Responsive Ads Here

Tuesday 23 May 2017


BAJAWA – SMAK Regina Pacis Bajawa, keluar sebagai juara kompetisi debat bertajuk Fasilitasi Pendidikan Pemilih, yang digelar di Rumah Pintar Pemilu KPU Ngada, Selasa (23/05/2017).

Tiga pendebat Recis akhirnya bisa ‘bernafas lega’ dalam laga debat dua babak itu, setelah pada babak semifinal dan final sempat mendapat ‘perlawanan’ sengit dari SMAN 1 Bajawa, SMAK Seminari Mataloko dan  SMAN 1 Riung Barat.

Mendapat perlawanan sengit para pendebat dari sekolah lain, Recis justru menunjukkan kepiawaiannya, sehingga mampu ‘mengecohkan’ lawan-lawannya dengan argumen-argumen yang akurat. Sekolah yang pernah mengikuti Lomba Debat tingkat propinsi maupun nasional itu akhirnya lolos dengan mengumpulkan angka tertinggi 1.945 mengungguli SMAN 1 Bajawa di tempat kedua dan SMAK Seminari Mataloko di tempat ketiga. Sementara SMK Bangun Mandiri berada di posisi keempat, menyusul SMAK Kejora Riung berada pada posisi kelima dan SMAN 1 Riung Barat pada posisi keenam.

Debat  bertajuk Fasilitasi Pendidikan Pemilih itu diawali dengan lomba menulis artikel populer yang diikuti 42 siswa dari sejumlah sekolah di kabupaten Ngada. Enam siswa masuk sebagai nominasi dalam penulisan artikel populer terbaik dan berhak maju ke babak debat. Di babak debat, nominasi penulisan artikel populer membantuk tim sehingga memenuhi syarat mengikuti kompetisi debat dengan sistem parlemen.

Kompetisi debat berlangsung seru dan rangkainnya berlagsung hikmat. Diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Debat ditutup dengan menyanyikan lagu Indonesia Pusaka sembari bergandengan tangan. Ketua KPU Ngada Thomas Djawa yang membuka kemudian menutup sesi debat ini mengaku puas dengan Antusias peserta mengikuti rangkaian kegiatan.

Melalui dua jenis lomba, kata Thomas, ada banyak masukan bagi KPU dalam melakukan sosialisasi dan pendidikan politik untuk mencapai iklim demokrasi yang ideal. Kegiatan yang diawali dengan seminar terbatas, panggalian informasi tentang kepemiluan, lomba menulis dan debat menjadi wahana yang efektif dalam mengartikulasi berbagai wacana dan isu aktual tentang demokrasi dan kepemiluan oleh para pemilih pemula.
 
Tim Debat SMAK Seminari Mataloko (kanan) ketika berhadapan dengan Tim Debat Recis di Final
Melalui wadah rumah pintar dan kegiatan ini diharapkan para siswa kembali membawa pemahaman baru tentang kepemiluan dalam kerangka menciptakan pemahaman demokrasi yang sesungguhnya. Bertolak dari realitas hari ini, dimana demokrasi masih dibelit berbagai persoalan, kegiatan ini memberi sumbangan yang bernilai dalam kerangka pendidikan politik dan demokrasi.

“Kita berharap setelah dari sini para siswa menjai pelopor perubahan. Malah di sekolah masing-masing mereka bisa menjadi ‘narasumber’ dalam mengampanyekan tentang demokrasi dan kepemiluan,” jelas Thomas.

Thomas mengatakan, melalui lomba menulis dan debat, ada banyak harapan dan masukan yang disampaikan para peserta, baik melalui tulisan maupun melalaui forum debat.

Harapan Thomas ternyata sama bersarnya dengan harapan sejumlah guru pendamping yang mengantar siswa dalam kegiatan lomba ini. Bonefasius Zanda, guru SMAK Regina Pacis memuji terobosan KPU yang berani mengkreasikan kegiatan ini sehingga dipahami dan didalami siswa.  Dia berharap KPU terus mengkreasikan kegiatan semacam ini sehingga sosialisasi dan pendidikan politik lebih efektif dari sekedar ceramah-ceramah. Dan, sukses kegiatan ini sekaligus mematahkan rumor bahwa KPU hanya berteori dan tak ada kegiatan kalau tidak ada pemilu dan pilkada juga pilgub. Padahal KPU terus bekerja setiap saat.
 
Prosesi penyerahan penghargaan dan  hadiah kepada para pemenang kompetisi debat dan lomba menulis
Sementara, Dorkas yang juga Guru SMAK Kejora Riung, mengatakan kegiatan ini memberi pembelajaran berharga bukan hanya siswa tetapi juga guru dan publik pada umumnya. Dia bertekad mendampingi para siswanya dalam debat yang selama ini belum tahu teknik-tekniknya. Dia berharap KPU terus melanjutkan kegiatan semacam ini karena jauh lebih efektif dalam sosialisasi dan pendidikan politik kepada masyarakat, khususnya pemilih pemula

Dibagian lain Thomas Djawa memberi apresiasi kepada Kooperasi Media & Literasi, dan MEDIA CERMAT melalui Pimred media ini, Emanuel Djomba yang telah bersama-sama KPU Menggagas kegiatan ini. Sementara Emanuel Djomba secara terpisah – yang juga menjadi juri dalam kompetisi ini, mengatakan Kooperasi Media & Literasi dan Media Literasi MEDIA CERMAT berkomitmen terus bersinergis dengan pihak manapun yang punya misi dalam mengambangkan budaya literasi.

“Melalui literasi kita akan berupaya menciptakan kultur masyarakat yang melek huruf. Dan generasi yang melek huruf akan menciptakan generasi yang bermartabat. Kita juga apresiasi kepada KPU Ngada yang selalu terbuka kepada stake holder lain dalam memberi masukan dan bersinergis membangun demokrasi. Dalam kaitan dengan Rumah Pintar Pemilu, perlu sinergis semua pihak sehingga wadah ini efektif untuk mencerdaskan  masyarakat dalam berdemokrasi,” kata Djomba.

Rangkaian debat dimoderatori Yohanes Donbosko Ponong dari Kooperasi Media & Literasi. Akhir kegiatan, peyerahan penghargaan dan hadiah kepada peserta dan para juara.(ch)***

Insert foto: Tim debat Recis sempat mendapat perlawanan dari tim debat SMAN 1 Bajawa.

Friday 19 May 2017


BAJAWA – Sebanyak 42 siswa SMA/SMK se-Kabupaten Ngada mengikuti lomba menulis dan debat yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ngada. Terobosan pertama KPU Ngada dalam fasilitasi Pendidikan Pemilih dan Rumah Pintar. Lomba menulis artikel populer & debat diselenggarakan di Rumah Pintar Pemilu KPU Ngada 19 & 23 Mei 2917 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei.

Lomba ini berangkat dari pemikiran untuk pendidikan pemilih sebagai wahana edukasi akan pentingnya pemilu. Untuk menyebarluaskan eksistensi rumah pintar pemilu sebagai wahana bagi masyarakat agar dapat memahami tentang kepemiluan sehingga dapat mengikuti pemilu secara cerdas. Dan, untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam keseluruhan tahapan pemilu serta meningkatkan pemahaman akan kepemiluan.

Itu sebabnya, wahana lomba yang menyasar siswa SMA/SMK dinilai sangat strategis karena menyentuh langsung pemilih pemula. Setidaknya para siswa sebagai calon pemilih pemula memahami secara utuh tentang proses dan tahapan kepemiluian, pengetahuan kepemiluan dalam membangun demokrasi.
 
Suasana Lomba Menulis di Rumah Pintar Pemilu KPU Ngada
Dalam sambutan ketika membuka kegiatan Lomba, Ketua KPU Ngada, Thomas Djawa mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan setelah diskusi gagasan antara KPU Ngada dengan  Kooperasi Media & Literasi. Lomba menulis & debat sebagai wahana efektif dalam rangka menanamkan pemahaman tentang kepemiluan dan demokrasi dengan sasaran calon pemilih pemula dan memperkenalkan rumah pintar pemilu yang ada di KPU Ngada.

Fasilitasi pendidikan pemilih dengan model lomba menulis & debat, kata Thomas Djawa, baru pertama kali terjadi di NTT yang dilengkapi sarana rumah pintar pemilu, minus Kabupaten Sikka dan Ende. “Kita berharap melalui kegiatan ini berbagai tema tentang kepemiluan mendapat pemahaman yang mendalam melalui proses gali informasi, wawancara narasumber, proses pengamatan kemudian diaktualisasikan melalui kegiatan menulis. Melalui lomba debat, beberapa tema akan diinternalisasi melalui proses perdebatan antar tim dari sekolah-sekolah.

Thomas Djawa berharap, pasca lomba menulis & debat, para siswa yang juga calon pemilih pemula ini menjadi agen pemilu di sekolah dan daerah masing-masing. Mereka bisa menjadi narasumber dalam menumbuhkan demokrasi di sekolah-sekolah melalui ajang pemilihan ketua OSIS yang selama ini sudah mulai tumbuh di sekolah-sekolah.

Lomba menulis digelar 19 Mei dengan peserta 42 siswa. Siswa yang masuk kategori tulisan terbaik masuk ke babak debat yang melibatkan tim dengan masing-masing tim sebanyak 3 orang dan didukung empat suporter dari masing-masing sekolah. Di babak ini akan ada enam sekolah yang akan bertanding mengadu ketangkasan, adu argumentasi dan logika mempertahankan atau menolak mosi yang disajikan KPU.
 
Para siswa Serius mengikuti lomba menulis Artikel Populer di Rumah Pintar Pemilu KPU Ngada
Sebelum kegiatan menulis, Jumat (19/05/2017) lal,  siswa terlebih dahulu dibekali pengetahuan dan beberapa hal teknis tentang kepemiluan dari para komisioner KPU yang dipimpin oleh Ketua KPU Thomas Djawa. Sementara Emanuel Djomba dari Kooperasi Media & Literasi yang juga Pemimpin Redaksi MEDIA CERMAT (Media Literasi) memberi pemahaman dan tips menulis artikel populer.

Di bagian lain Emanuel Djomba selaku narasumber dan juri lomba mengatakan, lomba ini tidak sekedar untuk mendapat juara, apalagi mendapat hadiah semata. Tetapi lebih penting dari itu, melalui kompetisi menulis & debat siswa diasah kemampuan berpikir logis, sitematis dan argumentatis yang kemudian diinternasliasikan serta diaktualisasikan baik melalui tulisan maupun melalui ajang debat.

“Kita berharap melalui kegiatan ini siswa sebagai calon pemilih pemula mendapat pemahaman yang benar tentang kepemiluan. Sumber yang standar itu ada di lembaga KPU yang kini juga disediakan rumah pintar. Sehingga kemudian nanti menjadi pemilih yang cerdas,” pesan Djomba.

Salah seorang peserta yang juga siswa SMAN 1 Bajawa Fransiskus . Ria dalam kesannya kepada panitia mengatakan, kegiatan ini sangat positif. Karena itu dia berharap kompetisi semacam ini selalu digelar sehingga siswa memiliki pemahaman tentang kepemiluan yang benar. Fransisikus yang mengaku baru pertama kali mengikuti lomba menulis mengaku degdegan. Tetapi kalau sering ada kompetisi mungkin akan terbiasa.

Menjelang pertarungan di babak debat, Selasa, para siswa menyaksikan simulasi debat dengan sistem parlemen, oleh dua tim debat dari SMAK Regina Pacis Bajawa. Kegiatan menulis sehari  itu dipandu oleh Yahones Donbosko Ponong dari Kooperasi Media & Literasi. Babak debat akan digelar, Selasa (23/05/2017) di rumah pintar KPU Ngada dan disiarkan secara langsung melalui Radio RSPD Ngada.(ch)***

Sunday 14 May 2017


BAJAWA – Forum Masyarakat Peduli Bowali (FMPB) menolak penggunaan dana desanya untuk kontrak lapangan sepak bola. Aksi penolakan akan digelar, Senin (15/05/2017) besok, di Kantor Kepala Desa Bowali. Guna menyampaikan aspirasi sebagian besar warga, FMPB melayangkan surat pemberitahuan kepada  kepala desa sekaligus minta kesediaan menerima masyarakat yang tergabung dalam forum ini.

Surat pemberitahuan penyampaian aspirasi yang juga diterima redaksi vigonews.com, Minggu (14/05/2017) petang itu,  ditandatangi Ketua FMPB, Agustinus M. Th. Bhae. Surat tersebut ditembuskan juga kepada Bupati Ngada, Ketua DPRD Ngada, Kepala BPMD PP, Danramil 1625-01, Kapolres Ngada, Camat Bajawa, Babinsa Desa Bowali, Babinkam Desa Bowali, dan tokoh masyarakat desa Bowali.

Sesuai perihal surat tersebut, FMPB akan menyampaikan aspirasi penolakan pembangunan lapangan sepak bola dengan sistem kontrak tanah milik suku Gero yang berlokasi di RT 07, Dusun 04, Boba, Desa Bowali. Kontrak dimaksud menggunakan dana desa tahun anggaran 2017.

Forum ini menduga ada yang tidak beres dengan rencana kontrak lapangan menggunakan dana desa. Karena, ketika pramusrembangdes, program yang diprioritaskan pertama adalah pembangunan infrastruktur jalan yang menghubungkan beberapa kampung dan ke kantong-kantong ekonomi desa, pembangunan deker, pendidikan dan kesehatan. Namun anehnya ketika penetapan malah yang jadi P1 (prioritas satu) kontrak lahan untuk lapangan sepak bola.

Menurut Agustinus, kontrak lahan untuk lapangan sepak bola yang sudah ditetapkan itu terlebih dahulu dilakukan pengusuran lahan dengan biaya yang direncanakan dari dana desa lebih dari Rp 320 juta. Namun mekanisme kontrak hingga saat ini belum pernah dibicarakan. Hanya, dana yang dialokasikan Rp 320 juta itu untuk gusur saja.

Mekanisme kontrak juga tidak dijelaskan, akan seperti apa? Karena dalam ketentuan penggunaan dana desa tidak mengatur hal itu. Kecuali jika ada pihak ketiga mengontrak aset desa itu memang diatur, sebagaimana diatur dalam Permendagri No 1 tahun 2016 tentang pengelolaan aset desa, pasal 1 poin 11. “Tetapi desa mengontrak aset publik – itu sudah kami cari referensinya tidak ada,” katanya.

Selanjutnya, jelas Agustinus, pihaknya juga keberatan berdasarkan pertimbangan, bahwa usai masa kontrak, aset itu tidak bisa menjadi milik desa. Padahal dana desa yang dikeluarkan sangat besar. Tahun pertama saja Rp 320 juta hanya untuk gusur, tahun berikut masih harus keluar dana lagi untuk fasilitas lain yang dikabarkan akan bangun lapangan voli dan kolam renang serta penataan lingkungan sekitar. Air saja susah kok bangun kolam renang.

Kontrak dengan sistem bagi hasil 40 – 60 persen dinilai forum ini, hal yang mustahil. Siapa yang akan menyewa lapangan sepak bola itu?  Lalu perjanjian bagi hasil masuk akal tidak? Bagi warga, lapangan sepak bola bukan urusan yang urgen, karena saat ini latihan sepak bola masih bisa menggunakan lapangan di SDN Radha di desa itu. “Jadi bagi kami pembangunan lapangan sepak bola ini tidak ada hal yang urgen. Kita masih lebih membutuhkan saarana/prasarana jalan, bidang pendidikan, dan kesehatan.

Masyarakat, sebagaimana dikemukakan salah seorang tokoh yang juga panasehat FMPB, Arnoldus Naru, jadi bingung. Ini sisitemnya bagaimana? Semuanya tidak jelas. Kontrak berarti setiap tahun harus mengeluarkan dana desa selama 25 tahun dari rencana kontrak. Atau bagaimana? Kemudian diperoleh informasi nanti ada pembagian hasil dari penyewaan lapangan  60 persen untuk suku Gero (pemilik tanah) dan 40 persen untuk desa.  

“Lapangan sepak bisa menjadi salah satu kebutuhan masyarakat tetapi bukan yang utama. Jadi tidak perlu buru-buru. Apalagi pakai sistem kontrak. Kami lebih bisa terima kalau tanah dibeli sehingga kemudian menjadi aset desa. Bukan kontrak dan setelah desa bangun, besok lusa tidak jadi aset desa. Ini yang untung siapa?,” jelas Arnoldus.

Sesuai surat yang diterima redaksi vigonews.com, 84 warga yang merupakan representase 84 kk menandatangani pernyataan dukungan kepada forum guna menyampaikan aspirasi secara terbuka di kantor desa. Meski begitu, FMPB sudah menyiapkan pernyataan penolakan secara tertulis, dan siap melakukan dialog dengan pemerintah desa. “Siap atau tidak siap, kami tetap akan datang untuk menyampaikan aspirasi ini,” kata Agustinus.

Ketika melayangkan surat, kata Agustinus, Kepala Desa Bowali  Fransiskus Ana Meo berkeberatan untuk melayani FMPB yang akan menyampaikan aspirasi, Senin besok. Malah Fransiskus mempertanyakan legalitas FMPB.  Namun, forum tetap akan melakukan aksi mereka Senin. “Surat tembusan sudah kami sampaikan ke instansi terkait. Jadi diterima atau tidak, Senin kami tetap melakukan aksi untuk menyampaikan aspirasi masyarakat menolak kontrak lahan untuk lapangan sepak bola itu,” jelas Agustinus.

Sehubungan dengan rencana tersebut, redaksi vigonews.com, Minggu petang menghubungi Kepala Desa Bowali,  Fransiskus Ana Meo melalui ponselnya. Namun beberapa kali dihubungi, ponselnya sedang tidak aktif. (ch)***

Foto: Lapangan sepak bola yang ada di SDN Radha, Desa Bowali, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada. Selama ini jadi tempat untuk orang muda berolah raga.

Saturday 13 May 2017


BAJAWA – Diperkirakan 3000 orang warga kota Bajawa, Sabtu (13/05/2017) malam tumpah ruah di lapangan Kartini; alun-alun kota. Meski ‘dilumat’ hawa dingin Kota di ketinggian 1.300 dpl itu, tak menyurutkan hasrat warga mengikuti doa dan renungan bertajuk ‘Save Ahok & NKRI’.

Sekitar pkl 19.00 wita, laki-perempuan, tua-muda, anak-anak sudah memadati lapangan Kartini. Renungan dan doa diawali dengan penyampaian berita duka oleh Daud L. Bara. Melalui mikrofon, suara khas penyiar radio masa lalu ini menyentuh relung hampa warga dengan kabar duka atas matinya hukum di negeri ini, akibat menipisnya rasa keadilan dan keringnya nilai moral.

Kemudian Kadis Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Ngada Ngada Todis Reo Maghi, membaca puisi, selanjutnya diselingi lagu rohani maupun lagu perjuangan, puisi dan seterusnya bergantian beberapa saat.

Mantan anggota DPR RI yang kini staf ahli dan penasehat Menteri Hukum dan HAM RI, Yosef Nae Soi yang kebetulan sedang berada di Bajawa menyampaikan pesan Akhok ketika Yosef bersamanya detik-detik penahanan Ahok di Lapas Cipinang. “Jangan sedihkan saya, karena saya berjuang untuk NKRI. Saya hanya dua tahun penjara, tetapi Kristus menderita sampai wafat di kayu salib,” kata Ahok sebagaimana dituturkan Yosef Nae Soi di hadapan ribuan warga Ngada memadati Lapangan Kartini, Bajawa.

Yosef Nae Soi juga menyampaikan salam hangat dari adik Ahok kepada warga Ngada dan semua orang yang telah mendukung dan mendoakan kakaknya. Salam hangat itu disampaikan adik Ahok beberapa menit melalui telephon kepada Yosef Nae Soi yang sedang mengikuti aksi ‘Save Ahok dan NKRI’ di Bajawa.

Sebelum renungan dan mendaraskan doa rosario, ribuan warga yang hadir mengikuti ritual menyalakan lilin-lilin kecil. Api lilin disulut dari sebatang lilin berukuran besar kemudian menyebar dari orang ke orang membagi api menerangi malam. Kelap-kelip ribuan batang lilin pun berkilau di langit alun-alun kota.

Aksi damai  itu diisi dengan renungan dan doa rosario yang dihadiri sejumlah pastor koselebran, para biarawati, tokoh umat, tokoh masyarakat dan berbagai elemen masyarakat yang spontan datang dari desa-desa, khusus untuk mendoakan Ahok dan keutuhan NKRI.

Dalam renungan, Rm. Rudolf, Pr minta agar sebagai anak bangsa, warga Ngada yang bernaung dalam rumah NKRI harus ikut menjaga dan merawatnya.  “Untuk keselematan dan keutuhan rumah NKRI kita tidak akan kompromi dengan berbagai bentuk kelaliman. Kalau ada yang merusak rumah bersama hanya ada kata lawan.

“Rumah NKRI sudah dibangun oleh para pendahulu bangsa bukan di atas emas, tetapi di atas darah dan air mata. Karena itu tidak ada pilihan,  kita harus mempertahankan. Kita harus bersyukur kepada para pendiri bangsa ini,” tegasnya dengan suara menggelegar.

Dikatakan Rm. Rudolf, “NKRI punya kita semua. Kita harus bangkit melawan kalau ada yang mencoba merusaknya. NKRI adalah rumah permulaan sebelum kita menuju rumah abadi kita kelak. Untuk mencapai rumah abadi kita harus menyiapkannya dari rumah dunia ini, yakni rumah NKRI dengan hidup sejahtera, rukun dan damai.”

Saat ini kita melihat  rumah berhimpunnya keanekaragaman, suku, agama dan ras sudah dikoyak-koyak. Rumah yang dipenuhi dengan kekayaan alam tak ada duanya. Rumah dengan tata aturan yang membuat nyaman. Rumah ini tak boleh dirusak oleh siapapun.

Warga kota tampak bergeming hingga kegiatan usai, meski hawa dingin terus menusuk kulit. Sepanjang aksi damai diwarnai renungan dan doa itu, pemandu acara Man Tugas tiada henti-henti menggetarkan lubuk warga yang hadir.

Ketua Forum Perjuangan Penyelamat NKRI Kabupaten Ngada, Bernadinus Dhey Ngebu di penghujung acara menegaskan, “Kita ini pemilik demokrasi di rumah NKRI. Tidak ada yang boleh mencederainya dalam bentuk apapun. Sekarang kita harus kembali ke rumah, tetapi perjuangan kita berlum usai. Sampaikan salam persaudaraan NKRI. Tegakkan rumah NKRI,” tegas Berny disambut aplaus ribuan warga.(ch)***

Foto: Ribuan cahaya lilin warnai renungan dan doa untuk Ahok dan NKRI di Kota Bajawa, Ibu Kota Kabupaten Ngada

Wednesday 3 May 2017


BAJAWA – Dari 61 SMP di Ngada, SMPN 2 Bajawa menjadi satu-satunya sekolah yang menyelenggarakan UNBK.  Sebanyak 183 siswa sekolah itu megikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tanpa kendala. Pelaksanaan UNBK bekerja sama dengan SMK Sanjaya Bajawa yang telah memili fasilitas IT.

Sukses menggelar UNBK, SMPN 2 Bajawa bakal  menggelar Ujian Semester Berbasis Komputer (USBK) mulai tahun ajaran 2017/2018 mendatang. Demikian dikemukakan Kepala SMPN 2 Bajawa, Petrus Frans Suri menjawab vigonews.com, Rabu (03/05/2017) di sela-sela gelar UNBK hari kedua di SMK Sajaya Bajawa.

Menurut kepala sekolah yang akrab disapa Ruston, penyelenggaraan UNBK ternyata banyak keuntungannya. Itu yang membuat pihaknya mempertimbangkan pelaksanaan USBK tahun ajaran berikut dilaksanakan berbasis komputer.  Sehubungan dengan itu, kata Ruston,  pihaknya akan menambah server dengan perangkat komputer, sehingga pelaksanaan USBK dapat berjalan efektif untuk para siswanya.

Terkait dengan itu, kata Ruston, Pihaknya juga akan menyiapkan SDM yang berhubungan dengan pengadaan fasilitas IT di sekolah yang dipimpinnya, termasuk kerja sama dengan SMK Sanjaya Bajawa. Sementara Kepala SMK Sanjawa Bajawa, Drs. Andreas Rema menyanggupi kerja sama dengan SMPN 2 Bajawa termasuk menyiapkan SDM yang mumpuni.

UNBK
Terkait dengan pelaksanaan UNBK untuk pertama kali ini, Ruston mengatakan pelaksanaan hari pertama dan kedua berjalan lancar. 183 siswa mengikuti UNBK tanpa kendala. Sebanyak 80 unit komputer di SMK Sanjaya cukup membagi siswa ke dalam tiga sesi, sehingga UN hari pertama sudah bisa selesai pada pkl. 16.00 wita.

Sebelum UN hari pertama dimulai, kata Ruston, diawali dengan penjelasan teknis kepada para guru yang akan mengawas. Selanjutnya sebanyak 63 siswa sesi pertama mulai mengikuti ujian, selanjutnya  pada sesi kedua dan ketiga masing-masing 60 siswa.

Menurut Ruston, tidak ada kendala menyelenggarakan UNBK seperti ini. Malah lebih memudahkan siswa sehingga lebih fokus pada penyelesaian soal. “Dibanding Ujian Nasional berbasi Pensil dan Kertas, Ujian Nasional berbasis Komputer jauh lebih efektif. Waktu lebih efektif karena tidak diganggu dengan persoalan teknis mengisi jawaban dengan menghitamkan bulatan lembaran jawaban. Selanjutnya kalau salah harus dihapus kemudian dihitamkan lagi. Ini membutuhkan banyak waktu,” urai Ruston.

Hanya memang yang sering menjadi kendala, kata Ruston bukan faktor siswa, tetapi soal gangguan jaringan. Ini yang menjadi kendala. Tetapi tidak sampai mengganggu jalannya penyelenggaraan UNBK secara keseluruhan.

Terkait dengan kesiapan anak-anak yang tampak tak gagap dengan teknologi, Ruston mengatakan, sejak tahun lalu pihaknya sudah menyiapkan begitu ada ararahan dari Mendiknas tentang penyelenggaraan UNBK. Tindak lanjutnya, kata Ruston, pihaknya mengadakan perangkat komputer dan membeli server. “Sejak saat itu kami mulai melatih anak-anak membiasakan diri dengan sistem UNBK. Sehingga tiba hari pelaksanaan, anak-anak sudah bisa menyesuaikan diri,” jelas Ruston.

Di sekolahnya server dilengkapi dengan 40 unit komputer. Pengadaan perangkat itu sudah dilakukan tahun lalu. Meski ada fasilitas ini, Ruston tetap memilih kerja sama dengan SMK Sanjaya, karena di sekolah itu lebih banyak perangkat, sekitar 80 unit. Dengan demikian waktu pelaksanaan akan lebih efektif. (ed)***

Insert foto: Siswa SMPN 2 Bajawa sedang mengikuti UNBK

Tuesday 2 May 2017


BAJAWA – Merayakan kelulusan setelah pengumuman UN bermacam-macam caranya. Yang paling umum adalah corat coret pakaian seragam dan trek-trekan sepeda motor di jalanan. Siswa dari banyak sekolah mengekspresi dengan cara ini, namun siswa SMAK Regina Pacis mengisinya dengan sujud syukur.

Di Bajawa, Selasa (02/05/2017) suara raungan motor membelah jalan-jalan kota. Para penunggang kuda besi itu diduga siswa SMA/SMK di kota itu yang sedang merayakan kelulusan. Euforia ini seperti menggantang yang diekpresikan dengan berbagai cara, seperti: trek-trekan motor, pesta miras, mewarnai rambut dan corat-coret seragam putih abu-abu – seragam SMA/SMK – dengan pewarna pilox.

Suasana berbeda ditunjukkan 261 siswa SMAK Regina Pacis Bajawa. Ketika awak media menyambangi sekolah itu, para siswa yang mengenakan seragam khas kuning-putih itu malah sedang bersujud syukur dalam doa di depan gua buatan tempat ditahtakan arca Bunda Regina Pacis.

‘Ritual’ pengumuman kelulusan di sekolah Katolik di bawah naungan Yasukda itu memang tampak berbeda. Acara pengumuman yang dihadiri oleh orang tua siswa diisi dengan wejangan dan refleksi, dihadiri Sekretaris Dinas Pendidikan Gregorius Keo Molo, Ketua Yasukda Rm. Daniel Aka, Pr, Ketua Komite Isodorus Djawa, Kepala SMPK Regina Pacis Philipus Lusi, para guru dan seluruh siswa.

Dalam arahan, kepala SMAK Regina Pacis Bajawa, Rinu Romanus menghimbau 261 siswanya agar memaknai kelulusan yang tahun ini diraih dengan predikat 100 persen dengan sikap syukur. “Tidak perlu ada trek-trekan dengan motor, mobil di jalan. Apalagi sewa mobil segala. Tidak perlu coret seragam dan warna rambut. Lebih baik, seragam kau beri adik-adik atau simpan baik-baik bahwa engkau pernah dididik di lembaga yang terhormat ini,” pinta Romanus.

Kalau sampai saudara berekspresi dengan cara-cara yang salah, kata Romanus, menunjukkan bahwa saudara tidak punya jati diri. Tidak beretika, karena mengekspresikan dengan cara yang tidak terpuji. “Karena itu, setelah selesai pengumuman saya harap saudara mengekspresikan dengan doa, karena anda bisa lulus diberkati Tuhan. Kerja keras anda juga kerena dimampukan oleh Tuhan,” kata Romanus.

Tahun ini sebanyak 261 siswa yang menjadi peserta UN dinyatakan lulus 100 persen, dengan nilai tertinggi mencapai 96, untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. (ed)***

Insert foto: 261 siswa recis menggelar doa syukur usai pengumuman kelulusan

BAJAWA – Ketua Presidium PMKRI Cabang Ngasa St. Stefanus, Arigius Belo menilai kasus kekerasan terhadap aktivis Makasar sebagai upaya pembungkaman suara Kritis. Karena itu, PMKRI Cabang Ngada melalui pernyataannya, Selasa (02/05/2017) mengutuk tindakan kekerasan terhadap sejumlah aktivis PMKRI Cabang Makasar oleh aparat kepolisian di wilayah itu.

Terkait dengan tindakan kesewenang-wenangan itu, PMKRI mendesak Kapolda Sulawesi Selatan (Sulsel) mencopot Kapolresta Makasar, atas tindak kekerasan terhadap para aktivis PMKRI yang sedang melakukan aksi demo pada Hari Buruh, Senin (01/05/2017).

Ditegaskan Belo, tindakan kekerasan itu menunjukkan ketidakpahaman aparat kepolisian atas prinsip demokrasi yang sudah sekian lama dianut dan berlaku di republik ini. Karena itu,  PMKRI Cabang Ngada menilai, ada upaya pembukaman suara-suara kritis oleh pihak kepolisian, dalam hal ini oknum-oknum yang terlibat dalam peristiwa penangkapan kemarin terhadap sejumlah aktivis PMKRI.

“Bagi kami, tindakan yang dipertontonkan oleh aparat kepolisian ini menunjukkan gagalnya kinerja aparat kepolisian dan menjadi representasi akan buruknya proses pendidikan atau perekrutan awal terhadap calon anggota kepolisian. Kami PMKRI tidak akan pernah mundur dan takut dalam memperjuangkan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kami. Sampai kapanpun, tidak akan ada satu makhluk manapun yang mampu menghalangi konsistensi perjuangan kami,” tegas Belo melalui siaran pers yang diterima vigonews.com.

Oleh karena itu, kata Belo,  PMKRI Cabang Ngada mendesak Kapolri untuk mencopot oknum kepolisian yang terlibat dalam aksi penangkapan kemarin. PMKRI Cabang Ngada Mendesak Kapolri untuk menindak tegas pihak-pihak lain yang terlibat dan atau diangggap berpengaruh terhadap peristiwa penangkapan aktivis PMKRI Makasar pada tanggal 1 Mei yang lalu.

Belo menambahkan, apabila Kapolri tidak mengambil langkah tegas, maka demokrasi di NKRI ini akan mati suri. Penjajahan dan penindasan moderen akan semakin menjadi-jadi.***



Kronologi Penangkapan Kader PMKRI Cabang Makassar oleh Aparat Kepolisian Kota Makassar

Pukul 13.00 WITA: PMKRI Cabang Makassar mulai melakukan Aksi Damai dalam rangka memperingati hari Buruh Sedunia dengan titik aksi bertempat di tugu monumen Mandala. Aksi berlangsung selama 50 menit. 

Pukul 13.50 WITA: Peserta aksi dari PMKRI Cabang Makassar bergerak ke lokasi berikutnya yaitu di Jembatan Layang. Tetapi berhubung lokasi aksi tersebut dipenuhi oleh peserta aksi yang berasal dari organisasi lain maka peserta aksi PMKRI Cabang Makassar kemudian bergerak ke jalan Hertasning dengan lokasi aksi di depan DPRD Kota Makassar. 

Pukul 14.10 WITA: Peserta aksi mulai berorasi menyampaikan pendapatnya selama kurang lebih 80 menit di depan DPRD Kota Makassar dan aksi berlangsung aman dan terkendali. 

Pukul 15.30 WITA: Saat peserta aksi masih melakukan orasi menyampaikan pendapatnya, salah seorang anggota polisi langsung merampas salah satu peralatan aksi berupa spanduk berisi tuntutan peserta aksi dan membuang spanduk tersebut ke dalam area kantor DPRD Kota Makassar. Peserta aksipun mulai menyampaikan tuntutan kepada aparat kepolisian yang mengawal aksi PMKRI Cabang Makassar agar mengembalikan peralatan aksi kami berupa spanduk yang dirampas. Tuntutan kami ternyata sama sekali tidak direspon oleh aparat kepolisian yang mengawal, maka peserta aksi kemudian melanjutkan aksi untuk menuntut agar peralatan aksi kami segera dikembalikan.

Saat salah seorang peserta aksi melakukan orasi dan menyampaikan pendapatnya, aparat kepolisian yang berada di dekat barisan mulai menekan salah seorang peserta aksi dan mulai mencekik peserta aksi tersebut dengan alasan bahwa mereka tersinggung dengan pendapat dari salah seorang orator aksi. Aparat kemudian memukul dan menyeret seorang peserta bernama Valentinus Vensi sebagai Koordinator Lapangan dengan tidak memberi kesempatan baginya untuk membela diri. Lebih lanjut menyeret Koordinator Lapangan yang memimpin aksi kami kedalam mobil mereka yang diparkir di dalam area kantor DPRD Kota Makassar. Lantas aparat kemudian kembali mengintimidasi peserta aksi dengan menuduh secara serampangan beberapa peserta bahwa mereka juga menyampaikan pendapat yang menyinggung aparat kepolisian tersebut padahal tuduhan tersebut tidak benar dan sangat tidak berdasar. 

Kemudian aparat mulai mencekik dan menahan tiga orang peserta aksi lainnya dan memasukkan ketiga orang tersebut kedalam mobilnya yang terparkir dihalaman kantor DPRD Kota Makassar. Peserta aksi yang di tahan berjumlah empat orang atas nama: Enrico Janwar Pribadi (Ketua Presidium PMKRI Cabang Makassar), Valentinus Vensi (Presidium Gerak Kemasyarakatan), Timoteus Versi (Koordinator Biro Pendidikan), dan Robertus Antara (Anggota Biro Advokasi).

Selain menahan empat orang Anggota Biasa PMKRI Cabang Makassar, pihak Kepolisian juga melakukan tindakan represif yang menyebaban tiga orang peserta aksi mengalami luka ringan atas nama: Agustinus Jeranu (Wakil Presidium Hubungan Perguruan Tinggi), Ferdinandus Karvalo (Presidium Hubungan Perguruan Tinggi), dan Fidelis Brahi (Koordinator Komisariat YASPI).

Pukul 16.12 WITA: Aparat kepolisian kemudian membawa keempat Rekan Kami dengan mobilnya menuju kantor Polrestabes Kota Makassar.

Pukul 16.40 WITA Karena megaphone disita juga oleh Pihak kepolisian, maka Peserta aksi bersepakat untuk menghentikan Aksi Damai dengan alasan di atas dan bersama-sama kembali ke Margasiswa PMKRI Cabang Makassar.***

Insert foto: Arigius Belo

BAJAWA – Sebanyak 3.432 siswa SMP di Kabupaten Ngada, Selasa (02/05/2017) mengikuti Ujian Nasional (UN) serentak. Lebih dari tiga ribuh siswa itu berasal dari 61 sekolah. Lima sekolah di antara belum menyelenggarakan UN karena tidak ada siswa kelas IX pada tahun pelajaran 2016/2017.

Demikian dikemukakan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ngada, Vinsensius Milo kepada media di ruang kerjanya, usai apel hari pendidikan Nasional (Hardiknas), Selasa.  Penyelenggaraan UN pada hari pertama, kata dia,  berjalan lancar meski ada peringatan hardiknas yang memang bertepatan dengan penyelenggaraan UN hari pertama.

Dikatakan, Sensi, demikian Kadis Pendidikan ini biasa disapa, dari 61 sekolah yang menyelenggarakan UN, hanya satu sekolah yang menyelenggarakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Sedangkan yang lainnya masih menggunakan Ujian Nasional berbasis Pensil dan Kertas  (UNPK).

Terkai dengan gelar UNBK tingkat SMP, Vinsensius Milo mengatakan,  masih mengalami kendala terkait dengan ketersediaan fasilitas. Untuk SMA/SMK saja tahun ini baru lima sekolah yang sudah menyelenggarakan UN berbasis komputer. Untuk SMP memang baru SMPN 2 Bajawa yang sudah siap dan berani menyelenggarakan UNBK. 

“Memang penyelenggaraan UNBK perlu dipersiapan secara baik, termasuk pengadaan fasilitas yang diperlukan. Selain memiliki perangkat komputer kita juga harus membeli server. Sistem UNBK lebih efektif, hanya masih mengalami kendala,” ungkapnya.

Pengalaman UNBK di tingkat SMA/SMK, kata Sensi Milo, banyak keuntungan ketimbang UNPK. Berbasis komputer lebih memudahkan siswa. “Mereka tidak disibukan dengan bolak balik teks, mengisi jawaban dengan menghitamkan lembaran jawaban, lalu kalau salah dihapus dan dihitamkan lagi. Selain menyita banyak waktu juga akan membuat konsentrasi siswa pada jawaban soal tidak fokus. Jadi siswa hanya fokus bagaimana menjawab soal, dan setelah yakin tinggal klik saja. Jadi dari sisi waktu lebih efektif untuk kerja soal dengan UNBK,” jelas Sensi.

Karena itu ke depan sistem UNBK nanti akan ditingkatkan, minimal satu kecamatan ada satu sekolah yang bisa menyelenggara UNBK. Kesulitannya karena harus memperhatikan wilayah yang ada jaringan telekomunikasi.

Kemudahan UNBK diakui Kepala SMAK Regina Pacis Rinu Romanus. Usai pengumuman kelulusan UN kepada vigonews.com, Selasa (02/05/2017), mengatakan kemudahan sistem UNBK membuat siswa lebih konsentrasi pada menjawab soal dari pada urusan teknis lainnya. 

“Dari sisi hasil ternyata mengalami peningkatan tingkat kelulusan maupun mutu secara signifikan. Karena bisa saja menghitamkan bulatan lembaran jawaban tidak terbaca komputer kalau tidak dihitamkan secara benar. Nah dengan sistem UNBK hal-hal seperti ini tidak perlu terjadi,” papar Romanus. (ed)***

Insert foto: Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ngada, Vinsensius Milo

Monday 1 May 2017


BAJAWA – Rasa haru mewarnai pelepasan secara kenegaraan, jenazah Thomas Dola Radho di gedung DPRD Ngada, Senin (01/04/2015) siang.  

Prosesi perkabungan itu dipimpin Ketua DPRD Ngada Helmut Waso didampingi unsur pimpinan lain, Selly Raga Tua dan Dorothe Dhone, anggota DPRD Ngada, Sekda Ngada Meda Moses, pimpinan SKPD, undangan, keluarga, kerabat dan kenalan, masyarakat dan simpatisan.

Upacara kenegaraan itu ditandai dengan penyerahan jenasah oleh putra almarhum, Heru Dola Radho – dengan menyerahkan foto almarhum, kemudian diterima oleh Ketua DPRD Ngada Helmut Waso di tangga gedung dewan. Selanjutnya jenasah Ketua DPRD Ngada 2004 – 2009 itu di semayamkan di ruang Paripurna guna melanjutkan upacara secara kenegaraan.

Sebelum dilepas dari gedung wakil rakyat itu, Pimpinan DPRD memberi pengormatan terakhir sebelum jenazah diserahkan kembali kepada keluarga, diikuti anggota DPRD, dan pimpinan SKPD memberikan penghormatan terakhir kepada Ketua DPRD Ngada periode 2004 – 2009 itu.

Usai upacara, jenazah Tokoh yang dikenal sangat dekat dengan berbagai kalangan itu diserahkan kembali kepada keluarga untuk dimakamkan. Prosesi pemakaman diselenggarakan pada petang hari, setelah upcara misa requiem di Gereja St. Yosef Bajawa.

Sebelumnya sekitar pkl. 11.00 wita jenazah tokoh inspirator dan motivator Ngada itu dilepas dari rumah duka dengan ritual adat. Iring-iringan kendaraan yang membawa jenazah kemudian menuju kantor Yasukda. Di kantor yayasan ini Jenazah disemayamkan sekitar dua jam, diwarnai doa dan nostalgia keluarga besar perguruan Katolik,  mengenang tokoh yang pernah memimpin yayasan yang memayungi sekolah-sekolah Katolik di Kabupaten Ngada dan Nagekeo itu.

Dari sana, iringan kendaraan membelah kota dingin Bajawa yang siang itu tampak cerah menuju Gedung DPRD Ngada untuk upacara pelepasan secara kenegaraan. Thomas Dola Radho memang politisi fenomenal selama dirinya masih hidup baik dalam kehidupan soal kemasyarakatan maupun poilitik. Dalam politik dia pernah memimpin Partai Golkar hingga menjadi anggota dan Ketua DPRD Ngada, dan anggota DPRD Provinsi NTT.

Tangis dan rasa haru mengiringi iring-iringan jenazah Thomas Dola Radho, sejak dari rumah duka hingga kemudian menuju Gereja Katolik S. Yoseph untuk misa requiem. Dia  selalu diterima dengan hangat seperti halnya dia selalu menyongsong semua orang dengan kehangatan semasa hidup. Hari dia pulang pun, diiringi dengan penuh rasa haru dan ratap tangis. Bukan hanya keluarga, tetapi semua orang yang pernah mengenalnya.

Rasa haru dan duka yang mendalam juga datang dari Bupati Ngada Marianus Sae yang secara khusus datang melayat di rumah duka sebelum prosesi pemakaman. Demikian juga Ketua DPRD Helmut Waso serta semua anggota dewan menunjukkan rasa haru karena kehilangan sosok yang santun dan berkarakter itu.

Bupati Ngada Marianus Sae dalam sambutan yang disampaikan Sekda Ngada, Meda Moses mengatakan, “hari ini kita telah kehilangan seorang yang begitu berjasa bagi bangsa, khususnya kabupaten Ngada. Saya katakan, bahwa hari ini Ngada kehilangan tokoh besar – Mosalaki besar. Mosalaki yang cerdas dalam berpikir dan bergagasan, santun dalam bertutur, tegas dalam bertindak, dan berani berkorban untuk orang lain.”

Kesan Bupati Marianus, Thomas Dola Radho adalah mosalaki yang melayani untuk kebaikan hidup banyak orang. Hari ini kita memberi penghormatan kepadanya di gedung dewan ini. Tempat dimana Thomas Dola Radho pernah memberi dirinya untuk kesejahteraan hajat hidup seluruh orang Ngada, baik sebagai anggota DPRD Ngada periode 1982 – 1987, anggota DPRD Propinsi 1987 – 1992, maupun sebagai Ketua DPRD Ngada periode 2004 – 2009.
Ia politikus sejati, tokoh pendidikan, tokoh koperasi, pegiat kesehatan, tokoh awam sejati. Dia memberi diri secara total bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Ngada.”

Di bagian akhir, Bupati Marianus mengajak, agar spirit Thomas Dola Radho digemakan karena hidup itu penuh dengan problematikanya, sehingga harus dihadapi dengan tekun, cerdas, santun dan sabar, seperti halnya Thomas Dola Radho menunjukkan sikapnya dan keteladanannya. Memberi terbaik dalam tugas dan pengabdian kita. Sebagai rasa hormat karena kehilangannya, maka kita harus memampukan diri kita untuk kuat dan teguh dalam melanjutkan karya-karya dan pengabdian yang telah dia wariskan.

Jenazah tokoh inspirator dan motivator, Thomas Dola Radho, dimakamkan di Taman Makan Wolo Baja, setelah misa requiem di Gereja Katok Santo Yoseph Bajawa, Senin petang. (ed)***

Insert foto: Suasana pelepasan jenazah Thomas Dola Radho secara kenegaraan