Kondisi jalan bagai anak sungai itu berkisar antara sawah Daud Sawu hingga sawah milik Siprianus Djogo hingga berbelok memasuki hutan bambu ke arah Malatibu.


Ketika melewati ruas jalan propinsi ini, wartawan media ini berjumpa dengan mama-mama yang segera bekerja sebagai tenaga upahan pada sawah dekat lokasi. Kepada vigonews.com, mereka mengaku tidak memiliki sawah. Beberapa di antaranya memiliki sawah tetapi jauh dari tempat itu.


Para mama ini sedang akan menyiang rumput di salah satu sawah. Sejam mereka di bayar Rp 10.000. Tetapi kalau sehari dibayar Rp 50.000. “Tetapi kerja begini tidak tentu. Kalau ada yang minta kita datang kerja. Kalau perlu banyak orang, kita baru hubungi teman-teman lain. Ini memang pekerjaan kami sejak lama untuk membiaya kebutuhan keluarga juga anak sekolah,” kata Mama Berna.(ch)***

Monday 10 October 2016


Vigonews.com, BAJAWA - Sejak Juli lalu halaman media – khususnya media sosial – diwarnai ‘ritual’ tahunan wisuda. Salah satu lembaga yang mewisuda sarjana adalah STKIP Citra Bakti, Malanuza. Memang, menjadi sarjana itu  impian banyak orang muda. Sebagian orang bisa menggapai dengan banyak kemudahan, sebagian belum tentu. Karena bisa meraih impian itu, pintar saja belum cukup. Uang  kadang jadi batu sandungan.

Sosok yang satu ini membuktikannya, bahwa pintar saja belum cukup. Dialah Maria Magdalene Muke. Gelar sarjana akhirnya diraihnya. Tetapi dia harus berpeluh selama empat tahun, agar dapat melewati empat tahun berikutnya menuju cita-citanya menyandang gelar sarjana pendidikan.


Kini dara manis yang akrab disapa Mey itu menyandang gelar S.Pd. Bukan itu saja, Mey bahkan membuktikan  sebagai lulusan terbaik dengan predikat kelulusan cum laude alias lulus dengan pujian. Dari 177 wisudawan STKIP Citra Bakti Ngada tahun 2016, kelahiran Ndora, Nagekeo 10 Mey 1987 ini meraih nilai IPK tertinggi 3,89. Mencengangkan! Hampir mendekati predikat zuma untuk kategori tertinggi dalam kelulusan.


Di kelas, Mey tergolong mahasiswa yang cerdas. Selama kuliah empat tahun, anak kedua dari Yulius Wolo dan Yolenta Lobe ini aktif dalam kegiatan paduan suara. Kemampuan Mey mengolah vokal telah membuatnya ikut membesarkan Vull Voice - Grup Paduan Suara - pimpinan Veronika Ulle Bogha, semakin dikenal di Ngada bahkan hingga Nagekeo. Dalam paduan suara salah seorang anggota DPRD Ngada ini, Mey menjadi Konduktor dan terus  mengasah kemampuan dalam olah vokal. Tidak heran, jika sebelum wisuda sosok yang ramah dan murah senyum ini banyak ditawari menjadi guru di sejumlah tempat. Memang dia menunjukkan kualitas tersendiri, bahkan belakangan dia sering diminta untuk melatih kelompok paduan suara di sejumlah tempat.


Menjadi sarjana dengan predikat cum laude memang mengundang decak kagum, karena anak kedua dari empat bersaudara ini memang punya nilai plus yang mengantarkannya siap bersaing di dunia kerja. Mungkin karena itu, kepada Media CERMAT suatu kesempatan dia menuturkan,  tidak pernah takut kalah bersaing di dunia kerja.


Apa pandangan alumni SMKN 1 Ende tahun 2006 ini? "Dunia kerja butuh pribadi unggul dan profesional, tidak hanya andalkan ijasah dan IPK tinggi, tetapi harus bisa bersaing," katanya menjawab CERMAT di sela-sela kegiatan wisuda Agustus lalu.


Mey memang meraih prestasi gemilang hari ini. Tetapi tidak banyak orang tau bagaimana alumni SMPS Supra Mataloko ini menggapai puncak cita-citanya. Siapa sangka hasratnya untuk meraih sarjana besar taruhannya. Empat tahun dia harus berpeluh dengan menjadi TKW di Malaysia. Dan empat tahun berikutnya adalah tahun-tahun baginya untuk mewujudkan cita-cita yang nyaris terkubur setamat SMA gara-gara orang tua tidak mampu membiayai kuliah.


Menjadi tenaga kerja di Malaysia tidak membuat cita-citanya padam. Hasratnya terus memendam. Selama empat tahun itulah waktu mengumpulkan biaya. Setelah merasa cukup mendapat biaya, Mey balik ke kampunnya.


Dengan modal uang dari negeri Jiran, Mey daftar untuk kuliah. Pilihannya adalah Perguruan Tinggi (PT) dekat kampung halamannya. Baginya, kualitas seseorang tidak selalu diukur dari PT mana dan berada di mana, tetapi juga dipengaruhi oleh kemauan pribadi dalam mengembangkan kemampuan diri.

Entah mengapa, menjadi sarjana selalu terngiang dalam benaknya. Waktu empat tahun menjadi TKW tidak mampu melunturkan harapannya sejak kecil. Bahkan sekembali dari Malaysia, Mey mengaku ada yang sudah mau melamar, namun ditolaknya dengan hormat.

Setamat di SMKN 1 Ende, Mey sempat tinggal di luar hingga dia memutuskan untuk merantau. Tahun 2008 sosok yang dikenal piawai dalam memimpin paduan suara ini diam-diam hengkang ke Malaysia. Kedua orang tuannya baru tahu setelah Mey sudah di Maumere. "Saya waktu itu agak kecewa, karena saya minta sama orang tua supaya kuliah, tetapi orang tua bilang tunggu dulu," cerita Mey yang mengaku sempat juga kuliah di undana jurusan Matematika tetapi urung di bulan-bulan pertama.

Waktu itu, kedua orang tua Mey memang tak sanggup melanjutkan Mey ke PT, karena  adiknya masih di SMA. Kondisi ini memang berat, hingga orang tua bilang bersabar sampai adiknya selesai. Namun jalan yang tampak buntu itu membuat Mey berpikir lain. Keputusannya harus pergi untuk mencari kerja. Dengan bekerja, pikir Mey, dia bisa mengumpulkan uang dan itu berarti dia bisa mewujudkan impiannya. Keputusan Mey untuk melewati jalan lain membuat kedua orang tuannya hanya bisa pasrah.

Sejak SMP hingga tamat SMA Mey yang sudah mulai dengan hoby olah vokalnya itu selalu bertanya dalam hati, "apa karena saya anak petani miskin yang tidak tamat SD,  tidak bisa jadi sarjana?" cerita Mey.

Pertanyaan itu selalu membuat Mey membatin. Hal itu yang membuat dia terus berpacu dalamberprestasi. Saat SMP, Mey mulai ikut lomba menyanyi Solo. Rasanya bangga sekali tampil di panggung. Dan, itu yang membuat Mey terus mengasah kemampuannya. dia masih ingat dengan lagu favoritnya kala SMP, yakni 'Mama Beta Ini Anak Siapa'? Entah kebetulan atau tidak lagu ini 'bak gugutan terhadap kondisi keluarganya. Tetapi 'gugatan' itu mendorong dia untuk membuktikan untuk mengubah nasibnya. Bahwa, anak petani miskin sekalipun mampu meraih prestasi akademik yang mencengangkan dan mampu bersaing.

Dunia kerja yang keras yang dilewatinya sebelum kuliah mengajarinya arti sebuah perjuangan. Bahwa meraih impian dan sukses butuh kerja keras dan kesetiaan menjalani. Ini yang bakal menjadikan  jalannya memasuki dunia kerja setelah jadi sarjana semakin lapang. "Dunia kerja tidak hanya butuh IPK tinggi tetapi juga kompetensi yang tinggi pula, sehingga mampu bersaing. Saya tidak malu jadi sarjana dari PT di desa, karena saya yakin mampu bersaing dan menjadi yang terbaik," beber Mey.

Apa yang didapat Mey selama kerja di Malaysia? Pengalaman sudah pasti. Tetapi lebih dari itu dia akhirnya dapat mengumpulkan uang sekitar Rp 40 juta dari empat tahun bekerja. "Setelah empat tahun, saya putuskan untuk mengakhirinya. Rencana itu baru diberitahu kepada kedua orang tua menjelang pulang ke kampung," katanya.


Selama bekerja di Malaysia, Mey merasa  Enjoy, meski berangkat ke sana memendam kecewa. "Saya senang, meski tantangan kerja luar biasa, karena dorongan untuk meraih cita-cita saya bisa melewatinya. Di sana saya tidak bisa seenaknya. Hasrat saya  kuliah, tetap besar. Rencana pulang tidak diijin majikan, karena mereka juga senang dengan kerja saya dalam menjalankan  usaha mereka. Tapi saya  sampaikan ke majikan bahwa pulang untuk sekolah, baru mereka beri ijin saya kembali ke Indonesia," kenang Mey.

Kecerdasan dan kecekatannya dalam mengelola pekerjaan usaha bos-nya membuat sang majikan enggan mengijinkannya pulang. Kemampuan Mey memang diragukan majikan bahwa dirinya tidak sekolah seperti pengakuan awalnya. Karena segala pekerjaan bahkan tanggung jawab untuk memberi latian kepada karyawan lain menunjukkan bahwa Mey orang berpendidikan. Dan itu baru terkuak ketika akan kembali ke kampung.

Mengapa Mey akhirnya memilih kuliah dan menjadi sarjana pendidikan? "Bagi saya guru itu beda saja.  Tetapi guru berkualitas tidak semua. Ada banyak guru yang kurang percaya diri dan ini sebenarnya mematikan kreatifitas. Kita harus yakin bahwa kita bisa," tegas Mey.

Kini Mey sudah menjadi sarjana. Meski dengan biaya sendiri, namun tidak membuatnya takkabur. Dia sangat menyayangi keluarga, karena dari sana dia dibentuk. Baginya kondisi yang serba kekurangan dalam keluarga bukan malapetaka, tetapi menjadi titik balik untuk berjuang menjadi yang terbaik."Bagi saya orang tua, apapun peran mereka, tetap menjadi sosok panutan dalam keluarga. Kelemahan mereka adalah kekuatan bagi saya sehingga saya mampu bangkit dan berdiri," kata Mey memaknai kehidupannya.(ch)***

Vigonews.com, SOA - Kepolisian Sektor (Polsek) Soa meningkatkan Patroli subuh dan K2YD (Kegiatan Kepolisian Yang Ditingkatkan).

Kapolsek Soa, Ipda pol. Emanuel Lado menjawab vigonews.com di Soa, Senin (10/10/2016) mengatakan, K2YD bertujuan untuk pengamanan tertib berlalu lintas. Dalam K2YD dilakukan pengecekan terhadap  surat -surat kendaraan bermotor.

Di samping itu, kata Emanuel, melalui K2YD juga melakukan kegiatan  sosialisasi kepada masyarakat pengguna jalan agar mengendarai kendaraan harus patuh terhadap  aturan serta hukum yang berlaku. Mengendarai sepeda motor supaya mengenakan helm pengaman.

Ketertiban berlalu lintas di jalan raya, kata Emanuel diharapkan dapat mengurangi laka lantas. Karena itu saat penertiban di ruas jalan Pasar Soa, Senin,  diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan budaya tertib dalam berlalu lintas. Dari sini diharapkan kesadaran dalam berlalu lintas akan semakin baik.

Dalam arahannya, Emanuel berharap masyarakat paham akan tertib berlalulintas. "Tidak perlu takut pada polisi ketika melakukan penertiban, tetapi takutlah akan kehilangan nyawa akibat kecelakaan karena ceroboh dan tiak mengindahkan rambu-rambu di jalan raya," kata Emanuel.

Jajaran Polsek Soa, kata Emanuel juga meningkatkan patroli subuh. Patroli ini bermaksud untuk meningkatkan Kantibmas guna menghindari tindak pencurian.

"Patroli subuh juga bermaksud untuk menghindari terjadinya kasus pencurian. Ini merupakan bagian dari upaya pengamanan  bagi masyarakat dari bahaya kantibmas," jelas Emanuel.(eh)***

Vigonews.com, BAJAWA – Badan Ekonomi Kreatif  (Bekraf) Kementerian Pariwisata dan Budaya memamerkan souvenir hasil kerja warga kampung adat dari Jerebu'u. Kegiatan ini juga diisi dengan demo penggunaan alat tenun mini dan demo ikat celup batik.

Produk souvenir dari tiga desa wisata masing-masing Bela, Bena dan Tololela untuk pertama kali dipamerkan di arena pameran pembangunan sejak akhir September lalu di Bajawa.

Produk souvenir itu merupakan hasil kerajinan warga di tiga desa itu sejak mendapat pendampingan tim dari Badan Ekonomi Kreatis (Bekraf) sejak bulan Juli lalu.

Pameran souvenir para pengrajin lokal itu ditandai dengan demo menenun menggunakan alat tenun mini dan pembuatan batik celup di lapangan Kartini Bajawa, Jumat (07/10/2016), sehari sebelum kegiatan pameran pembangunan 2016 ditutup.

Demo alat tenun dan kegiatan ikat celup diikuti anak-anak dan remaja serta para pengunjung pameran. Kegiatan yang tampak mencolok itu menarik perhatian para pengunjung lokal, yang juga diabadikan sejumlah fotografer dari komunitas fotografi lokal seperti Ciko foto dan Rudi foto.

Anak-anak tampak mencermati demo alat tenun mini itu untuk menghasilkan souvenir gelang dengan seksama. Demo itu dilakukan oleh salah seorang pengrajin, Matilde Paulina Bate. Dia terlihat piawai menganyam jenis souvenir gelang setelah beberapa bulan mendapat pendampingan.

Produk yang dianyam dengan alat tenun ini seperti gelang, ikat pinggang, kalung dan jenis souvenir lainnya. Di arena pameran juga ikut dipamerkan produk souvenir dari bahan bambu untuk berbagai peralatan makan seperti sendok, gelas, baki, bere dan produk lainnya. "Semuanya merupakan produk pertama para pengrajin setelah dilatih beberapa bulan," kata Nati, penanggung jawab kegiatan ini dari Bekraf.


Pameran dan workshop kerajinan dan industri kecil

Sejumlah remaja dan orang dewasa juga terlihat ikut demo pembuatan batik ikat celup dengan pewarna yang sudah disiapkan di wadah ember. setelah dibiarkan beberapa menit, kain ikat celup dikembangkan dan memperlihatkan lembaran-lembaran kain bermotif tertentu sesuai ikatan. "Ternyata prosesnya sangat mudah ya? Selama ini banyak orang pesan dari tempat lain," kata Modes salah seorang pengunjung.

Pengunjung lainnya, Egil Yohanes juga tampak serius mempraktikan cara membuat ikat celup untuk menghasilkan bulat-bulat. Egil begitu dia biasa disapa mengikuti tahapan-tahapan dengan seksama  hingga kemudianmengembangkan lembaran kain yang telah dicelupnya dari ikatan beberapa menit kemudian.

Penanggung jawab kegiatan dari Bekraf, Nati  menjawab vigonews.com mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendampingan kepada para pengrajin sejak Juli lalu, menyasar tiga kampung yakni Bela, Bena dan Tololela.


Program pendampingan ini, kata Nati, menyasar kampung tradisional yang selama ini jadi tujuan wisata. Selain tiga desa itu, masih ada empat desa tradisional yang ada di Jerebu'u yang selama ini dikenal dengan keunikan karena peninggalan budaya megalit.

Sebelum melakukan pendampingan, setidaknya tim dari Bekraf empat kali melakukan eksplorasi di Ngada. Hal itu dilakukan untuk mengetahui potensi lokal yang bisa dimanfaatkan dalam mendukung pariwisata ketika mengunjungi obyek kampung adat.

Ternyata, kata Nati, Ngada khususnya di Bajawa dan Jerebu'u kaya akan bambu. Menurut dia bambu Ngada sangat bagus dan berkualitas. "Di sini saya liat banyak bambu terbuang. Itu yang mendorong Bekraf memanfaatkan potensi ini mendampingi masyarakat dalam mengembangkan industri kreatif guna menyokong pariwisata dan meningkatkan ekonomi," katanya.

Dia berharap melalui industri kreatif dapat membantu warga kampung dalam mendukung pariwisata. Karena akan sangat bagus bila wisatawan yang datang di rumah-rumah bisa membawa oleh-oleh khas. Selain itu penggunaan sarana tradisional akan menguatkan aspek tradisionalnya ketika wisatawan nginap di rumah dan kampung adat.

Ayib, mentor dalam kegiatan ini mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mengembanhkan potensi lokal dalam menunjang pariwisata. Industri kreatif yang mendukung  pariwisata harus menjadi kegiatan masyarakat lokal di kampung masing-masing dan bukan orang luar.

"Sebenarnya tujuan pendampingan ini mengasah skils masyarakat lokal menunjang pariwisata. Kita mau supaya industri kreatif tidak diambil dari luar," kata Ayib.

Dikatakan, industri kreatif bisa menjadi gerbong yang dapat menyokong lokomotif pariwisata seperti daerah lainya. "Jadi pariwisata menjadi pintu yang akan segera masuk berbagai kegiatan yang mensuport ekonomi masyarakat lokal. Itu sebabnya pemerintah saat ini sangat komit dengan pengembangan ekonomi kreatif," jelasnya.

Ditambahkan Nati, kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Bekreatif ini sudah jelas untuk mendukung pariwisata budaya. Pariwisata sebagai pintu masuk untuk menarik gerbong lain.

Demo ikat celup
Sementara Kepala Desa Manubhara, Markus Lina menjawab vigonews.com mengatakan, souvenir hasil  kerajinan tangan ini dikerjakat masyarakat di kampung-kampung setelah ada pendampingan dari Bekraf. Tahun-tahun sebelumnya sudah pula dilakukan pendampingan oleh Indekon dan Swisscontact.

Souvenir yang akan diproduksi secara berkelanjutan itu, kata Markus, untuk mendukung kegiatan wisata di kampung wisata di kawasan Jerebu'u, antara lain kampung adat Luba, Bena, Totolela, Gurusina, Bu'u Tolo, Wajo, Nage, Tude dan Be'a. Yang sekarang sudah mulai kegiatannya adalah kampung adat Bena, Tololela di Jerebu'u  dan kampung adat Bela di Langa," kata Markus.***

Insert foto: Demo alat tenun mini oleh Matilde Paulina Bate.

Vigonews.com, TURAMURI - Desa Turamuri di Kecamatan Bajawa Utara mengalami krisis air. Saluran air bersih dari Bejo, kecamatan Bajawa ke desa ini tidak  mencukupi kebutuhan sekitar 1.070 jiwa penduduk desa itu.

Kepala Desa Turamuri Thomas Jawa, menjawab vigonews.com, Senin (10/10/2016) mengatakan air bersih dari Bejo hanya bisa terlayani dua hari sekali, itu pun hanya sejam sehari. Dengan demikian layanan air bersih untuk warga hanya cukup untuk memasak dan minum.

Untuk kebutuhan MCK, warga mengandalkan air hujan. Thomas mengungkapkan warga masih terhibur kalau ada hujan seperti sekarang ini, sehingga  sedikit menbantu dalam ketersediaan air untuk MCK.

Dampak krisis air di desanya, keluh Thomas, sedikit tidaknya akan mempengaruhi program kesehatan melalui Sanitasi Total Berbasih Masyarakat (STBM). "Kebutuhan air penting, karena mendukung program kesehatan. Apalagi untuk mendukung program  STBM, mana bisa jalan tanpa air," kata Thomas.

Untuk mengatasi hal ini, pihaknya berupaya mencari sumber mata air alternatif. Di desa tetangga yaitu Inelika ada mata air yang bisa diairi dengan pipa 2,5 dim. Hanya saja, mata air berjarak sekitar 2 km dari Turamuri itu tidak disetujui warga desa tetangga itu.

Yang dimaksud Thomas adalah mata air Roba Lawa,  letaknya tidak jauh dari kantor desa Inelika. Mata air ini sebenarnya  bisa mengatasi kiris air di Turamuri. Hanya saja desa Inelika konon akan menggunakan sumber mata air yang sama untuk pemukiman baru dan enggan mengizinkan untuk  dimanfaatkan desa lain.

Warga desa Turamuri masih berharap pada sumber mata air Wae Guru  yang juga ada di wilayah desa tetangganya itu. Jaraknya sekitar 2 km dan dapat diairi dengan pipa 2,5 dim.

Untuk rencana tersebut, kata Thomas, secara teknis akan difasilitasi oleh Karitas dari Keuskupan Agung Ende, yang beberapa waktu lalu sudah survey. Pengerjaan jaringan dari  dana desa dengan biaya lebih dari 100 juta. Jika bisa diairi maka dari mata air ini akan mencukupi sekitar 400 jiwa.

Kalau  dibangun, maka jaringan air bersih ini juga akan mengatasi krisis air di SMPN 2 Batara di Boba, yang selama ini jadi masalah tanpa solusi. Sejak sekolah itu berdiri beberapa tahun silam, para siswa terpaksa harus membawa air masing-masing lima liter ke sekolah setiap harinya.

Menggeliat

Desa Turamuri terus menggeliat dengan pembangunan terutama pembangunan infrastruktur seperti jalan dan sarana air bersih. Pembangunan itu didanai baik dengan dana desa maupun program reguler.

Jalan Tanawau - Ngelapadhi yang sedang dikerjakan.
Saat ini sedang dirampungkan pengerjaan jalan program reguler senilai Rp 500 juta  sepanjang 500 meter. Ruas jalan yang dikerjakan itu menghubungkan desa Inelika (Tanawau) dengan Ngelapadhi desa Turamuri. Jalan yang sudah ditingkatkan tahun lalu itu, juga tembus di Desa Tarawaja, kecamatan Soa. Jalan ini sudah ditingkatkan tahun lalu, dan tahun ini dilapen. Ke depan diharapkan pengerjaan lapen akan dilanjutkan sehingga bisa tembus di Tarawaja.

Selain pengerjaan jalan dengan lapen di desa dengan 210 KK dan 13 RT itu, juga dikerjakan mortar (saluran permanen) sepanjang 300 meter juga dengan dana reguler.

Ada juga rabat sepanjang 100 meter masuk SMPN 2 Batara; drainase 180 meter, tembok penahan tanah (TPT) 65 meter, dan saluran air bersih sekitar 2 km. Pembangunan ini  dibiayai dana desa sekitar Rp 599 juta (APBN).***

Tuesday 4 October 2016


Vigonews.com, MANADO – Peserta  Indonesia Youth Day (IYD)  dari Keuskupan Agung Ende unjuk busana dari enam 6 etnis untuk memeriahkan pembukaan Indonesian Youth Day II di Stadion Klabat Manado (04/10/2016).

Busana adat enam etnis diantaranya Bajawa, Riung,  Nage, Keo, Ende, dan Lio dikenakan oleh 71 peserta yang diutus dari KAE.

Kepada vigonews.com sekretaris Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Ende RD. Aloysius Mite mengatakan bahwa dirinya bersama peserta dari Keuskupan Agung Ende mengenakan busana daerah dari masing-masing etnis yang ada di 3 keuskupan agung Ende yakni dari kabupaten Ngada, Nagekeo dan Ende.

"Untuk acara pembukaan ini kami dari Keuskupan Agung Ende mengenakan busana daerah dari seluruh etnis yang di 3 kabupaten. Selain untuk menunjukkan identitas budaya dari daerah asal, hal ini juga untuk menampilkan keanekaragaman budaya indonesia karena seluruh peserta dari 38 keuskupan yang hadir, mengenakan busana daerahnya masing-masing,”  kata romo Is demikian dia biasa disapa.

Dia juga mengatakan bahwa sebelumnya acara diawali dengan Defile dari seluruh peserta dari 37 Keuskupan di seluruh Indonesia dan satu  keuskupan Kinabalu dari  Malaysia.

Seluruh peserta mengenakan busana adat masing-masing daerah dan membawa serta bendera merah putih dan bendera Vatikan.

Acara dilanjutkan dengan misa pembuka yang dihadiri oleh 22 Uskup dan Dubes Vatikan serta seluruh umat dari keuskupan Manado. Kemudian, penyerahan Salib IYD dari tuan rumah IYD  2012 yakni Keuskupan Sanggau - Kalimantan Utara kepada tuan rumah IYD 2016 Keuskupan Manado. Penyerahan Salib IYD ini diiringi tarian dari Kalimantan Utara dengan pakaian adat khas Sanggau.

Usai diserahkan, pesta kembang api memecah sorak sorai seluruh peserta. Suasana semakin ramai dan  semakin bersukacita. Salib kemudian didoakan oleh Uskup Manado Mgr. Yoseph Suatan dan digiring di tengah lapangan. Suasanya hening, OMK berlutut. Nyanyian lagu opera dengan suasa seriosa membuat suasana begitu kusuk bagi seluruh peserta yang hadir.

Acara puncak IYD ini akan berlangsung selama dua hari yang diisi dengan kegiatan Ngopi (Ngobrol Pintar) dengan tema-tema yang telah ditentukan, Doa jalan salib dan berbagai acara kebersamaan lainnya dan penutupan IYD akan berlangsung pada 06/10/2016.(ml)***

Insert foto: OMK Keuskupan Agung Ende unjuk busana enam etnis saat parade IYD









Vigonews.com, BAJAWA – Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) berbusana daerah Bajawa,  Selasa (04/10/2016) memadati halaman belakang Kodim 1625/Ngada. Diiringi dentuman musik khas daerah iringan ja’i, para siswa terlihat piawai meliuk-liuk tubuh mungil kian kemari, dengan gerakan tangan memikat.

Suasana ini meriahkan HUT TNI ke 71 tahun 2016 tepatnya tanggal 5 Oktober. Lomba ja’i kreasi menjadi salah satu kegiatan rangkaian menyambut HUT TNI itu. Enam sekolah dasar mengirim tim ja’i-nya dalam perlombaan yang sebelumnya dibuka secara resmi oleh Dandim 1625/Ngada Letkol ZCI Arman Hidayah, S.Sos.

Setelah masing-masing tim tampil di depan dewan juri – antara lain dari SDK Regina Pacis, SDI Loboleke, SDI Bajawa, SDI Bobou, SDK Tanalodu, dan SDI Waturutu – mengunjukkan kebolehannya, puluhan cilik dari berbagai sekolah itu turun ‘melantai’ dengan hentakan ja’i melepas kegembiraan mereka bersama-sama.
 
Penari Ja'i SDI Waturutu
Ajang lomba ja’i kreasi menyambut HUT TNI dimenangkan anak-anak SDI Waturutu, menyusul SDK Tanalodu di tempat kedua, SDI Bobou di tempat ketiga, dan di tempat keempat hingga enam masing-masing-masing SDI Bajawa, SDI Loboleke,  dan SDK Recis.

Panitia penanggung jawab lomba ja’i kreasi HUT TNI ke-71, Pasiper (Personalia) Kapten Inf. Subegya kepada vigonews.com, Selasa (04/10/2016) memberi apresiasi dan penghargaan kepada para siswa dan guru yang terlibat dalam kegiatan lomba ini.

Menurut Subegya, lomba tarian ja’i kreasi merupakan bagian dari kepedulian TNI dalam ikut melestarikan budaya daerah sebagai khasanah bangsa. Saat ini, tambah Subegya, situasi bangsa terutama generasi muda terus ‘digempur’ dengan budaya dari luar. Karena itu, perlu perkuat dengan benteng budaya bangsa yang bernilai sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.

Menurut Subegya, TNI juga bertanggung jawab dalam upaya melestarikan budaya-budaya daerah sebagai wujud jati diri bangsa Indonesia. Karena itu menyambut HUT TNI ke-71 kali ini, Kodim 1625/Ngada memilih salah satu kegiatan lomba adalah tarian daerah. “Ke depan bahkan bukan hanya ja’i tetapi juga tarian lainnya. Demikian juga peserta kalau tahun ini baru siswa SD, tahun yang akan datang akan diikutkan siswa SMP dan SMA?/SMK,” katanya.
Para penari Ja'i foto bersama Dandim 1625/Ngada Letkol ZCI Arman Hidayah, S.Sos
Sementara itu guru tari dari SDI Waturutu, Veronika Agata Modo, S.Pd ketika dimintai komentar vigonews.com memberi apresiasi kepada jajaran TNI, khususnya dari Kodim 1625/Ngada yang telah menyertakan lomba ja’i dalam rangkaian kegiatan HUT TNI tahun ini.

Verny, begitu dia biasa disapa mengaku baru kali ini Kodim 1625/Ngada menggelar kegiatan lomba tarian dari budaya lokal. Selain sebagai wujud kepedualian terhadap persoalan degradasi nilai akibat gempuran budaya asing, Verny melihat kegiatan ini juga menjadikan Markas Kodim 1625/Ngada terlihat lebih familiar. “Melalui kegiatan ini anak-anak bisa lebih dekat mengenal institusi TNI yang terbuka bagi siapa saja dan dikenal luas dan bersahabat,” katanya.

Verny menyarankan, ke depan jika digelar lagi lomba tarian dari kebudayaan lokal macam ini  mungkin tidak hanya ja’i,  tetapi juga tarian lainnya, seperti dero. Banyak sekalai kekayaan budaya yang bisa ditampilkan. Dan melalui ajang ini, lanjut Verny, bisa menjadi tempat untuk apresiasi seni. Dengan demikian seni dan budaya sebagai kekayaaan dari keragaman bangsa mampu memperkuat jati diri anak bangsa karena nilai-nilainya sangat kuat.

Selain lomba ja’i kreasi, kegiatan menyambut HUT TNI ke-71 tahun 2016 juga dimeriahkan dengan pertandingan bola voli antar SMA/SMK, dan lomba paduan suara tingkat SMA/SMK di kabupaten Ngada. (ch)***

Monday 3 October 2016


Vigonews.com, INERIE – Para petugas di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Inerie kecamatan Inerie Kabupaten Ngada Ikrarkan janji perbaikan pelayanan. Ikrar janji itu dilakukan guna memperbaiki dan meningkatkan pelayanan sebelumya setelah diadakan lokakarya internal puskesmas terhadap identifikasi keluhan dan survey pengaduaan masyarakat.

Ada 10 janji yang diikrarkan pada, Jumat (23/09/2016) lalu, setelah melalui tahapan lokakarya internal dari kegiatan reformasi puskesmas. Dalam tahap ini, petugas puskesmas menggali akar atau penyebab, timbulnya keluhan yang disampaikan oleh masyarakat sebagai pengguna layanan puskesmas dan jaringannya (Pustu, Poskesdes, dan Polindes).

Mentor Puskesmas reformasi Yohanes Donbosko Ponong, Jumad (23/09/2016) mengatakan, setelah menemukan faktor-faktor penyebabnya, kemudian internal puskesmas juga menemukan sendiri solusi yang harus dilakukan oleh para petugas kesehatan di Puskesmas.

Dikatakan, lokakarya internal UPTD Puskesmas Inerie dilaksanakan 21 – 23 September 2016, bertempat di UPTD Puskesmas Inerie,  dihadiri oleh seluruh petugas kesehatan mulai dari tingkat puskesmas sampai desa.  Kegiatan ini diawali dengan pembacaan dan peringkatan ututan keluhan masyarakat yang diperoleh pada saat surey pengaduaan masyarakat dan peserta dibagi kedalam empat kelompok, antara lain kelompok tata pelayanan, kedisiplinan dan komptensi petugas, obat-obatan dan kesembuhan pasien, tenaga dan biaya serta kelompok Lingkungan dan sarana prasarana.

Kegiatan hari kedua adalah setiap kelompok melalui jubirnya masing-masing mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok. Misalnya ada keluhan masyarakat yang menyatakan “petugas kurang disiplin terhadap waktu pelayanan”

Menurut Bosco, di hari ketiga petugas menemukan akar masalah mengapa petugas kurang disiplin dalam memberikan pelayanan. Penyebab internal adalah adanya sikap malas dari dalam diri. Dan penyebab eksternalnya adalah jarak rumah petugas dan fasilitas kesehatan begitu jauh. Oleh karena itu, solusi internal adalah petugas harus berani melawan sikap malas dalam diri, dan solusi eksternal adalah mencari tempat tinggal yang dekat dengan fasilitas kesehatan.

“Ia ini adalah salah satu contoh lokakarya internal yang dapat kita gali faktor penyebab internal dan eksternal. Kemudian solusi yang kita tawarkan. Apablia ini benar-benar dilaksanakan oleh petugas kesehatan mulai dari tingkat puskesmas sampai jaringannya maka kegiatan reformasi puskesmas dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,” Kata Bosco.

Semantara itu, kepala UPTD Puskesmas Inerie Paulus Nono disela-sela kegiatan  tersebut mengatakan, kegiatan lokakarya internal harus dimaknai oleh para petugas kesehatan kecamatan Inerie sebagai kegiatan perbaikan pelayanan kesehatan kearah yang lebih baik.

Menurutnya, masyarakat sebagai pengguna layanan berhak memberikan penilaian terhadap kinerja yang telah kita laksanakan selama ini. Semua pengaduaan yang telah disampaikan oleh masyarakat dalam kegiatan reformasi puskesmas ini harus bisa diterima, mau mengakui kesalahan, dan harus bisa menunjukan pelayanan yang lebih prima kepada masyarakat.

Sepuluh janji perbaikan pelayanan Puskesmas Inerie yang diucapkan oleh para petugas kesehatan UPTD Puskesmas Inerie dan Jaringannya yakni, pertama, Disiplin terhadap waktu pelayanan. Kedua, loyalitas dalam tugas dan pelayanan. Ketiga, melayani pasien dengan senyum, sikap ramah, jujur, transparan, komunikatif dan tanpa ada pilih kasih.

Keempat, Membangun kerja sama yang baik dengan pemerintah desa, lintas sektor dan masyarakat. Kelima, memberikan teladan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Keenam, memberikan informasi dan sosialisasi sektor kesehatan berbasis masyarakat desa. Ketuju, Menciptakan suasana kerja yang komunikatif dan harmonis.

Kedelapan, meningkatkan kompetensi diri melalui pendidikan, pelatihan, simulasi internal dan memperkaya referensi diri. Kesembilan, Menjaga, memeilihara dan merawat semua sarana dan prasarana yang ada di fasilitas kesehatan. Dan kesepuluh, Bersedia menerima kritik dan saran yang membangun dari sesama rekan kerja, dan masyarakat sebagai pengguna layanan.

Salah seorang staf UPTD Puskesmas Inerie, Wilybrodus Batta  menyanggupi siap untuk melaksanakan tugas pelayanan, sebagai pelayan kesehatan yang reformis. (ch) ***

Insert foto:  Tenaga Kesehatan UPTD Puskesmas Inerie sedang mengucapkan janji sebagai akhir dari kegiatan Lokakrya Internal, Jumad ( 23/09/2016).

Vigonews.com, MALANUZA – Arigius Belo kini memangku jabatan sebagai Ketua Presidium PMKRI Cabang Ngada ‘Santo Stefanus Periode 2016/2017. Terpilihnya Arigius Belo yang biasa disapa Ari itu melalui mekanisme sidang voting terbuka. Jumlah anggota aktif  PMKRI Cabang Ngada yang hadir pada saat itu berjumlah 13 (tiga belas) orang, dengan ketentuan satu orang berhak memberikan satu hak suara.

Mantan presidium gerakan masyarakat PMKRI Calon Cabang Ngada ini terpilih sebagai Mandataris RUAC, Formatur tunggal, dan Ketua Presidium PMKRI Cabang Ngada Santo Stefanus periode 2016/2017.

Sidang pemilihan ini difasilitasi oleh panitia ad hock dengan ketua sidang Senobius Mbasu, sekretaris sidang Marlyn Dhema dan anggota sidang Geofildus N.M Rindu. Setelah melalui tahapan dan mekanisme sidang voting terbuka dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis, akhirnya ketua sidang Senobius Mbasu menyampaikan perolehan suara ketiga kandidat yakni,  Arigius Belo memperoleh 8 (delapan) suara, Theodorus Kelong memperoleh 3 (tiga) suara, dan Agustinus Ndona memperoleh 2 (dua) suara.

Setelah disampaikan hasil pemilihan,  dilanjutkan dengan pembacaan dan pengesahan surat ketetapan  terpilihnya  Arigius Belo sebagai Mandataris RUAC, Formatur tunggal dan Ketua Presidium PMKRI Cabang Ngada Santo Stefanus Periode 2016/2017 oleh panitia ad hock.  Proses yang dilewati dalam agenda sidang pemilihan ini benar-benar menegaskan kepada warga perhimpunan bahwa PMKRI sebagai organisasi belajar, wadah pengkaderan, dan media perjuangan.

Mandataris RUAC terpilih Arigius Belo, usai pemilihan di aula STKIP Citra Bakhti Ngada kepada vigonews.com mengatakan, kepercayaan yang diberikan oleh rekan-rekan seperjuangan memiliki tanggung jawab besar yang tidak dapat ia sia-siakan. Sebagai mandataris RUAC, ia memiliki komitment yang besar untuk melaksanakan semua program kerja yang telah termuat dalam rekomendasi RUAC PMKRI Cabang Ngada Santo Stefanus periode 2016/2017.

Ia menambahkan, dalam kapasitasnya sebagai formatur tunggal tentunya ia akan membentuk komposisi kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang yang realisitis dan sesuai dengan kebutuhan organisasi PMKRI Cabang Ngada. Menurutnya jajaran DPC ini akan membantu dia dalam kapsitasnya sebagai ketua Presidium selama satu periode kedepan dalam semangat kolektif kolegial.

Terkait dengan gerakan PMKRI kedepan di kabupaten Ngada, Ketua Presidum PMKRI Cabang Ngada perdana ini mengatakan, arah gerak dan perjuangan PMKRI selalu tetap berpijak pada misi PMKRI yaitu berjuang dengan terlibat dan berpihak pada kaum tertindas melalui kaderisasi intelektual populis yang dijiwai oleh nilai-nilai kekatolikan, kemanusiaan dan persaudaraan sejati.

Menurutnya, perjuangan PMKRI harus tetap konsisten dengan misi PMKRI guna menjawabi visi PMKRI terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati. Pada bagian lain ia menegaskan bahwa, PMKRI selalu hadir untuk bersuara bagi kelompok tak bersuara (Voice the voicces) dan berpihak pada kaum tertindas (option for the poor).

Semantara itu, kedua kandidat Agustinus Ndona dan Theodorus Kelong usai pemilihan kepada media ini mengatakan, siap mendukung kader yang telah terpilih sebagai ketua presidium PMKRI dan membangun kerja sama yang konstruktif guna menghidupkan PMKRI Ngada kedepan yang lebih eksis. “Proses pemilihan telah kita lewati melalui proses yang sangat demokratis. Siapapun yang terpilih itulah kader terbaik PMKRI. Kami siap mendukung dan bekerja sama untuk PMKRI Ngada kedepan yang lebih baik,” Tutur Gusti.

Yohanes Donbosko Ponong mewakili senior dan Alumni PMKRI pada saat menutup kegiatan RUAC mengharapkan agar kepengurusan yang baru harus bisa menjalankan rekomendasi RUAC, melakukan konsilidasi internal, membangun komunikasi dengan pihak hierarki, dan membangun komunikasi dengan para senior/alumni, serta berbagai stakeholder yang ada di kabupaten Ngada. 

Amanat  MPA
Pasca ditingkatkan status Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesi (PMKRI) Calon Cabang Ngada Santo Stefanus menjadi PMKRI Cabang Ngada Santo Stefanus melalui forum Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) beberapa waktu lalu di Jakarta, maka PMKRI Cabang Ngada segerah melakukan pergantian komposisi Ketua Presidum dan jajaran Dewan Pimpinan Calon Cabang (DPCC) PMKRI Ngada periode 2015/2016.

Hal ini karena, kepengurusan yang ada di PMKRI Cabang Ngada adalah ketua presidium dan Dewan Pimpinan Calon Cabang. Demikian dikatakan oleh Wilfridus Djanga ketua Presidium PMKRI Calon Cabang Ngada periode 2015/2016 di aula STKIP Citra Bakhti Ngada  pada saat seremonial pembukaan.

Menurut Frid demikian ia biasa disapa, ketika memberikan sambutan pada saat pembukaan kegiatan Rapat Umum Anggota Cabang (RUAC) PMKRI Cabang Ngada Santo Stefanus periode 2016/2017 mengatakan,  ketua presidium dan jajajaran DPCC memiliki tanggung jawab moral untuk melaksanakan agenda kaderisasi di PMKRI melalui RUAC  guna memilih mandataris RUAC/Formatur Tunggal/Ketua Presidum PMKRI Cabang Ngada Santo Stefanus Periode 2016/2017.

Ia menambahkan bahwa, RUAC ini dilaksanakan agar roda perhimpunan tetap berjalan dan terus eksis di kabupaten Ngada. “Kami kemarin hadir pada saat kongres MPA di Jakarta, dan pada saat itu pula saya mempersentasekan perkembangan kegiatan baik secara internal maupun eksternal yang dilakukan oleh PMKRI Calon Cabang Ngada untuk kemudian bisa dinilai oleh forum MPA. Puji Tuhan, suara MPA menyepakati PMKRI Calon Cabang Ngada sudah layak didevenitifkan menjadi Cabang berdasarkan variabel-variabel yang telah termuat dalam konstitusi organisasi. Sehingga ketika kami pulang, secara moral tidak boleh kami diam-diam, tetapi harus segerah melaksanakan RUAC PMKRI Cabang Ngada pertama”  tandas bung Frid.

Ketua Panitia RUAC PMKRI Milianus Jegaut mengatakan, RUAC merupakan forum legislatif tertinggi di tingkat cabang guna mengevaluasi kinerja pengurus PMKRI sebelumnya, menyusun program-program kerja strategis PMKRI satu periode kedepan, dan memilih mandataris RUAC, formatur tunggal, dan ketua presidium. (dbp)***

Insert foto: Suasana RUA Cabang PMKRI Cabang Ngada